Share

First Kiss

Pak Zaka membantunya berdiri, saking semangatnya Gea, tak terasa tangannya yang nakal itu tidak sengaja menyentuh dada Pak Zaka. Ya, meski itu dari luar, tetap saja Gea bisa merasakan dengan jelas dada Pak Zaka yang bidang dan at itu.

"Cabulnya, otakku!" teriaknya dalam hati. 

"Maaf Pak, saya terburu-buru, tadi.. nggak sengaja juga menyentuh dada bapak yang sangat uh ini," ucapnya. "Astaga, ngomong apa aku ini!" Gea sangat gugup saat bicara.

Biasanya, gadis ini akan lancar saat ngomong dengan siapapun. Bahkan sambil teriak-teriak pun selalu lancar jaya. Apalagi melihat jakun Pak Zaka yang naik turun ketika menengok ke sana ke mari. 

"Kita sudah telat kalau ikut upacara. Pasti kamu juga akan kena hukuman. Sebaiknya, kamu ikut saya!" bisik Pak Zaka sembari menarik tangan Gea. 

Mereka menuju belakang sekolah yang hanya akan dipakai oleh siswa nongkrong untuk merokok di waktu pelajaran kedua. Pak Zaka tau betul tempat itu, karena dirinya sering memergoki pada siswa itu. 

"Lebih baik, sementara upacara berlangsung, kita di sini saja dulu. Nggak papa, 'kan?" usul Pak Zaka dengan suara lembutnya. Memang begitu indah di telinga Gea, hingga bisa mengalihkan dunianya yang fana itu.

Tak dapat berbicara apapun, jakun yang indah itu hanya bisa membuat Gea terdiam. Tak tahu, apa yang harus ia lakukan saat ada di situasi itu. Canggung dan bingung, karena tangan kasar Gea masih di genggam oleh Pak Zaka. 

"Emm Pak ... buat apa kita ngumpet disini? Dan tangan Bapak, sepertinya sangat nyaman sekali menggenggam tangan saya. Hehe, makin betah jika bolos upacara sama Pak Zaka," otak mesum Gea mulai aktif lagi.

"Biasanya, sih ... kalau saya, bolos upacaranya ngumpetnya di toilet. Kan aman security nggak masuk toilet cewek, Pak," imbuhnya dengan nada yang menggoda lagi. 

"Kalau seperti ini. Apakah nanti, kita tidak akan ketahuan, Pak? Security sering keliling, loh!" tukasnya.

Meski baik hatinya, Gea ini juga gadis sedikit mesum jika sudah bersama seorang lelaki. Tetapi, bukan dalam arti, Gea ini gadis yang dengan lelaki mana pun nempel. Gea lebih suka bercanda seperti itu dengan seorang lelaki yang ia sukai saja. 

"Jadi, kamu mau kita ke toilet perempuan, nih?" tanya Pak Zaka berisik sembari mengencangkan genggaman tangannya. 

Suara Pak Zaka juga membuat Gea menjadi terpancing hasratnya. Bahkan, mungkin hanya berjarak. beberapa senti saja dari permukaan wajah Gea, sehingga membuatnya sangat gugup, canggung dan bahkan detak jantungnya saja sampai terdengar oleh Pak Zaka. 

Sedikit melirik kearah Pak Zaka, Gea melihat guru tampannya itu tersenyum. Senyumannya mampu membuat hatinya meleleh bagaikan lilin yang sedang di bakar. Wajah Gea memerah. Tak tahan dengan nafas memburu Pak Zaka, Gea pun terpejam. 

"Hahaha, saya hanya bercanda. Kita hanya akan aman di sini. Lima menit sebelum upacara selesai, kita baru keluar, ya. Sebaiknya, kita duduk dulu saja di sini," ujar Pak Zaka sambil memberikan Gea kursi.

Mereka benar-benar saling diam, Pak Zaka sibuk dengan ponselnya sendiri. Sedangkan Gea malah sedang menggambar-gambar di tanah dengan meletakkan satu telapak tangannya di wajahnya.

"Em ... Pak, boleh nanya, nggak?" Gea memecah keheningan pagi itu.

"Tanya saja!" seru Pak Zaka, seraya menatap Gea yang membuat detak jantungnya semakin berdetak kencang bagaikan lari marathon 15km.

"Em.. nggak jadi, Pak, hehehe .…" ucap Gea dengan senyum bodohnya.

Gea serasa ingin sekali kisah cintanya seperti novel yang pernah dibacanya. Jatuh cinta dengan seorang guru dan mereka merajut kasih hingga hari pernikahan dan hidup bersama. Bersama anak-anak mereka di kemudian hari.

"Betapa halunya diriku. Sadarkan dirimu, Gea. Kau hanyalah gadis miskin, sok menjadi preman pasar, dan tak memiliki asal usul yang jelas," batinnya. 

"Kenapa kau meminta lebih kepada Tuhan dengan menginginkan lelaki seperti Pak Zaka? Sadarlah wahai wanita!" imbuhnya dengan mencubit pipinya sendiri. 

Di sampingnya, Pak Zaka masih saja menatap Gea dengan mengerutkan alisnya. Tak lama setelah itu, ia pun tiba-tiba tertawa, dan mengetuk jidat Gea yang lebar seperti lapangan sepak bola itu.

"Aduh, sakit tau, Pak!" teriak Gea dengan suara manja yang membuat Pak Zaka menjadi tergoda.

Karena terpancing dengan godaan suara Gea, Pak. Zaka langsung memegang kedua tangan muridnya itu dengan kencang. Lagi-lagi, jantung Gea tidak bisa di ajak kompromi dan berdegup sangat kencang.

"Hey, kalau seperti ini sakit, nggak?" bisik Pak Zaka dengan mendekatkan wajahnya lagi ke wajah Gea. 

Krek .... 

Suara ranting patah. Sepertinya ada orang mendekat. Rupanya, security yang sedang tugas. Biasanya, jika sedang upacara, security dan petugas lain mengechek setiap ruangan di sekolah. Karena sering banyak siswa atau siswi yang sering bolos saat upacara.

Langkah kaki security semakin dekat. Semakin terdengar sangat jelas dan mulai mendekati tempat mereka sembunyi. Tempat persembunyian mereka juga tidak besar.

Terpaksa, dengan sigap tiba-tiba Pak Zaka memeluk Gea dengan erat. Lagi-lagi jantung Gea berdetak tambah cepat, seakan hampir lepas dari tempatnya. Itu juga membuat Pak Zaka menjadi tidak nyaman. Namun, hanya cara itu agar mereka tidak ketahuan. 

Kepala Gea tepat di dada Pak Zaka. Dengan mudahnya, Gea juga bisa mendengar detak jantung Pak Zaka yang berdetak sangat kencang.

Tangannya mulai berkeringat, aroma tubuhnya sangat harum, entah parfum atau pewangi almari ditubuh Pak Zaka. Gea juga tidak tau wangi dari bagian tubuh mana yang muncul di badan Pak Zaka.

Akan tetapi, wanginya sangat menenangkan pikiran Gea yang mesum itu, seakan-akan Gea hendak terbang sampai atas awan karena merasa nyaman. Juga pelukan Pak Zaka sangat hangat sekali.

"Pak, tak apalah kita seperti ini?" bisik Gea.

"Stt ... jangan keras-keras. Nanti kita bisa ketahuan, Gea bisa diam, 'kan?" bisik Pak Zaka sambil memeluk Gea dengan lebih erat, bahkan lebih erat dari yang sebelumnya.

"Tapi Pak ... saya seperti tidak bisa bernafas. Pelukanmu terlalu erat, dan iya, saya sampai ti ...." Belum juga Gea meneruskan ucapannya, Pak Zaka tiba-tiba langsung melumat bibir Gea yang mungil itu. 

Sontak membuat Gea terkejut. Ia takut dan ingin marah. Namun, dirinya sendiri juga tidak tahu, kenapa malah membalas ciuman Pak Zaka dengan kembali melumat bibir Pak Zaka dengan bergairah. Sedangkan dirinya bukanlah pacar maupun istrinya. Ingin sekali Gea melepaskan ciuman dan pelukannya yang menyesatkan pikirannya itu. 

Melihat Pak Zaka memejamkan matanya, Gea sangat yakin jika Pak Zaka menikmati ciuman itu juga. Tak sadar pelukan mereka juga semakin erat, tak sempat berpikir lagi kapan ciuman itu akan berakhir. 

Bibirnya sudah letih, tangannya juga tidak tahan merangkul Pak Zaka yang lebih tinggi darinya itu. Ia juga sudah tidak bisa menahan nafas lagi, akhirnya ciuman itu telah usai, bibir Pak Zaka yang tipis telah berdansa dengan bibir Gea dengan bergairah. 

"Aahhn... mimpi apa aku semalam? Kenapa aku jadi begini, sih? Ciuman pertamaku ... hilang begitu saja?" batin Gea. 

"Nah, aman, 'kan? Kalau tadi nggak saya cium, kamu masih ngoceh aja ... hah ... hah...," ucap Pak Zaka dengan nafas terengah-engah. Kerena ini juga kali pertama bagi Pak Zaka berciuman.

"Kok masih diam? Maaf ya ciuman tadi, saya sengaja nglakuin itu, agar security tidak kesini dan menemukan kita. Yang ada malah malu nanti kita," lanjutnya.

"Tapi menikmati, 'kan?" tanya Gea baru marah setelah usai ciuman panas beberapa detik yang lalu.

Tentu saja Gea sangat marah. Harusnya Pak Zaka tanya lebih dulu jika ingin menciumnya. Apalagi, mereka juga tidak dekat satu sama lain. Ada juga cara lain yang bisa membungkam bibir Gea menggunakan tangannya. Tidak langsung asal mencium dan malah bercumbu seperti itu. 

"Tapi dia pujaan hatiku, gimana, dong. Ah cinta ink membuatku nggak waras!" batinnya. 

"Maaf ya. Lain kali enggak lagi, dan suatu saat nanti, saya akan menebus kesalahan saya ini," sesal Pak Zaka. 

"Sudahlah, sebaiknya sekarang kita cepat pergi. Upacara sebentar lagi selesai. Oh iya, jangan lupa makan siang nanti akan saya traktir kamu. Oke?" kata Pak Zaka langsung berlari menuju ruang guru. 

"Tapi Pak .…" Gea menahan tangan Pak Zaka.

Bagaimana Gea tidak ragu. Apa tanggapan semua murid dan guru nanti saat melihat dirinya makan berdua dengan Pak Zaka di kantin sekolah. Pasti akan menjadi rumor di sekolah, bahkan mungkin akan ada yang di keluarkan salah satu dari sekolah juga.

"Kenapa? Kamu tidak mau saya traktir? Lalu harus pakai cara apa agar bisa menebus kesalahan saya tadi? Atau mau saya cium lagi, sebagai bentuk pengembalian ciuman tadi?" ucapan Pak Zaka membuat Gea terkejut.

Sontak membuat Gea kaget, dan seketika tangannya mendorong keras dada Pak Zaka. Karena Gea tidak ingin ciuman itu terulang lagi.

"Jangan lupa, ya .…"ucap Pak Zaka mengelap bibirnya.

Ada apa dengan Gea? Dirinya merasa tidak berdaya di depan Pak Zaka. Sejak kecil ia selalu di cap jagoan dan preman di kampungnya. Kenapa dekat dengan guru tampannya sudah membuatnya seperti orang bodoh, Ahh cinta itu benar-benar membuat Gea hilang akal.

Beberapa saat kemudian, Gea menoleh kebelakang dan melihat Pak Zaka tersenyum kepadanya. Senyumannya sangat manis,hingga membuat Gea harus cek gula darah takut diabetes. Lalu dia pergi ke arah yang berlawanan dengan Gea. Gea ke kelas, sedangkan Pak Zaka ke ruang guru.

-----------------------------

Kelas sudah dimulai, Gea terus saja mengingat kejadian dimana Pak Zaka mencium bibirnya. Dengan sangat lembut guru tampannya mencium bibir mungilnya. Saat itu, ia juga semakin menyiksa jantungnya. 

"Ah ... bibirku sudah tidak perawan lagi. Maafkan aku Tuhan, maafkan aku Kakek, Nenek. Aku melakukan dosa …." gumamnya. 

"Gea ... Gea Gladys. Gea! Kenapa kamu melamun? Segitu bosannya kau dengan pelajaran Bapak, Gea?" bentak guru pelajaran matematika memecah imajinasi indahnya.

"Maaf Bu, saya hanya kurang sehat saja, makanya tidak fokus. Maafkan saya," jawaban Gea membuat semua murid memandangnya.

Konsentrasi Gea sungguh tidak bisa fokus pagi itu. Ia menyalahkan Pak Zaka yang terus mengacaukan pikirannya. Harapnya, andai saja dia tidak meninggalkan kenangan dengan ciuman yang menggairahkan itu, pasti ia tidak akan di marahi oleh Guru.

Kriiiiiiinggggg .....

Bel kedua, tanda istirahat pertama. Gea benar-benar gugup untuk menemui Pak Zaka lagi. Tapi, ia harus tetap datang, ini kesempatannya untuk mendapat perhatian dari Guru kesayangannya itu.

"Gea, kamu mau kemana?" tanya Leni sahabat Gea dari sejak sekolah dasar.

"Kantin," jawab Gea. 

"Ikut ...." ucap Azka, teman lelaki Gea. 

Gea ini memiliki dua sahabat. Namanya Leni dan Azka, mereka anak orang berada. Akan tetapi, mereka mau berteman dengan Gea yang sederhana tanpa berkeliling harta. 

Kedua sahabatnya memaksa ingin ikut dengannya ke kantin. Tentu saja membuat Gea kebingungan, bagaimana cara untuk menolak kedua sahabatnya, ia takut jika mereka akan mengetahui apa yang terjadi diantara Pak Zaka dan dirinya. 

"Ayolah …." desak Leni dan Azka. 

"Baiklah … tapi jangan heboh, ya .…" pesan Gea. 

"Memang kenapa?" tanya Leni. 

"Ada deh," 

Benar saja, di kantin sudah ada Pak Zaka yang duduk duduk santai. Seperti biasa mata para siswi yang melotot melihat Pak Zaka, itu membuat Gea tidak nyaman. Seakan ia tidak rela jika harus berbagai kekasih pujaannya.

Tanpa aba-aba, Pak Zaka memanggil nama Gea dengan keras. Sontak kedua sahabatnya langsung menatapnya dengan tatapan yang tidak ia sukai. Apa lagi dengan gadis yang memusuhinya sejak lama. 

Yakni, Aurel. Aurel sangat membencinya, dia selalu menjadikan Gea sebagai saingan hidupnya. Ia juga menyukai Pak Zaka. Mendengar nama Gea dipanggil oleh Pak Zaka membuatnya sangat marah. 

Apa boleh buat, itu kesempatan bagi Gea agar bisa pamer kepada Aurel. Ia mendekat ke meja yang sudah di tempati Pak Zaka, dan kedua sahabatnya di larang duduk bersama dengan mereka oleh Pak Zaka.

"Kalian duduk di sana saja, ya ... saat ini saya mau ngobrol berdua dengan Gea, bisa?" pinta Pak Zaka. 

"Oh, gitu ya. Em, ya sudah tidak masalah kok, Pak. Nikmati saja waktu kalian berdua, permisi Pak, fighting, Ge!" seru Leni. 

"Apa-apaan, sih, mereka. Kenapa juga Pak Zaka ngomong gitu? Seakan kita memiliki hubungan berdua, yang ada malah pada salah paham. Ihh, ada apa dengan Pak Zaka? Ta-tapi, di sisi lain aku bahagia, oh pujaan hatiku.…" ucap Gea dalam hati. 

Jantungnya berdebar cepat sekali lagi, seakan-akan lepas dari porosnya. Hingga membuat Gea tidak nyaman berada di sana.

"Kapan aku bisa bersandingan dengan Pak Zaka, ya? Ya minimal ... aku menjadi pacarnya saja sudah bahagia sekali." harap Gea dalam hati. 

Tapi itu mustahil menutut Gea. Semua aku juga tahu jika Gea ini gadis miskin yang tidak memiliki apapun. Dari yang ia dengar, Pak Zaka lahir dari kalangan orang mampu. Kakaknya memiliki banyak bisnis, dan mereka hanya dua bersaudara.

Sedangkan ia hanya gadis biasa yang tidak diingankan oleh orang tuannya. Yang makan harus mencari sendiri. Sekolah saja dengan beasisiwa, mau jajan juga harus kerja dulu, mimpi bisa memiliki pasangan pangeran seperti Pak Zaka membuatnya semakin down.

-----------------

FLASHBACK

2 Bulan yang lalun ....

Gea memang sudah biasa terlambat, ketika di gerbang ia melihat seorang laki-laki mengenakan pakaian yang rapi, kira-kira umurnya 25 tahunan.

Lelaki itu membawa tas kotak hitam dan banyak buku tebal. Gea perhatikan terus wajahnya yang lumayan tampan.

Beberapa menit kemudian dia kerampokan, lalu dengan sigap, Gea ini pahlawan menjadi pahlawan kesiangan. Ia kejar rampok itu sampai batas ujung sekolahan (dekat). Dengan melempari kakinya menggunakan krikil (batu kecil) menggunakan ketapel, otomatis berhenti perampoknya. Gea juga memukul tubuh perampok dari belakang, ditarik tangannya ke belakang dan ia kunci.

"Astaga, kamu bau sekali. Nggak mandi, kah? Nafasnya pun juga bau. Hueek. Tak gosok gigi berapa kali?" umpat Gea. 

Beberapa orang mengambil alih pekerjaan Gea yang seperti pahlawan itu. Lalu ia mengambil tas laki-laki tampan itu, dan mengembalikannya.

"Terima kasih, ya. Apakah, kamu siswi di SMA ini?" tanya lelaki itu. 

"Yo,i!" jawab Gea. 

"Siapa, namamu?" tanya lelaki itu. 

"Aku Gea Gladys. Lihat name tag-ku Kakak ... Aku kelas 3 hehehe udah, ya, Kakak, aku udah telat, nih, dadah .…" Gea terburu-buru masuk karena security sudah mau menutup gerbang.

Waktu itu Gea melihat lelaki itu sedang mengobrol dengan security, mungkin dia mempertanyakan perihal Gea waktu itu. Hari itu ada guru magang baru, katanya sih masih muda. Semua siswa di kelas menebak-nebak, seperti apa tampang guru magang baru mereka.

Semakin dekat dan semakin dekat dilihat, Gea mulai sadar bahwa ia mengenali laki-laki itu. Gea terus saja mengamatinya dan sesekali mengucek matanya.

Tak salah dengan matanya, lelaki itu adalah Pak Zaka. Lelaki yang beberapa menit lalu ia tolong dan Gea merasa bicara tak sopan dengannya. 

"Pagi semua, perkenalkan ini guru magang kita, ayo Pak perkenalkan nama anda!" kata Bu Ratih, wali kelas Gea. 

Itu awal kisah pertemuan Pak Zaka dengan Gea dua bulan lalu. Dan saat itu juga, masing-masing juga saling jatuh cinta pada pandangan pertama. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status