Share

Hangat dan Nyaman

Sebentar lagi pintu lift terbuka, aku harus langsung melesat menjauhi pria ini, tadi dia kesannya tak sudi bicara denganku, tapi sekarang dia malah mengikutiku. Aku merasakan pandangan pria itu di belakangnya. Aish, kenapa dia mengikutiku sih! jeritku dalam hati. Pintu terbuka 3...2...1 go!

Aku segera berlari secepat mungkin, sepatu baru ini menyusahkan saja, kalau aku lepaskan, kira-kira lantai rumah sakit bersih nggak ya? aku menimbang-nimbang, tetapi sepertinya waktu aku membuka sepatu, aku bisa ditangkapnya.

"Anna!" panggilnya dari belakang, aku segera mempercepat langkahku, kakiku sempat terpeleset, seketika dia bisa mengejarku.

Ethan meraih lengan bajuku dengan kasar, ada bunyi krek tiba-tiba, ada yang robek, dia menarikku masuk ke dalam mobil. Aish ternyata dress ini robek, dari bagian ketiak sampai pinggang, haduuuh bagaimana ini? Aku  terpaksa harus diam di dalam mobil, sesalku dalam hati. Semua gara-gara pria menyebalkan di sebelahku ini. Aku memandangnya dengan kesal.

Dia menyetir dengan cepat keluar dari rumah sakit. Aku baru pertama kali naik mobil yang seperti ini. Aku hanya duduk diam sambil memegang bagian yang robek.

Harusnya aku pakai kaos dan jeans aja, semua ini karena Mama yang menyuruh aku memakai gaun, pasti ini gaun tua Mama lagi deh, jahitannya bisa lepas begini? keluhku dalam hati.

Tiba-tiba handphone Ethan berdering panjang, dia segera meminggirkan mobilnya, dan mengangkat handphonenya. Dia tiba-tiba berbicara dengan Bahasa Inggris yang fasih.

Ah ini pasti meeting yang dia tadi ceritakan, ternyata dia bisa tuh meeting tanpa berkas yang dia bicarakan tadi, cih dasar tukang bohong! pikirnya kesal.

Selama dia berbicara di sebelahnya, aku jadi bebas memperhatikan wajahnya. Wajahnya tirus dengan mata yg tajam berwarna hitam pekat, hidung mancung dan alis tebal, kulitnya putih mulus, cih tidak wajar seorang pria memiliki kulit semulus itu! pikirku dalam hati.

Dia berbicara cepat mengenai kenaikan harga saham, dan sebagainya yang aku tak mau ambil pusing, tanganku mulai pegal memegangi bagian yang robek, karena gelap begini mungkin tidak akan kelihatan kalau aku lepas pegangan tanganku? pikirku melepaskan genggaman tangan pada robekan gaunku.

Ethan juga masih terus berbicara sambil melihat ke arah yang lain jadi aman lah, pikirku masih memandangi dia.

Rambutnya lurus, poninya hampir menutupi wajahnya. Kalau lagi berbicara seperti ini, dia terlihat tampan, aku harus mengakuinya, tapi entah mengapa kelakuannya selalu membuat aku ingin selalu marah dengannya.

Hujan tiba-tiba turun, aku seketika melihat ke arah jendela. Ah, bagaimana ini kenapa bisa hujan? Aku meratap dalam hati memandangi air hujan yang turun deras.

"Hmm..." panggilnya lagi, aku benar-benar kehabisan sabar dengan pria ini, sudah berulang kali aku harus bilang kepadanya, panggil dengan namaku! kataku geram dalam hati, sambil menoleh ke arahnya. Dia sepertinya sudah selesai meeting.

"Panggil aku dengan...-" ucapanku terpotong karena jarinya menunjuk robekan gaunku yah terbuka lebar memperlihatkan BH dan sebagian Perutku! Astagaaaa! jeritku dalam hati, langsung kembali menggenggam gaun yang robek itu.

Gaun Mama benar-benar membuatku malu hari ini! pikirku dalam hati, aku segera menatapnya, mau melihat reaksinya. Dia tiba-tiba membuka jasnya, oh... oh... apa yang dia lakukan, dia tidak bermaksud untuk... tiba-tiba dia mendekatiku, aku mundur, dia semakin mendekat sampai aku tidak bisa mundur lagi, mau apa dia? aku semakin panik.

"JANGAN!" jeritku sambil mendorongnya.

"Apaan sih!" serunya kaget terkena doronganku.

"Jangan dekat-dekat, kamu mau apa!" teriakku panik. Emosi wajahnya tidak dapat kubaca, antara marah dan geli.

"Ya sudah kalau ga mau pake!" Dia menarik jasnya yang dari tadi ternyata sudah di pangkuanku.

"Eh, ... mau!" seruku sambil langsung menarik jasnya. Aku segera mengenakannya, rasanya hangat walau kebesaran untukku. Dia mendengus, lalu menjalankan mobil kembali.

Aku tiba-tiba merasa lapar, karena tadi panik menemani Opa aku sama sekali tidak makan kecuali tadi makan siang bersama Opa tadi. Kira-kira Mama di rumah masak ga ya? Mama suka makan Indimie saja kalau aku ga ada.

tapi ga apalah makan Indimie hujan-hujan begini enaknya juga.

Tapi jalan ini bukan ke rumahku, dan aku juga belum memberikan alamatku.

"Kita mau kemana?" tanyaku bingung memperhatikan sekitarku, hujan masih deras aku terperangkap di mobil ini.

"Makan." jawabnya seenaknya.

Aku memegang perutku, apa tadi tanpa aku sadar perutku berbunyi ya? kataku takut dalam hati. Kalau meetingnya jam 10 malam, mungkin sekarang sudah jam 11, makan dimana yang masih buka jam segini? pikirku lagi dalam hati.

Mobil seketika belok ke restoran berlambang M besar berwarna kuning itu, oh... iya benar jam segini memang hanya restoran fast food seperti ini yang pasti buka.

Dia masuk ke layanan drive through, dan membuka jendelanya, angin hujan langsung masuk ke dalam.

"Mau makan apa?" tanyanya singkat.

"Paket double cheese minum ganti teh, makasi." Aku menjawab pasti. 

Restoran ini merupakan salah satu restoran kesukaanku. Ethan terkejut karena pesananku ternyata sama dengannya, dia memesan lalu maju ke konter lain untuk mengambil pesanan.

Kami segera makan dengan diam, aku lapar sekali sehingga dalam sekejap aku langsung menghabiskan pesananku bahkan sebelum Ethan menyelesaikan makannya.

"Cepet aja, laper ya?" tanyanya menyindir. Aku melirik ke arahnya dengan sebal.

"Sudah pasti, aku nungguin Opa dari siang sampai malam ini, kalau aku sih khawatir ya kalau Opa ku kenapa-kenapa, nggak kaya seseorang yang sok sibuk, sampai nggak bisa ditelepon," jawabku kembali menyindir.

Dia mendelik ke arahku dan seperti mau mengatakan sesuatu, tapi handphone-ku berbunyi. Aku mengangkat tanganku menyuruh dia berhenti.

"Anna, kamu dimana, sudah jalan pulang kan?" tanya Mama bingung, aku jarang pulang malam.

"Kamu pulang naik taksi kan, uang yang tadi masih cukup?" tanya Mama lagi.

"Ya, Mama aku dah jalan pulang kok, iya aku aman, aku naik taksi kok," jawabku sekenanya. 

Pria itu semakin melotot ke arahku tapi aku meletakkan jari telunjukku di bibirku dan dia mulai menjalankan mobil dengan kesal.

"Mama tidur aja, aku kan bawa kunci, dah malem Mah." ucapku memandang keluar, air masih turun dengan derasnya.

"Oke, tapi kamu cepat pulang, ya sepertinya mau hujan nih," seru mama, tampaknya disana belum hujan.

"Oke Mama sayang." Aku mematikan handphone sambil tersenyum. 

"Rumahku di Akasia TV3 nomor 1." ucapku memberi tahu, aku mendengar dia mendengus tapi sepertinya dia mengerti dan mengarahkan mobil ke sana.

Aku memperhatikan air hujan yang jatuh di jendela, sambil merebahkan tubuhku ke bangku mobil yang nyaman. Jas Ethan pas sekali menutupi tubuhku, sehingga aku terasa hangat. aku menguap karena tiba-tiba merasa ngantuk, aku tidak boleh tertidur... aku tidak boleh tertidur, ucapku dalam hati memperingatkan diriku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status