Anak itu melihat anak-anak seumurannya bermain-main di sana. Ia merasa ragu untuk ikut bermain bersama mereka. Ia pun memberanikan diri untuk bermain bersama mereka. Anak itu terlihat riang bermain bersama mereka, namun tiba-tiba beberapa ibu-ibu yang terlihat seperti orang tua anak-anak itu mendekati mereka dengan raut muka gusar. Mereka pun segera menjauhkan anak-anak mereka dari anak itu.
“Ibu kan sudah bilang, jangan dekati anak itu!”
Kedua mangkuk besar itu melaju dengan cepat ke destinasi masing-masing. Varz, Herman, dan Katon tengah berada di suatu ruangan di dalam Pinto.“Aku mungkin lengah saat itu, tapi aku pasti akan menang kali ini!”Seru Herman menantang Varz.“Oh, kalau begitu, tunjukan padaku seberapa kuat dirimu itu.”Kata Varz memanas-manasi Herman.“Jangan sampai lupa kalau aku juga ada di sini!”Seru Katon menyeringai.Katon pun mengeluarkan pulpennya dan mengubahnya menjadi tongkat besi. Katon pun melesat ke arah Varz. Varz pun membentuk pedang angin dan menahan tongkat besi Katon. Varz p
Varz, Herman dan Katon terlihat terintimidasi oleh pria itu. Bukan karena dia kuat, tapi karena mereka takut kehilangan kesucian dan harga diri mereka sebagai laki-laki. Pria itu menggoda mereka dengan lirikan nakal berharap mereka akan terpesona olehnya. Namun, bukannya terpesona, mereka malah merasa jijik padanya.“Aku adalah pria yang sangat mempesona. Orang-orang memanggilku GEM-B. Aku adalah orang yang cinta damai dan hanya ingin bahagia saja. Jadi, ayolah sayang, mari berhenti bertarung dan bersenang-senanglah bersama.”Ajaknya lembut meniupkan kecupan pada mereka bertiga.“OGAH ANJING!”Seru mereka kesal.“Ahh... Kalian menyakiti hatiku yang rapuh ini.
20 tahun yang lalu, di malam hari yang tenang dan panas, seluruh penduduk desa tengah tertidur dengan pulasnya. Tidak ada siapapun yang ingin keluar dari rumah mereka. Mereka terlalu sibuk menikmati indahnya bunga tidur yang mereka miliki sekarang. Namun, tiba-tiba terdengar suara erangan yang amat keras dan mengerikan diikuti dengan suara kayu yang terbakar dan besi yang hancur. Para penduduk pun segera terbangun dan sadar bahwa mimpi buruk yang nyata itu muncul di hadapan mereka. Mereka pun segera berlari sejauh mungkin untuk menyelamatkan diri mereka.Makhluk buas berkepala dua itu menghancurkan apapun yang ia lihat, meluluhlantakan apapun di sekitarnya, dan membantai siapapun yang mencoba melawannya. Keempat pria berbaju serba putih itu pun mengevakuasi para penduduk desa karena mereka sadar bahwa melawan hanyalah ide terbodoh yang perna
"Apa kau mengerti kenapa aku tiba-tiba menarikmu ke sini?" Tanyaku.Alfi masih terdiam duduk di depanku."Alfi, kumohon bicaralah. Aku tahu kalau ini berat, tapi masalah ini tidak akan selesai jika kamu terus diam seperti ini."Bujuk Mitsuha."Aku mengerti..."Kata Alfi."Bicaralah." Ucapku."Aku tidak bisa..."Ucap Alfi."Apa kau punya alasan yang kuat yang bisa kau berikan padaku?" Tanyaku tegas.
Keadaan di desa Tenganan sudah mulai membaik. Jumlah musuh mulai berkurang dan semua penduduk desa sudah dievakusi ke tempat yang lebih aman. Indra dengan para Pendekar Pedang Bintang yang lain tengah sibuk menghabisi para tamu tak diundang ini, sementara Iqbal, Reza dan para tetua tengah sibuk merawat para penduduk yang terluka.“Terkutuklah kalian, Waku-Waku.”Wayan terlihat amat kesal melihat apa yang telah Waku-Waku lakukan.“Kita hanya bisa menyerahkan semua pada mereka. Tenanglah, kita hanya perlu melakukan apa yang kita bisa sekarang.”Ketut berusaha menenangkan Wayan.“Dia benar. Tidak ada gunanya kita mengeluh, lagipula Varz juga bersama mereka. Aku
Herman terlihat sangat serius. Dia terus memukul-mukul kantong pasir itu sampai kantong pasir itu hancur.“Bagus, sekarang coba hancurkan yang satu ini.”Kata Varz memasangkan kantong yang diisi penuh oleh kerikil.”Coba hancurkan kantong ini beserta isi-isinya.”Lanjutnya.Herman berusaha mengatur pernafasannya.“Bagaimana caranya?”Tanya Herman.“Dalam pertarungan, kau harus mencari tahu sendiri bagaimana caranya untuk mengalahkan lawanmu. Sama seperti yang kau lihat sekarang. Pikirkanlah sendiri.”Kata Varz meninggalkan Herman sendirian di ruang lat
Alfi masih terdiam di kamarnya. Kartika dan Koji yang berdiri di luar kamarnya merasa enggan untuk mengetuk pintu kamar Alfi.“Bagaimana ini?”Tanya Kartika bimbang.“Dia sedang banyak pikiran. Sebaiknya kita beri dia waktu untuk sendirian.”Kata Koji.“Aku tahu, tapi...”“Apa?”“Aku mengkahwatirkannya.”Sementara itu di dalam kamar Alfi, Alfi sedang duduk di tepi kasurnya bersama Megumi. Alfi terlihat mur
Desa Tenganan sudah porak poranda, namun para penduduk desa masih selamat karena Darz, Harz dan Larz masih dapat bertahan menghadapi Franz.“Ayolah, menyerah saja. Kalian tahu kan kalian tidak akan pernah mampu melawanku.”Kata Franz dengan nada meremehkan.Darz, Harz dan Larz pun berdiri dengan tubuh mereka yang gemetaran