Share

4. Alex dan Max.

Tubuhku hampir saja terjatuh kalau saja tangan kekar ini tidak menahanku sekarang. Kini jantungku sudah berdetak dua kali lipat lebih cepat, bukan karena ucapan yang di kontrakannya tadi. Tapi, karena wajah Max yang  sudah sangat terlalu dekat dengan wajah ku.

Oh tidak! Ini tidak baik untuk jantungku!

Latas aku coba mendorong tubuh Max dengan sekuat tenaga, Namun, dengan sigapnya lelaki itu semakin mendekapku erat. Dan aku malah semakin terkurung di rengkulan nya.

"Jawab saya Laras, apa kamu benar sudah berani bermain di belakang saya?" Wajah itu perlahan maju, bahkan aku dapat merasakan deru nafas hangat nya.

Rasanya perasaanku semakin kelud, bahkan dapat kudengar debaran jantungku seperti sudah ingin keluar 

Aku tundukan wajahku dan mengeleng cepat. "Tidak, dia hanya temanku, Max. Kami hanya sebatas teman, kamu tidak perlu khawatir soal dia " jawabku sedikit tergesa.

Max tertawa, “Apa maksudmu Laras? Saya khawatir soal dia?" Tanyanya sudah melepaskan rangkulan dari pinggangku. "Itu tidak akan mungkin Laras. Saya  tidak akan pernah mungkin peduli apapun tentang kamu, tolong kamu catat itu”

Aku hanya bisa terdiam, lidahku keluh. Lagi, Max berhasil melontarkan ucapan yang menyakiti perasaanku lagi. Satu alasan kenapa aku tidak pernah bisa mencapainya hingga saat ini, adalah .. karena dia yang selalu menolak dan menyangkal semua tentangku, bahkan saat aku memberikan alasan untuk pertanyaan nya tadi. Dia tidak akan pernah mendengarkan ku.

Dan yang bisa kulakukan hanyalah terdiam, membiarkan lelaki itu puas dengan apa yang sudah dilontarkan. 

"Bersiaplah, kamu akan ikut saya untuk makan malam bersama dengan ayah malam ini" katanya seraya mengambil jas hitam sambil memakainya.

Aku sontak terkejut mendengar itu. Makan malam? Apa aku tidak salah dengar? Kenapa Max baru memberitahuku soal ini sekarang. Sedangkan malam ini aku sudah mempunyai janji dengan Alex untuk mencari kado.

"Kenapa diam" sahutnya sudah berdiri di depan pintu bersiap untuk keluar. 

Sedikit terhenyak, ku tatap Max gugup."Max, Se- benarnya malam ini aku sudah punya janji dengan Alex dan dia sudah menungguku di lobby " 

"Jadi, kamu lebih memilih selingkuhanmu itu daripada undangan makan malam dengan keluarga saya?"

"Max, Alex temanku"

"Saya tidak peduli, malam ini kamu harus ikut dengan saya Laras. Jangan buat keluarga saya kecewa" ucapnya lalu langsung bergegas keluar.

Aku hembuskan nafas panjang. Kenapa jadi begini, Tidak biasanya Max menerima undangan makan malam dari ayah Rinto, tapi kali ini dia menerimanya. Aku jadi bingung dengan Max, dan bagaimana caraku untuk bilang semua ini pada Alex nanti.

Oh ya Tuhan …

Setelah selesai dengan segala berkas tadi. Dengan peluh aku melangkah menuju lobby. Sudah ada Alex yang sedang duduk menunggu di depanku. Alex yang menyadari kedatanganku pun  langsung melambaikan tangan.

"Bagaimana? Sudah selesai semuanya?" Tanyanya tersenyum lebar.

Aku mengangguk  ikut tersenyum. Alex tidak tau, kalau sedari tadi aku sedang berpikir keras untuk membatalkan ajakannya ini.

"Kalau begitu, ayo kita jalan sekarang" serunya  membawa tanganku ke dalam genggamnya.

Namun, langkah Alex berhenti saat aku sengaja tidak ikut melangkah. Dia pun langsung berbalik lagi menatapku dengan bertanya tanya,

"Ra, ada apa? Ada yang tertinggal?"

Aku menggelengkan kepalaku pelan. Aku tatap Alex dengan pias. "Alex, hmm bagaimana kalau cari kadonya besok saja" ucapku tergugup.

Alex menautkan alis dalam.  ”kenapa besok?"

Aku semakin tergugup, aku tidak mungkin berbohong pada Alex. Aku harus jujur kalau aku tidak bisa ikut dengannya malam ini. 

"Itu karena ... malam ini aku sudah-"

"Dia sudah ada janji dengan saya dan keluarga saya" potong suara tegas dari arah belakangku dengan tiba tiba, dan berhasil mengalihkan tatapku aku dan Alex. 

Max melangkah menghampiri kami dan berhenti tepat di sampingku. Sorot matanya terus menatap Alex meremehkan, begitu pun juga dengan Alex. Jelas sekali terdapat tatap permusuhan dari kilatan mata mereka

Aku yang melihat itu lantas mencoba mencairkan suasana, dengan percaya diri aku keluarkan suaraku dan berucap. "Akhma! Alex ini Max. Max ini Alex" 

Satu detik, dua detik, tiga detik. Tidak ada respon apapun dari mereka berdua, dan bagus perkataan ku tadi diabaikan oleh mereka. Tak lama terdengar Alex menghela nafas singkat. Sorot matanya sudah tidak menatap Max, dia menatapku dengan senyum manis nya. 

"Aku paham Ra, kalau begitu kita tunda malam ini dan kita pergi besok " ucapnya, kemudian. "Kamu hati hati ya di sana" lanjut Alex seraya mengacak acak rambut ku. Lalu dia pun berlalu pergi meninggalkan ku dengan Max.

Aku menegang mendapati perilaku berani Alex tadi. Untuk pertama kalinya Alex bertindak seperti itu pada ku, dan semua itu dia lakukan di depan Max!

"Cih, apa kamu sudah senang bermanja dengan selingkuhanmu itu" ucap Max melirik ku angkuh. Aku langsung menatapnya tidak mengerti.

"Max, aku tidak mengerti apa maksud kamu"

Dia berdecih membalikan tubuhnya seraya bergumam, "Dasar memalukan" aku yang masih dapat mendengar semakin menautkan alisku.

Ada apa dengannya.. 

"Kenapa masih diam, cukup buang- buang waktu saya lagi Laras!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status