Home / Romansa / Sweet Passion / Kehamilan Vella

Share

Kehamilan Vella

Author: Pena Indah
last update Last Updated: 2021-03-01 13:49:36

Ale melanjutkan perjalananya. Sampailah mereka kesebuah rumah yang sangat indah nan asri. Rumah sederhana dengan di penuhi tanaman bunga yang cantik.

"Wah, Om … ini rumah siapa?" tanya Gea memandang keseluruhan tempat. 

"Mulai saat ini kau harus memanggilku dengan namaku. Aku tidak suka dipanggil dengan sebutan itu, Ge," kesal Ale.

"Memangnya kenapa jika aku memanggilmu dengan sebutan, Om?" ledek Gea.

"Setiap kali kau memanggilku dengan sebutan itu. Hawanya … inginku mentransfer mulu ke rekeningmu!" 

Ale kembali menarik tangan Gea dan memasukkannya ke dalam kamar di rumah itu. Lagi-lagi Ale berbuat kasar kepada Gea. Entah kenapa Gea merasa jika ada yang aneh dengan Ale. 

Tak ada hal membahayakan lainnya yang dilakukan Ale. Dia hanya mengurung Gea di kamar tanpa melakukan apapun. 

"Woy!"

"Apakah ada orang diluar?"

"Kak Ale, tolong buka pintunya. Aku ingin pulang …."

Sampai suara Gea serak pun Ale tidak membukakan pintu untuknya. Ale melakukan itu karena dia tahu jika di siang hari setelah Gea pulang sekolah akan ada pertemuan antara keluarga Darius dan Neneknya untuk membahas perjodohan.

"Aku memang tidak bisa memperlakukan dengan baik. Itu sebabnya aku mengurungmu, Ge. Maafkan aku," gumam Ale.

"Kau akan terhindar dari pertemuan itu, dan bisa menikah denganku. Ini satu-satunya cara agar aku bisa menjagamu sesuai dengan wasiat Zaka," imbuhnya.

"Cih, sialan! Kenapa juga harus Zaka yang mendonorkan jantungnya kepadaku … sehingga aku harus membalas budinya seperti ini," sulut Ale.

Waktu sore sudah terlewat. Malam juga sudah menyambut dan mengakhiri siang hari. Namun Ale belum juga membukakan pintu untuk Gea. Sehingga Gea harus kembali berteriak. 

"Kak Ale, apakah kau masih di sana?" 

"Tolong keluarkan aku dari kamar ini, lalu antar aku pulang. Ini sudah malam, aku takut Nenek akan marah kepadaku nanti,"

"Hubunganku dengan Nenek belum baik. Aku sudah pusing menghadapinya, tolong …."

"Kau dengan aku, Kak Ale?"

Namun tak ada sahutan dari Ale, dan Gea mulai kesal. Kini, mau tidak mau Gea harus mengeluarkan sifat aslinya. Dengan bakat menajdi tukang, ia mampu melepas engsel pintu menggunakan alat sederhana yang ada di dalam kamar.

Brauak!

Pintunya terjatuh. Setelah pintu itu lepas dari engselnya … Gea melihat dua orang suruhan Ale menunggu di sana. Gea tidak ingin melawan, namun ia harus tetap melawan agar dia bisa pulang dengan cepat. Pukulan demi pukulan mampu Gea lontaran kepada dua orang penjaga itu, dan mereka berhasil ditumbangkan.

Melihat ada kesempatan, segera Gea kabur dan berlari secepat mungkin dari tempat itu. Untung saja Gea dapat mengingat jalanan yang ia lewati tadi.

Sayang, Ale mengetahui jika Gea berhasil kabur dari kamarnya. Ale pun tidak bergegas mengejarnya, ia malah tersenyum sinis melihat pintu kamarnya telah di rusak oleh Gea, dan dua orang penjaga yang bertubuh kekar bisa kalah dengan gadis se mungil dia. 

"Ambilkan kunci mobil, aku akan menyusulnya," perintahnya kepada dua anak buahnya.

"Baik, Tuan!"

Gea terus berlari dan berlari, kakinya sampai lecet dan terluka. Membutuhkan waktu hampir satu jam Kania berlari. Lengan yang dulu kena tusukan pisau pun terbuka lagi lukanya.

Di rumah.

Nenek sedang marah besar malam itu, ia menemukan ala tes kehamilan di tempat sampah. Padahal tidak mungkin jika Mama Gege hamil lagi, karena beliau sudah tidak bisa hamil lagi. Sedangkan Gea juga belum sampai rumah.

"Sabar, Bu. Vella dan Gea pasti akan segera pulang," ucap Rendra.

"Vella gadis yang bermartabat, aku yang mendidiknya sendiri. Tidak mungkin dia pemilik dari alat tes kehamilan ini! Pasti si anak jalanan itu!" sulut Nenek. 

"Ibu, dia juga cucu Ibu, loh. Gea adalah putri kandungku yang hilang, apakah Ibu lupa hal penting itu?" Rendra mencoba menengahi keadaan yang sangat genting itu. 

Siapakah pemilik dari alat ter kehamilan itu? Nenek terus saja menyalahkan Gea atas kegaduhan di rumah itu. 

"Malam semuanya, ada apa kok semuanya di ruang tamu? Baru ada tamu, ya?" tanya Vella. 

"Darimana saja kamu? Ini sudah jam berapa? Apakah kamu tidak tahu jika ingin ini sudah malam? Dimana rasa sopan santunmu itu, Vella!" lagi-lagi Nenek marah-marah. 

Vella duduk di samping Mama Gege. Ia melihat situasi emosi Nenek. Merasa jika sesuatu telah terjadi di rumah itu. Ia juga tak melihat Gea sama sekali di ruangan itu. 

"Malam semuanya, maaf aku pulang telat,"

Akhirnya Gea pulang juga. 

"Oh, Ini dia brandalan kecil kita. Dari mana aja kamu Gea, duduk! Berani-beraninya kamu pergi bersama calon suami Kakakmu. Dan masih menggunakan sragam, kotor, nyeker seperti itu. Apa kamu ini Tarzan!" bentak Nenek dengan nada tinggi terasa sudah terbiasa mendengar hentakan dari Neneknya. 

"Gea, kamu terluka, Nak?" Rendra sangat panik dan khawatir melihat luka di telapak kaki putri bungsunya. Luka yang belum sembuh total juga kembali mengeluarkan darah segar. 

"Iya, Pa. Ini karena aku berlari, jadi lukanya terbuka lagi, tapi aku tidak apa-apa, kok," jawab Gea. 

"Ge, sini duduk dekat, Mama. Mama akan obati lukamu." ucap Mama Gege. 

Asisten Nenek pun mengambilkan kotak p3k untuk Gea. Kemudian Nenek mulai dengan omelan-omelannya itu lagi. Dari masalah Gea yang lari dengan Ale, sampai alat tes kehamilan yang ia temukan siang tadi. Semuanya dibahas tuntas malam itu. 

"Nenek mau bertanya kepada kalian berdua. Ini punya siapa, dan harus dijawab dengan jujur. Jika tidak, aku akan membuat Mama kalian angkat kaki dari rumah ini," tanya Nenek menunjukkan alat tes kehamilan yang hasilnya positif itu.

Semua orang terkejut, Mama Gege dan Gea tidak merasa bahwa alat itu miliknya. Sementara Vella terlihat mulai panik, tangannya bergetar dan gugup. Alat tes kehamilan itu miliknya. Bagaimana Nenek bisa mendapatkan alat tersebut?.

"Gege? Apa ini milikmu? Ibu rasa tidak mungkin, karena kamu tidak bisa lagi mengandung ...." ucap Nenek. 

Tatapan sinis langsung mengarah kepada Gea. 

"Enggak!" teriak Gea. 

"Itu bukan milikku, Nek. Bahkan melakukan saja aku belum pernah," elak Gea. 

"Sudahlah, Bu. Mungkin saja itu milik tetangga yang tidak sengaja dibuang di tempat sampah kita," ucap Rendra mencoba membuat suasana tidak tegang. 

"Alat ini di temukan di dalam kamar mandi samping Rendra. Ibuk sudah menyidang semua art kita. Tapi alat ini bukan milik mereka," jelas Nenek. 

"Lalu punya siapa itu, Buk?" tanya Gege. 

"Hanya satu pemilik dari alat jahanam ini. Antara Vella dan Gea, kalian berdua mengaku lah! Siapa pemilik dari alat ini, hah?" teriak Nenek. 

"Jujur!" bentak Nenek. 

Vella mulai menangis, ia tak bisa berkata apapun. Hanya menangis dan terus menangis. Ia takut jika Neneknya akan berbuat buruk kepadanya dan kepada Mamanya. 

***

Gea dan Gege mulai mendekati Vella dan mempertanyakan mengapa dirinya menangis. Karena Vella hanya menangis dan menangis saja, semuanya menjadi bingung. Kecuali Nenek yang sejak tadi sudah memasang wajah yang menyeramkan. 

"Alat itu milikku, Ma. Maafkan aku ...." ucap Vella. 

"Astaghfirullah hal'adzim," sebut Gege. 

"APA?" Nenek terkejut. 

"Kak ...?" 

"Vella, apa ini semuanya benar? Alat itu milikku? Mengapa kau melukai perasaan Papa, Nak?" tanya Rendra. 

Nenek langsung menarik Vella dan mendorongnya ke sofa yang di dekat dirinya. "Ini semua karena kalian berduka yang tidak bisa mendidik anak dengan benar!"

"Gugurkan!" 

Vella tak habis fikir dengan kata-kata yang keluar dari mulut Nenek. Bagaimanapun juga Vella sudah melakukan dosa dengan melakukan hal itu. Mana mungkin dia juga akan menggugurkan bayinya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sweet Passion   Mutiara Mendapat Masalah Lagi

    "Aku iri denganmu, Mut," kata Bella mengemudi sedikit pelan."Iri kenapa?" tanya Mutiara."Kamu begitu menyayangi adikmu, begitu juga sebaliknya. Persaudaraan kalian juga begitu dekat. Aku, mana ada saudara, punya saudara satu aja di jauhkan dariku," ungkap Bella menatap Mutiara."Aku kan ada di sini sekarang. Jangan sedih lagi ya, masih ada kesempatan buat kita main, kok, hehehe …." Mutiara sangat berhati besar. Ia mampu menerima Bella sebagai saudaranya dengan mudah.Sesampainya di kampus, Mutiara sudah ditunggu oleh sahabatnya. Mereka seperti tak bisa dipisahkan. Jesica menyapanya dan melambaikan tangan juga kepada Bella."Pagi, sista ... tumben nggak bawa kendaraan sendiri, siapa dia?" sapa Jesica sekaligus bertanya.

  • Sweet Passion   Kepergian Nathan Yang Mendadak

    Hal mengejutkan terjadi ketika mereka bertiga kembali ke rumah. Bendera kuning, tenda yang sudah berdiri dan tetangga rumah semua datang dengan baju hitam-hitam. Mutiara langsung melepas genggaman tangan Ale, begitu juga Ivan yang melepaskan rangkulannya."Papa!"Baik Mutiara maupun Ivan sudah tahu tentang keadaan Tuan Nathan akhir-akhir itu. Tuan Nathan sering merasakan sakit, merasa dingin dan juga wajahnya selalu terlihat pucat ketika mereka bersama. Mutiara dan Ivan langsung berlari masuk ke rumah.Benar saja, Tuan Nathan sudah terbaring kaku di selimuti kain jarik. Di sampingnya, Gea terlihat sedang menangis dan berusaha tenang atas kepergian Tuan Nathan. Penyakit Tuan Nathan kembali kambuh saat Ale mengajak anak-anak pergi jalan-jalan."Papa!""Papa

  • Sweet Passion   Kebersamaan

    Malam bertabur bintang. Ale sedang mengajak Mutiara, sang putri berjalan-jalan mengitari kota hanya berdua saja. Dengan tenang, Gea dan Tuan Nathan mengizinkan anak dan Ayah itu menghabiskan waktu bersama."Jadi, pacar baruku … Malam ini kita mau makan apa?" canda Mutiara."Hello Tuan putri. Terserah Tuan putri mau makan apa malam ini. Semuanya, akan aku Ayah turuti apa maumu," jawab Ale."Ayah, bisakah kita terus menghabiskan waktu bersama?" tanya Mutiara."Tentu saja!""Lalu bagaimana dengan Bella? Bukankah dia juga anak Ayah selama ini?""Aku bertemu dengan Bella hanya setahun sekali. Lagi pula, dia sudah menemukan Ayahnya. Kenapa pula harus repot?"Sejak hari itu, pulang pergi ke kampus, Mutiara dan Ivan selalu bersama dengan Ale. Mereka juga menghabiskan waktu bertiga bak Ayah dengan sepasang anak

  • Sweet Passion   Syahdu

    Dikarenakan mobil Ale sedang mogok, terpaksa Ale bersama dengan Gea dan Ivan pulang naik taksi. Ketika dalam perjalanan, sengaja Ivan duduk di depan, agar Gea dan Ale leluasa mengobrol.Tetap saja, Gea hanya diam saja, bahkan mengalihkan pandangannya dari Ale. Hal itu membuat Ivan sedih, karena terlihat sangat jelas jika Mamanya masih menyimpan rasa dendam terhadap Ayah dari kakaknya itu."Kita sudah sampai, biarkan barangnya aku yang bawa. Mama bisa mengajak Ayah Ale masuk lebih dulu." ujar Ivan turun lebih dulu.Awalnya, Ale sangat canggung jika harus mampir di rumah mantan istrinya. Terlebih, ia masih sangat mencintai mantan istrinya itu.Namun, demi bisa bertemu dengan Mutiara, ia harus menghilangkan rasa gengsi yang selalu tertanam dalam hatinya."Ini kesempatanku. Supaya aku bisa minta maaf kepada putriku, atas selama ini … aku tidak pernah menjenguknya." gumam

  • Sweet Passion   Pertemuan Gea dengan Ale.

    "Sakit? Tangan ini kan yang kau gunakan untuk menamparku?" tanya Mutiara dengan santai. Beberapa temannya mulai membantu lagi. Lelaki itu dilepas olehnya. Mutiara kembali menarik tangan teman dari lelaki itu sebagai jaminan supaya lelaki yang menamparnya mau meminta maaf kepadanya. "Apa kau tidak tau? Dia ini adalah Anggara, anak dari kepala yayasan kampus ini. Apakah kau ingin mencari ribut dengannya?" ucap salah satu temannya. "Aku nggak mau tau siapa dia. Jika dia anak kepala yayasan, lantas … aku harus gimana?" sahut Mutiara masih santai. Anggara membantu melepaskan temannya dari cengkraman Mutiara. Dengan sengaja Mutiara melepaskan dan membuat cowok mesum tadi tersungkur ke tanah. "Segini doang?" tanya Mutiara meremehkan mereka. "Otak kalian berdua kosong, gaya sok preman, berani sentuh sahabatku pula. Beruntung kalian nggak masuk rumah sakit hari ini. Ayo

  • Sweet Passion   Lembaran Baru Kisah Mutiara

    "Selamat pagi Tante," sapa Jesica pagi itu."Eh, Jesi, ya? Pagi, sayang. Kuliah di sini juga?" tanya Gea dengan ramah."Iya, dong. Kan aku sama Muti udah klop banget, susah mau jauh, Tante!" seru Jesica memulai celoteh tak berfaedahnya.Jesica adalah sahabat satu-satunya Mutiara sejak duduk di bangku taman kanak-kanak. Di kampus, mereka juga akan menjadi teman seperjuangan lagi dalam menganyam pendidikan."Kamu datang sendirian?" lanjut Gea."Sama Mama tadi. Cuma, langsung ke butik," jawab Jesica. "Anaknya di tinggal saja, Tante. Akan aman bersamaku, percayalah!" imbuhnya dengan senyum konyolnya.Gea menatap putrinya. Ia tidak menyangka jika putrinya sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik

  • Sweet Passion   Menemukan Fakta

    Pertemuan antara anak dan ayah ini juga sangat mengharukan. Dalam sekejap, Bella berubah menjadi gadis yang baik. Perihal racun itu, Tuan Nathan dan juga Gea sudah memaafkannya, Gea memberikan kesempatan Bella supaya bisa berubah."Kenapa kalian tidak marah kepadaku?" tanya Bella dengan wajah bersalah.Gea tersenyum, kemudian membelai rambutnya dengan lembut. Ia berkata, "Sudahlah, kamu membenci kami juga karena kamu berpikir kami akan memisahkanmu dari Papa Ale-mu, bukan?""Tenang saja, kakakku, dan kedua orang tuaku tidak mungkin menghancurkan kebahagiaanmu, Kak Bella," imbuh Ivan memberikan makanan baru yang ia bawa bersama dengan pelayan.Bella benar-benar merasa malu dengan Gea. Ia membenci Gea tanpa alasan yang belum tentu terjadi. Malam itu, Bella tak perlu ke hotel untuk istirahat. Aldi de

  • Sweet Passion   Hancurnya Kedengkian Bella

    Sebelum Mutiara masuk ke mobil, ia menghampiri Rico dan meminta maaf jika dirinya selalu mengacuhkannya. Kejadian malam itu, membuat Mutiara sadar, jika dirinya memang jatuh cinta kepada pria yang beberapa minggu terakhir dekat dengan dirinya itu."Selamat tinggal, Rico. Jika aku ada salah, aku mohon maafkan kesalahanku, baik di sengaja atau tidak," ucap Mutiara tanpa menatap menatap mata Rico."Jangan pernah mengucapkan kata selamat tinggal jika di hati kita masih berharap pertemuan. Maafkan aku karena waktu itu aku sudah mengecewakanmu, Mutia. Aku benar-benar menyesal. Maafkan aku." Rico memberikan sesuatu di tangan Mutiara.Kali ini, tatapan Mutiara penuh dengan arti untuk Rico. Ia hanya berharap, jika rasa sukanya hanya sekadar angin lalu saja. Tapi masa-masa SMA tidak akan datang untuk yang kedua kalinya, masa-masa indah y

  • Sweet Passion   Andai Waktu ....

    "Sial! Apa yang sudah aku lakukan?" umpat Rico menyalahkan dirinya sendir. "Sekarang, apa yang akan Mutia pikirkan tentangku? Kenapa aku sangat gegabah?"Rico terus menyalahkan dirinya sendiri. Sementara itu, Mutiara tengah kesulitan mengatur debaran jantung yang tak seperti biasanya. Jantungnya berdebar hebat, apalagi ketika Rico menyentuh kulit dada miliknya."Kenapa jantungku berdegup cepat begini?" gumamnya. "Sebenarnya … rasa apa yang kurasakan saat ini. Lalu, kenapa ketika Rico menciumku, aku hanya bisa diam dan tidak menolak?" ujarnya menyentuh tanda merah yang diukir oleh Rico."Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Apa aku jatuh cinta kepadanya? Tapi apa yang membuatku jatuh cinta dengannya?"Pertanyaan-pertanyaan kecil selalu muncul dalam pikirannya. Mutiara tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, yang ia rasakan hanyalah debaran jantung yang cepat dan juga rasa kegelisah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status