“APA?! HARASA?!” Kartika terkejut mengetahui Alfi akhirnya memutuskan untuk menggunakan Harasa, senjata suci nomor 12.
“Ada apa, Kartika? Apa itu Harasa?” Tanya Varz yang gelisah.
“Ada 5 senjata suci yang sulit untuk dikendalikan. Senjata suci nomor 3: Duy-duy, senjata ini memerlukan kesedihan yang pedih agar bisa digunakan. Alfi dapat menggunakan Duy-duy karena masa lalunya yang kelam. Senjata suci nomor 6: Tipit, senjata ini memerlukan rasa cinta yang tulus agar dapat digunakan. Alfi dapat menggunakan Tipit karena cintanya yang tulus pada Megumi. Senjata suci nomor 9: Pelidi, senjata ini memerlukan kecerdasan yang tinggi agar bisa digunakan. Alfi bisa menggunakannya karena ia memang cerdas. Senjata suci nomor 10: Pukan, senjata ini memerlukan hati busuk dari si pengguna agar bisa dapat digunakan. Alfi dapat menggunakannya karena sifatnya yang memang sudah seperti seorang bajingan. Dan...”
“Senjata suci nomor 12: Harasa,” Ucap Herman.
Ini adalah bab akhir di GN. Ngotaklah, buka bab pake koin nggak bisa cuan gw
Pernahkah kau memimpikan seorang pahlawan?Sepertiapakahdia?Kekar?Kuat?Tampan?Berani?Celanadalamdiluar?Kebanyakan dari kita pasti mengidamkan pahlawan seaneh itu kan? Namun, buku ini tidak akan menceritakan pahlawan seperti itu.Namun, dalam benakku terbayang sosok pahlawan yang aneh. Dia tidaklah kuat apalagi rupawan, tidak pintar tapi juga tidak bodoh. Serius deh, dia adalah tokoh utama dari cerita sederhana ini dan untuk jaga – jaga, aku akan ambil bagian dalam cerita ini agar ceri
“Tolong? Tolong apa? Apa maksudmu?”Tanya Alfi tidak percaya.“Kamu adalah Alfa! Sang penyelamat dunia yang sudah kucariselama ini!”Jelas Kartika.Alfi masih merasa bingung pada apa yang terjadi sebenarnya. Alfi pun mencopot kancing jaketnya Dan menanggalkannya, Kali ini ia hanya berbalut kaos putih saja (tenang, celananya masih terpasang kok.)Alfi pun mencoba menghela nafasnya dan ia pun bertanya pada Kartika yang masih menundukan kepalanya pada Alfi.”Apa maksudmu? Tolong jelaskan padaku!”“Angkat kepalamu Kartika, jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!”Tambahnya.Kartika pun mengangkat kepalany
“Begitukah?”Tanya Taye meremehkan Alfi.Alfi masih menatapnya dengan tajam.“Megumi, tolong bantu aku ya.”Kata Alfi tegas.“Dengan senang hati, Alfiku.”Jawab Megumi.“Jangan buang-buang waktu lagi!”Seru Taye.”Colok Api!”Serunya menembakan beberapa tusuk sate yang terbuat dari kayu dan sudah dibaluti api yang membara dari telapak tangannya.Alfi menekukan lengan besarnya itu, dan Irunya menyerap semua tusuk sate berapi itu kedalam lengannya.“Kalau ini hanya masalah menghayal...”Kata Alfi.”Maka...&rdquo
“Ngomong-ngomong.”Kata Alfi.”Apa kau tahu seberapa kuat musuh kita nanti?”Tanyanya.“Iya,”Balas Kartika mengeluarkan kotak yang ia temukan di pertempuran sebelumnya.”Driver ini menunjukan informasi mengenai musuh kita.(aku tidak bisa menemukan nama lain atau pun padanannya, oleh karena itu sebut saja driver ya)”Lanjutnya.“Benarkah? Beri tahu aku.”Pinta Alfi.“OK. Tinggi: 165 Cm, berat: 56 Kg, zodiak: Virgo, makanan kesukaan: seblak basah.”Jelas Kartika.“Bukan informasi itu!”Seru A
Kartika pun terkejut melihat Alfi seperti itu, begitu pun Herman.“Alfi! Tolonglah! Jangan berdiam diri seperti itu terus!”Teriak Kartika panik.Alfi masih terdiam seperti itu. Tak peduli seberapa keras Kartika meneriakinya, Alfi tidak kunjung juga bergerak. Sebenarnya Alfi ingin sekali melindungi mereka berdua dan melawan Anggun, namun tubuhnya seolah-olah menolak keinginannya tersebut.Megumi terlihat terkejut melihat wajah Alfi yang kosong itu.“Alfi! Jangan bilang kalau kamu....”Sesaat Megumi hendak melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Kartika terkena Hantaman Vital Anggun.
Berlari....Alfi berlari...Ia berlari sekuat tenaga dengan nafasnya yang sudah terengah-engah karena kelelahan.“Ibu!”“Ayah!”“Bunga!”“Anto!”Seru Alfi terus berlari. Ia terus berteriak seperti itu sampai ia terjatuh.Alfi berusaha berdiri lagi, namun ia tidak bisa. Dia tidak dapat menggerakan kedua kakinya. Alfi terlihat sangat ketakutan sampai air matanya keluar dari matanya yang sayu itu.“Sial!”
Herman berada di ruang latihan sedang berlatih dengan menembak-nembakan kuku-kukunya pada boneka-boneka kayu yang meluncur ke arahnya dari berbagai arah dan meluncur kemana-mana.Herman menembakan kuku-kukunya terus menerus namun, tembakannya selalu meleset. Herman terlihat amat kesal karena dia merasa tidak berguna bagi teman-temannya."Ak
Hening.Keadaan menjadi hening.Tidak ada seorang pun dari mereka yang bergerak sedikitpun.Jasad Roni masih terbaring disana.Kiki pun teringat kembali kenangan saat mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya.Mereka berdua bertemu saat mereka berada di bangku SD. Saat itu Kiki merupakan anak yang sangat pemalu dan korbanbullyjuga. Suatu hari, Kiki sedang duduk di bangkunya menghindari kontak mata dengan siapapun karena takut dibully,seorang anak laki-laki menghampirinya.