Share

Sweet Enemy
Sweet Enemy
Penulis: Elpit

Musuh Bebuyutan

"Ainsley, kau tidak makan?" tanya Emily, sahabat baik Ainsley.

"Tidak, aku sudah minum," balas Ainsley. Dia masih sibuk dengan laptopnya meskipun pada jam istirahat.

"Minum? Kau juga harus makan, Ainsley," kata Emily lagi.

Ainsley mengalihkan pandangannya dari laptopnya untuk beralih menatap Emily. Ainsley melempar senyum. "Tidak, Emily sayang. Aku masih kenyang. Kau makanlah," kata Ainsley yang tak lama setelah itu kembali fokus pada laptopnya.

"Ayolah, Ainsley. Ini waktunya istirahat. Jangan terus berkencan dengan benda itu," protes Emily.

Ainsley kembali tersenyum. "Emily, kau tahu kan aku ingin menyelesaikan kuliahku lebih cepat. Jadi aku tidak boleh membuang-buang waktu."

"Jadi kau berencana meninggalkan aku sendiri, Ainsley?" tanya Emily.

"Emily, jika kau tidak ingin tertinggal maka kau juga harus berusaha," jawab Ainsley tanpa menatap pada Emily.

"Sudahlah, kau selalu seperti ini, aku marah padamu," kata Emily kesal.

Ainsley mengalihkan perhatiannya lagi. Ainsley meraih dagu Emily lalu mencubitnya gemas.

"Maafkan aku. Jangan marah, Emily sayang. Bagaimana kalau nanti malam aku traktir kau makan di restoran favoritmu? Sekarang biarkan aku selesaikan tugasku dulu, oke?"

"Hm, baiklah. Kau ku maafkan," balas Emily masih sedikit ketus.

"Kau yang terbaik. Aku mencintaimu."

Emily hanya memutar bola matanya malas.

Oke, urusan menyogok Emily sudah beres. Sekarang Ainsley kembali ke aktivitas sebelumnya.

Brak!

Byurr!

Segelas jus berwarna merah pekat tumpah dan menyiram baju, kertas-kertas tugas, sekaligus laptop Ainsley yang tengah ia gunakan. Itu adalah jus buah naga.

"Kau!" pekik Emily terkejut.

Ainsley mengepalkan tangannya kuat. Ia juga memejamkan matanya kuat menahan emosinya. Dengan satu gerakan cepat Ainsley beranjak berdiri.

"Ups, sorry," kata orang itu tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Kau kau kau, lagi-lagi kau! Apa kau tidak memiliki pekerjaan lain selain menyusahkanku, Dixon Hamilton!"

"Hei, Ainsley, mengerjaimu adalah hobiku. Apa kau tidak senang jika kau membuat orang lain senang?" balas Dixon santai.

"Dasar tidak waras!" tukas Ainsley sangat kesal.

Karena ini bukan yang pertama kalinya Dixon melakukan itu pada Ainsley, maka tidak ada salahnya jika kali ini Ainsley membalas perbuatan Dixon.

Ainsley meraih pasta yang dipesan Emily lalu menuangkannya di kepala Dixon. Tak hanya itu, dengan cepat Ainsley mengguyur wajah Dixon dengan sisa jus miliknya.

"Oh no! Ini sangat mengagumkan," lirih Emily takjub.

Sekarang semua orang tengah memperhatikan Ainsley dan Dixon.

"Kau tahu rasanya sekarang?" tukas Ainsley lagi.

Ainsley membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pergi, namun Dixon lebih dulu meraih tangan Ainsley dan menariknya sehingga Ainsley terseret lalu jatuh ke pelukan Dixon.

Ainsley diam tak bergerak selama beberapa detik. Dia justru tak lepas menatap mata hijau zamrud milik Dixon.

"Kau begitu nyaman berada di pelukanku, hm? Kau tidak ingin bangun?" goda Dixon dengan senyum miring menghiasi bibirnya.

"Jangan terlalu percaya diri!"

"Ngomong-ngomong, kau sangat cantik, Ainsley," kata Dixon lagi.

"Lepaskan!" seru Ainsley. Ia mendorong mundur tubuh Dixon, namun sayangnya dia terpeleset. Dengan sigap Dixon menangkap Ainsley sehingga ia tidak jatuh ke lantai.

"Sepertinya kau memang begitu senang berada dalam pelukanku, Ainsley," kata Dixon puas.

"Never in your wildest dream!" kata Ainsley tajam. Kali ini Ainsley mendorong Dixon dengan sangat kuat. Ia sangat ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Dixon.

Namun tidak semudah itu, Dixon tidak membiarkan Ainsley pergi begitu saja. Dixon kembali menangkap tangan Ainsley.

"Siapa bilang kau akan pergi? Kau harus bertanggung jawab membersihkan pakaianku."

"Tanggung jawab katamu? Lalu dimana tanggung jawabmu selama ini, huh?" tantang Ainsley.

"Aku tidak suka membahas yang sudah lalu. Sekarang aku akan bertanggung jawab. Ayo, ikutlah denganku."

"Hei, Dixon, kau akan membawa aku kemana?" tanya Ainsley.

"Kau akan tahu," balas Dixon tanpa mau melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan tangan Ainsley.

Sampai. Ternyata Dixon membawa Ainsley ke taman kampus dimana disana ada saluran air. Lalu Dixon menyalakan kran airnya dan membiarkan air itu menyiram Ainsley sekaligus Dixon bersamaan.

"Hei, apa kau sudah gila? Matikan airnya sekarang. Apa kau pikir ini di halaman rumahmu sendiri? Dasar tidak tahu aturan!" maki Ainsley namun Dixon masih tidak juga mematikan keran airnya.

"Hei, aku sedang bertanggung jawab membersihkan pakaianmu. Bukankah kau ingin aku bertanggung jawab? Kenapa sekarang kau marah-marah?"

"Dasar tidak waras! Apa kau tidak bisa menggunakan otakmu untuk berpikir dengan baik?"

Percuma saja Ainsley menyuruh Dixon, akhirnya ia mematikan kran air itu dengan tangannya sendiri.

"Aku harap ini terakhir kalinya kau membuat masalah denganku. Jika ini terjadi lagi aku tidak akan bersikap lembut lagi padamu. Ingatlah, Dixon Hamilton!"

***

"Hatci! Hatci!"

Meskipun tadi Emily sigap dan bertindak cepat, memberikan Ainsley handuk dan membawanya pulang, tapi tetap saja itu terlambat. Ainsley terlanjur terkena flu sekarang.

Ainsley menggosok hidungnya yang tersumbat dan merapatkan selimut yang menutupi tubuhnya yang kedinginan.

Ceklek.

Freddy masuk ke dalam kamar putrinya dengan raut cemas.

"Sayang, apa yang terjadi denganmu? Siapa yang membuatmu menjadi seperti ini? Siapa dia, katakan pada daddy. Berani sekali dia menyakiti putriku!" aura seorang ayah yang ingin melindungi putrinya pun keluar. Freddy selalu tak pernah membiarkan Ainsley sakit sedikitpun. Freddy selalu memanjakan Ainsley sejak kecil.

"Tidak ada, Dad. Ini hanya flu kecil biasa. Setelah aku minum teh buatan mommy aku akan lebih baik," balas Ainsley.

"Dasar kau ini! Daddy tidak akan melepaskan orang itu begitu saja."

"Emily, katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" lanjut Freddy merasa tak sabar.

"I-itu, Paman. Sebenarnya tadi ada seseorang yang sengaja menjahili Ainsley. Orang itu menumpahkan jus pada Ainsley dan Ainsley berusaha membalasnya. Namun orang itu ingin Ainsley membersihkan pakaiannya. Karena sama-sama kotor akhirnya orang itu membawa  Ainsley untuk membersihkan pakaian mereka dengan kran air yang ada di taman. Begitulah ceritanya, Paman Freddy," jelas Emily tak mau berbohong.

"Dasar anak kurang ajar! Siapa orang itu, Emily? Apakah dia seorang perempuan atau seorang pria? Katakan padaku, Emily, beritahu aku," tanya Freddy lagi.

"Sudahlah, Freddy. Itu hanya masalah kecil. Lagipula itu urusan anak-anak. Sebaiknya kau tidak ikut campur," kata Brianna yang baru saja masuk kedalam kamar putrinya dengan membawa segelas teh madu.

"Ini tehmu, Sayang."

"Thank you, Mom," balas Ainsley.

"Tidak bisa seperti itu, Brianna. Aku harus memberi pelajaran pada siapapun yang mengganggu putriku."

"Tidak, Dad, jangan. Mommy benar, ini hanya masalah kecil jadi tidak usah dibesar-besarkan. Lagipula jika daddy ikut campur aku rasa dia akan menganggap aku sebagai anak manja, tukang mengadu, benar begitu kan, Mom?" kata Ainsley sambil meminum tehnya sedikit demi sedikit.

"Benar sekali. Semakin kau berusaha melindungi putri kita maka orang itu akan semakin mengira Ainsley adalah gadis yang lemah. Jadi biarkan dia menyelesaikan urusannya sendiri. Jika hal seperti ini saja kau harus turun tangan jadi bagaimana kau akan melepaskan perusahaanmu pada putri kita? Dia juga sudah harus belajar bersikap bertanggungjawab, bukan?" kata Brianna menambahi.

"Ya ya ya, kau menang, Brianna. Kalian selalu menang," balas Freddy.

"Bukan, bukan masalah menang. Tapi apa yang aku katakan adalah benar, iya kan?"

"Ya, kau sangat benar, istriku."

"Baiklah aku tidak akan ikut campur. Tapi, Emily, paman minta agar kau harus selalu membantu Ainsley jika dia berada dalam masalah. Jangan meninggalkan dia sendirian, tolong."

"Aku mengerti, Paman. Aku pasti akan melakukannya."

"Terima kasih banyak, Emily."

Ting tong!

Bel rumah berbunyi. Siapa yang menekannya?

"Aku akan membukakan pintu," kata Emily.

"Baiklah, tolong ya, Em," balas Ainsley.

Emily mengangguk lalu pergi. Emily berlari kecil untuk membukakan pintu.

Ceklek.

"Siapa?"

***

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Veedrya
Dixon punya masalah hidup apa siiih
goodnovel comment avatar
riwidy
uwuuuuu keren ni Dixonnya bad boy bner. Jadi pengen tak hih
goodnovel comment avatar
Fitri Amalia
Tapi as far keren lah ceritanya, btw Dixon jail lu gua karungin. Itu laptop di siram pake jus buah naga, untuk tuh laptop gak nemplok di muka lu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status