“Kami pulang!” Seru Alfi sambil mengangkat belanjaannya dan membawanya ke dapur.
“Akhirnya datang juga, kenapa kalian lama sekali?” Tanya Koji.
“Mungkin mereka nyasar.” Kata Katon.
“Tidak mungkin, mereka sudah dewasa. Kalau toh mereka nyasar, mereka pasti akan bertanya pada penduduk desa terdekat kan?” Tambah Reza.
“Atau jangan-jangan!” Kata Indra.
“Ada apa?” Tanya Iqbal.
&l
“Kenapa?”Tanya Varz.”Kenapa kau begitu marah saat dia mati di depanmu?!”Seru Varz.Alfi pun hanya terdiam.“Tahu apa kau soal dia? Kau bukan apa-apa selain orang sok-sokan ingin melindungi dunia. Kau bukan saudaranya! Kau bukan temannya! Kau bukan keluarganya! Kau bukan siapa-siapa! Jadi jangan bertingkah seenaknya!”Seru Varz.“Bukannya wajar kalau aku marah...”Kata Alfi.”Saat orang yang harus kulindungi mati di depanku? Aku adalah sang pelindung dunia, yang berarti aku juga harus melindungi seluruh penghuninya sekalipun mereka membenciku.”Lanjutnya.
Alfi, Megumi dan Varz pun segera bergegas ke ruang makan. Alfi dan Varz segera duduk dan Megumi segera pergi ke dapur untuk memasak.“Jadi, kita hanya akan makan dan istirahat sebentar, lalu melawan boss selanjutnya.”Kata Alfi.“Tidak, kita bisa beristirahat seharian.”Kata Varz menunjuk ke atas.Di atas mereka ada cahaya putih yang membentuk tulisan "BOSS AKAN MUNCUL DALAM 23:50:46"“Ini benar-benar seperti game ya.”Kata Alfi canggung.”Tapi, setidaknya kita bisa tiduran dulu untuk memulihkan tenaga.”Lanjutnya.Varz hanya menganggukan kepalanya.&ldq
Pria itu berdiri tegak di depan Varz dengan tangan kanannya memegang pegangan pedang yang ada di pinggang kanannya. Dia adalah seorang pria berambut pendek yang menganakan kimono merah.“Tunggu, kau bilang "Arz" kan? Mungkin kah?!”Kata Alfi terkejut.“Perkenalkan, namaku Arz.”Kata pria itu.”Aku disini bukan untuk bertarung, walaupun aku adalah boss terakhir yang harus kalian habisi untuk keluar dari sini. Varz, sudahkah kau menguasai Doraduo?”Lanjutnya.Varz hanya berdiam diri. Tiba-tiba pedang Varz mengeluarkan Iru ungu lagi. Varz terlihat terdesak.“Apa yan
Alfi dan Arz tengah bersembunyi di dalam lubang tempat dimana Alfi terpental tadi (Iya, dia menghantam tanah sampai tanahnya berlubang.) Mereka berdua merasa gelisah melihat Varz dalam keadaan seperti itu melalui periskop.“Apa kau yakin kita tidak perlu membantunya?”Tanya Alfi bimbang.“Jangan khawatir, inilah satu-satunya cara untuk membuat Doraduo ingin mengakui Varz sebagai majikannya.”Jelas Arz.“Megumi, apa itu benar?”Tanya Alfi.“Iya, kebanyakan Ribo ingin bekerja sama dengan tuannya dengan syarat tertentu. Syarat tersebut bisa saja hubungan, sumpah, atau pe
Sementara itu, Kartika, Herman, Koji, Katon, Indra, Iqbal dan Reza tengah bertarung melawan segerombolan besar murid-murid para tetua. Malam semakin larut dan mereka sudah mulai kelelahan, namun mereka terus saja bertarung melawan mereka semua.Sampai saat ini, mereka sudah mengalahkan lebih dari 200 murid, dan jumlah mereka sudah mulai berkurang. Kartika dan Cakra memukul mereka tanpa ampun, Herman menembaki mereka seperti orang gila, Koji membakar mereka dengan api yang keluar dari kacamatanya, Katon menghantam mereka dengan tongkat besinya secara membabi buta, Indra menendang mereka dengan cepat sekali, Reza dan Taringa mencincang mereka dengan cakaran mereka bak hewan buas, dan Iqbal... Dia melumpuhkan mereka dengan nafasnya (Kan kekuatannya nafas bau, hanya bisa melumpuhkan, bukan membunuh. Kalau mereka sampai bunuh diri karena tidak tahan ak
Alfi tengah terbaring di kasur empuk itu. Sebenarnya dia sudah bangun, namun ia enggan membuka matanya karena ia merasa ada seseorang sedang tidur di sampingnya, dan ia yakin bahwa itu Megumi. Begitu juga Varz, dia mengira bahwa ia sudah kembali ke dunia nyata dan Kartika sedang tidur di sampingnya. Tanpa mereka sadari, mereka berdua tidur di kasur yang sama dan tengah asik dengan delusi bejat mereka masing-masing.Alfi pun mulai membelai punggung Varz."Megumi, kamu pasti kelelahan juga kan sampai punggungmu keringatan begini?"Pikir Alfi keenakan membelai punggung Varz.Varz pun membelai punggung Alfi.“Kartika
“A.. Apa katamu???”Kartika terlihat terkejut begitu pula yang lainnya termasuk Alfi.“Maafkan kami.”Ucap Varz merasa bersalah.Kartika pun segera memukul wajah Varz sampai dia terjatuh. Semua orang pun terkejut melihatnya.“Aku tidak butuh permohonan maafmu, dasar munafik!”Seru Kartika terlihat kesal.Varz pun segera berdiri dan menatap Kartika dengan mata sayunya. Para tetua dan para Pendekar Pedang Bintang amat terkejut melihat Varz bertingkah seperti itu. Biasanya Varz tidak akan segan-segan membunuh siapapun yang menyerangnya, dan dia tidak peduli apakah dia laki-lak
Anak itu melihat anak-anak seumurannya bermain-main di sana. Ia merasa ragu untuk ikut bermain bersama mereka. Ia pun memberanikan diri untuk bermain bersama mereka.Anakitu terlihat riang bermain bersama mereka, namun tiba-tiba beberapa ibu-ibu yang terlihat seperti orang tua anak-anak itu mendekati mereka dengan raut muka gusar. Mereka pun segera menjauhkan anak-anak mereka dari anak itu.“Ibu kan sudah bilang, jangan dekati anak itu!”