Share

2. James Oliver Baskoro

Dua bulan sebelumnya.

"Hi, guys."Seorang laki-laki tampan dengan sorot mata yang tajam, berdiri di antara kerumunan anak muda yang sedang berpesta di sebuah klub eksklusif di Jakarta.

"Nih dia yang ditunggu." Dean sahabat karib James langsung memeluk James.

"Hai bro, kemana aja, nggak asyik kalau nggak ada elo." Bagus cowok asli dari Bali langsung gabung di antara James dan Dean.

"Kalian nunggu gue atau nunggu traktiran dari gue."

"Bwa hahaha, slow men, sarkas amat sih lo, kek kesambet penunggu jembatan Ancol." Dean yang terkenal ceplas-ceplos pura-pura meninju lengan James.

"Sepet banget malam ini, nggak ada yang glowing."

"Elo sih datangnya maleman, stok cewek bening punah. Yang bening-bening sedang sibuk méndesah sekarang di hotel atas." Bagus menimpali.

"Gue abis disidang sama bokap, nyokap. Nggak bisa berkutik sebelum nunggu mereka tidur." James meraih pematik api menyalakan rókok.

"Jadi anak konglomerat emang susah ya, apalagi masih darah biru." Dean manggut-manggut.

"Tapi uangnya nggak bakal habis tujuh turunan, Bro." Bagus menerawang jauh, mengkhayalkan bisa sekaya ayahnya James.

"Berisik, cepet cariin cewek, sono. Kepala gue pusing nih butuh pelampiasan. "James menenggak bìrnya.

"Lah selera elo, selera sultan. Jam segini mau nyari kemana James?"

"Bener banget kata Dean, James, di klub ini yang eksklusif udah raib. Elo pasti nolak kalau yang ecek-ecek."

"Malika kemana, James? Biasanya dia jadi back-up kebutuhan lo." Dean mengingatkan kalau James mempunyai kekasih yang dipeliharanya sebagai pemüas nàfsunya.

"Bosen, Malika lagi Malika lagi." James mengembuskan napasnya kasar.

"Bohay gitu, bosan?"

"Gus, namanya aja sultan. Kalau sering memakai barang yang sama pasti bosan lah."

"Terus ngapain kalau bosan masih dipelihara. Mendingan kasih gue, gue pengen nyoba bule Arab." Bagus berkelakar.

"Sotoy, lo." Dean menjentikkan jarinya ke telinga Bagus.

"A elah … punya temen nggak guna banget, sih." James menggerutu.

Di saat mereka berargumen, dari pintu masuk terlihat seorang wanita cantik memakai pakaian yang sangat séksi. Gaun merah menyala dengan belahan memanjang memperlihatkan pangkal pahanya yang putih mulus, bagian atasnya berbentuk sabrina yang mengekspos bahu dan dàdanya sungguh terlihat sangat sempurna. Di lihat dari wajahnya wanita ini umurnya sedikit di atas James, namun dari penampilan dan gayanya dia terlihat dari kalangan jet set. Mata James tak berkedip, seolah mendapat mangsa.

"Ehm … James Si Tante bodinya boleh juga tuh, apalagi gunungnya suit-suit. Nggak nahan pengen ngunyel-unyel, deh." Bagus yang tahu arah dari tatapan James sudah bisa menebak kalau James sudah menargetkan partnernya malam ini.

"Gue cabut dulu." James meletakkan kartu kreditnya di meja untuk membayar minuman teman-temanya.

"Have fun, James, jangan lupa jalan pulang." Dean menggoda James.

"James tidak mempedulikan gurauan dari kedua temanya. Kelebihan fisik yang dimilikinya menjadikannya seorang yang berkepercayaan tinggi alias pede. Dengan tinggi 180 cm, James adalah cowok blasteran Jawa Belanda. Selain postur yang gagah, Wajah James memiliki ketampanan yang sulit untuk ditolak wanita. Rambut coklat yang tebal, rahang yang tegas, hidung mancung dan bola mata yang berwarna biru. Apalagi perut six packnya, menjadikanya terlihat manly. Selama ini tidak ada satu pun wanita yang mampu menolak pesonanya.

Dengan langkah pasti James langsung mendekati wanita yang sedang duduk di depan bartender, memesan sebuah minuman.

"Hai, boleh duduk di sini?" James basa-basi.

"Silakan." Wanita itu menjawabnya singkat dan terdengar cuek.

"Sendirian?" James penasaran kenapa wanita ini tidak menoleh untuk melihat pesonanya.

"Begitulah."

'Busyet dingin banget.' batin James.

"Silakan Nona, minumanya." Suara bartender menyadarkan mereka dari lamunannya.

"Cheers." James mendentingkan minumanya ke gelas wanita itu. Reflek ia menoleh dan langsung terpana dengan ketampanannya James.

"Ehm … James." James mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

Wanita itu tersipu malu karena ketahuan mencuri pandang kepada James. "Amanda."

James tidak melepaskan genggaman tangan Amanda. Dua jarinya menggelitik telapak tangan Amanda memberikan tanda.

"Sorry, I'm married woman." Amanda mengangkat tangan kirinya yang memakai cincin nikah di jari manisnya.

James melepaskan tanganya. "Ups sorry." Ia tersenyum canggung.

Satu, dua, tiga, Amanda berbalik. "Tapi untuk kamu, ada pengecualian, Tampan."

'See, nggak ada yang bisa menolak pesona gue. Elo bahkan sudah luluh dalam hitungan detik.' James tertawa bangga dalam hatinya.

"Should we …?"

"Kamu nggak takut sama suami aku?"

"Kenapa takut?" James tersenyum smirk.

"Aku bersuami." Amanda menatap James dengan nakal, bahkan tanpa segan ia merapatkan tubuhnya ke sisi James.

"James terkekeh riang sambil menerima umpan dari Amanda dengan membelai paha mulus Amanda yang terbuka. "Gue nggak maksa atau nyulik Elo. Gue nggak perkosa Elo. Seharusnya Elo yang takut." James menggunakan telunjuk jarinya memutar dengan abstrak di atas pahanya Amanda.

Bang, James mulai jual mahal. Ia adalah lelaki yang sempurna dan dipuja banyak wanita, pantang baginya untuk merayu atau mengemis cinta satu malam kepada wanita, apalagi dengan istri orang. Ini pertama kalinya ia mendekati wanita yang bersuami setelah tidak menemukan wanita cantik yang akan menghangatkan ranjangnya malam ini.

"Tapi aku sangat tertantang malam ini untuk menemanimu sampai pagi, James." Amanda melingkarkan tangannya ke perut six packnya James.

"Really, nggak takut ketahuan suami Elo? Elo tahu apa resikonya?" James semakin jahil mengerjai Amanda.

"Pesonamu sungguh sulit untuk ditolak, James." Amanda semakin tidak tahan dengan obrolan basa-basi dari James yang mengulur waktu. Ia belum mabuk tapi tatapan pria tampan di sampingnya itu sungguh memabukkan.

"Apa kelebihan Elo, sampai berani merayuku." tantang James.

"Kenikmatan tiada tara yang tidak bisa kamu lupakan." Amanda berbisik mesra."

"A hahaha, jangan terlalu pede Lo. Gue takut malah sebaliknya, Elo yang nggak bisa nglupain permainan gue."

"Kalau begitu, ayo kita buktikan siapa yang paling unggul." Amanda menarik James untuk keluar.

"Kita ke tempatmu saja." Amanda memutuskan.

"Gue tinggal dengan ortu. Elo mau kita digeruduk masa lalu di arak keliling dengan télanjang karena dilaporin oleh ortu gue?" Tentu James berbohong, selama ini ia tinggal sendiri di apartemen. Pantang baginya membawa teman kencannya pulang ke apartemennya.

"Baiklah, kita ke hotel saja." Amanda terlihat tidak sabar.

Sesampainya di luar." Wow, kamu anak Sultan ternyata." Amanda meledek James setelah melihat mobil mewahnya James.

James hanya menggidikan bahunya lalu mengendarai mobilnya ke sebuah hotel bintang lima langganannya.

Keluar dari mobil, Amanda langsung ingin menggandeng tangan James. Namun James langsung menepis tanganya Amanda.

"Elo lupa, Elo punya suami."

Amanda bergidik ngeri teringat suaminya yang seorang politisi, kalau sampai berita perselingkuhannya terbongkar bisa di pastikan hidupnya akan menjadi sebuah neraka. Amanda yang sadar akan situasi genting ini cuma bisa langsung berjalan terpisah menuju kamar hotel yang sudah dipesan oleh James. Ketampanan James telah menjeratnya untuk melakukan hubungan terlarang di belakang suaminya.

"James …." Amanda langsung memeluk James ketika James masuk ke kamar dengan selang beberapa menit dari Amanda.

"Kenapa, nggak sabar?" James terkekeh melihat wajah Amanda yang sudah sangat bernàfsu.

Amanda langsung membungkam mulut James dengan cíuman panas. Amanda terengah setelah James mendorong tubuhnya untuk menjauh mundur beberapa langkah ke belakang.

"Show me."

"Hah?" Amanda bingung.

"Buktikan kalau Elo menginginkan gue malam ini." James bersedekap menantang Amanda.

Amanda bergerak maju memangkas jarak di antara mereka berdua sambil melepas gaunnya, dalaman yang ia pakai juga tak luput ia tanggalkan. Amanda berjalan secara sensual menggoyangkan tubuhnya. Sehingga bagian yang menonjol terguncang-guncang dengan séksinya.

"James … masuki aku." desis Amanda.

.

.

Besambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status