"Vivian? Kau mendengarku?"
Vivian merasa ada yang memanggilnya. Ia terbangun di sebuah dunia yang dipenuhi bunga nan indah, bulan penuh menggantung di atasnya. Tampak sebuah danau dengan pantulan bintang terbentang luas di hadapannya dengan dikelilingi bunga yang baginya asing. Tempat itu pertengahan malam dan siang. Cahaya kunang-kunang keemasan memutari tubuh Vivian, membuat perhatiannya tidak lepas menatap makhluk kecil bag
Di sebuah perbukitan Andolus berdiri sebuah istana kokoh dan megah dengan dindingnya yang hitam kelam. Tempat itu gersang, tidak ada tumbuhan yang mampu bertahan hidup di sana. Di tempat inilah Kaum Gouwok membentuk pasukannya, karena di negara bernama Darkus itulah istana Andolus yang merupakan pusat kekuasaan Kaum Gouwok berdiri, dengan penguasanya Zasier. Dia pria kejam yang sangat bengis, meskipun begitu, Zasier memiliki wajah yang rupawan, wajah malaikatnya benar-benar menipu."Jadi gadis itu telah lahir?" tanyanya pada abdi setianya dari atas singgasana.
Seorang pria dengan tubuh penuh luka dibanting di atas rerumputan hijau halaman istana. Ia jatuh tersungkur karena didorong oleh salah satu ksatria pedang Kerajaan Moon Kingdom. Raja Dimitri menatap marah padanya. Ia bahkan ingin melumat tubuh tak berdaya itu mentah-mentah."Di mana kalian menemukannya?" tanya sang raja pada Baroon, salah satu panglima kesayangan Raja Dimitri.
Terdengar suara sepatu di atas lantai batu yang mengisi lorong dan sudut istana Kerajaan Moon Kingdom. Semua penjaga jatuh tertidur di tempat mereka. Langkah sepatu bertumit itu terus berbunyi nyaring, membuat siapa saja merinding karenanya."Kau sudah datang?"Pria bersepatu tumit itu membungkuk memberi hormat pada pangeran Aaron yang berdiri di hadapannya.
"Dimitri?! Apa kau sudah gila? Membiarkan gadis itu memperalat kita untuk memicu peperangan yang selama ini kita hindari?"Setelah berita kebangkitan Pearl Girl tersebar luas hingga keluar istana. Seluruh raja dalam aliansi lima kerajaan berkumpul di tempat pertemuan rahasia. Raja Dimitri disudutkan akan kejadian ini.
Tenda-tenda berdiri dengan kokoh. Tampak tiang-tiangnya menjulang ke atas bersamaan dengan kibaran bendera Moon Kingdom mendominasi, meski ada beberapa bendera empat kerajaan lainnya ikut berkibar tapi tidak terlalu terlihat. Lambang kain berwarna biru tua dengan gambar bulan purnama berwarna perak di tengahnya menjadi pemandangan pertama bagi yang melihat kumpulan tenda dari kejauhan. Dari sekian banyak tenda, ada lima tenda besar dan satu di antaranya tenda utama, milik Pangeran Aaron. Lima raja lainnya tidak ikut dalam peperangan. Mereka menjaga basis pertahanan masing- masing kerajaan."Kapan kita mulai menyerang?" Jackuen mendekati Aaron yang saat ini berperan sebagai panglima tertinggi di sana. Dialah yang menentukan taktik perang ini."Seperempat malam nanti setelah bulan menampakkan wajahnya. Sebelum itu kita harus mengepung mereka. Setidaknya ada dua puluh ribu prajurit Gouwok yang saat ini mengisi dua lembah di Ghorbo." Pangeran Aaron membentuk sketsa di atas
Pangeran Aaron berkeliling di sekitar tenda. Terlihat langit mulai gelap, pertanda malam segera tiba."Pangeran!" Aze melihat Aaron yang melewati tendanya."Ya," jawabnya."Apa anda yakin kita tidak akan terlihat dengan rencana tadi?" tanyanya ragu."Aku yakin. Meski kecil kemungkinan, tapi berpura-pura sebagai musafir dan menculik kaum bar-bar itu saat menghadang kita merupakan ide yang tidak buruk." Jawabnya yakin."Aku hanya takut, mereka menyadari itu rencana kita."Aaron hanya menatap Aze datar."Jika kau takut. Jangan ikut dalam barisan musafir nanti!" tegasnya.Aze menunduk, merasa malu."Pangeran! Pangeran!" Dua orang ksatria berlari ke arah mereka.Aaron menatap orang-orang itu dengan raut bertanya."Pangeran! Ini gawat. Pearl girl pergi sendirian dengan kudanya ke lembah pertama. Kami berpapasan di dekat semak lout saat berpatroli," kata salah sat
"Vivian?" Silvia berada di dalam pikirannya. Dia melihat Vivian yang kini terbaring di atas air danau yang di atasnya bulan menggantung sempurna. Kepala Vivian mendongak menatap Silvia di tepi danau."Mau apa kau kemari?" tanya Vivian yang memusatkan penglihatan."Ikutlah denganku," katanya memohon padaVivian."Kemana?" Vivian perlahan-lahan berdiri dan berjalan di atas air danau, mempersempit jarak mereka untuk mendekati Silvia yang masih menunggu kedatangannya di tepi danau."Menyatulah bersamaku Vivian. Aku membutuhkanmu," kata Silvia lembut."Kenapa? Itu tidak mungkin Silvia," kata Vivian dengan mimik bingung saat menatap Silvia."Maaf aku tidak pernah mengatakannya padamu. Sejujurnya jika kau dan aku mencoba untuk saling berikatan kita bisa menjadi kuat, tapi kelemahannya aku tidak bisa bergerak sesuka hatiku." Vivian memperlamabat langkahnya, dan ada ketakutan yang jelas terpancar dari manik mata emas miliknya.
Wajah-wajah puas terlihat di antara pasukan Moon Kingdom karena berhasil merebut Ghorbo.Mereka mengulas senyum bahagia, meski ada beberapa yang menangis haru dan sebagian menangis sedih karena kehilangan rekan seperjuangan, akan tetapi semua seakan sudah terbalas dengan kemenangan yang mereka dapat. Silvia tersenyum dan menatap Aaron yang tampak biasa saja."Hey berbahagialah. Kita memenangkan pertarungan ini," katanya pada Aaron yang terlihat menekuk wajah. Pangeran itu memperbaiki posisi Silvia yang tadi setengah duduk menjadi menyandar padanya. Gadis itu hendak protes."Kali ini jangan membantah. Kau masih sangat lemah," katanya dan melemparkan tatapan penuh perintah pada pasukannya sebelum mengatakan, "Ayo kita kembali! Dan bawa mereka yang terluka, serta kumpulkan pedang yang masih tersisa!" Suara Aaron terdengar lantang agar bisa didengar semua ksatrianya."Siap!" jawab mereka bersamaan dan langsung mengerjakan perintah Aaron.Pasuk