Share

Harus Apa?

Penulis: Elpit
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-25 00:39:12

"Kau tidak dengar aku bicara apa tadi? Hm, aku rasa pendengaranmu bermasalah. Sebaiknya kau pergi ke dokter THT setelah ini. Kau perlu aku antar?"

"Jangan keterlaluan kau, Dixon!"

"Ada apa? Bukankah tadi kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Apa aku salah bicara lagi?" kata Dixon enteng.

Ainsley mengepalkan tangannya untuk menahan emosinya.

"Apa kau sudah selesai? Aku sudah cukup di sini. Aku pergi sekarang." Ainsley langsung berdiri dan pergi.

"Hei, kau tidak bisa melakukan ini. Kau tidak bisa meninggalkan aku seperti ini!" seru Dixon namun Ainsley sama sekali tidak menghiraukannya. Ia tetap pergi begitu saja.

Dixon sedikit tercengang, namun setelahnya ia terkekeh geli. "Dia sangat mudah dikerjai."

***

"Dasar tidak waras! Dia benar-benar membuatku sangat kesal," gerutu Ainsley.

Brak!

Ainsley membanting pintu mobilnya dengan keras.

"Apa dia pikir aku ini tuli, ha? Aku tentu saja mendengar apa yang dia katakan. Aku hanya ingin menanyakan apa maksudnya dia mengatakan itu tapi dia malah berpikir aku ini tuli? Keterlaluan! Apa dia mencoba memancingku untuk bertanya langsung?"

"Huh, aku membencinya, sungguh!"

Drrt ... Drrttt ....

Ponsel Ainsley berdering. Dia menyambungkan pada airpods untuk berbicara melalui telepon karena ia akan menyetir.

"Hallo," sapa Ainsley dengan nada yang tak biasa. Tangannya bergerak menyalakan mesin mobil lalu melajukan mobilnya.

"Hallo, Ainsley, kau terdengar tidak sedang dalam suasana hati yang baik, ada apa?" tanya Emily—si penelpon.

"Emily, kau bilang kau akan menjadi asistenku kan? Maka cepat selesaikan kuliamu. Aku akan sangat membutuhkan dirimu, apalagi untuk menghadapi klien-klien yang menyebalkan!" kata Ainsley langsung yang membuat Emily cukup bingung.

"Aku baru saja bertemu dengan klien, dan coba kau tebak siapa klien ku itu?" kata Ainsley.

"Seorang laki-laki atau perempuan?" tanya Emily.

"Laki-laki."

"Siapa? Apa dia pria mesum sehingga membuatmu sangat kesal?" tebak Emily.

"Tidak!"

"Apa dia laki-laki tua bangka yang menjengkelkan?"

"Tidak, Emily, bukan. Kau tahu siapa orang itu."

"Benarkah? Siapa dia?"

"Dixon. Dia Dixon Hamilton."

"Apa? Dixon? Oh astaga, masalah sebesar ini. Apa dia melakukan sesuatu padamu?" tanya Emily lagi.

"Tentu saja, seperti biasa dia selalu membuatku kesal. Aku sangat kesal, Emily."

"Apa dia menuang air minumnya pada kontrak kerja kalian? Atau dia membasahi laptopmu?"

"Tidak, bukan seperti itu," balas Ainsley.

"Lalu apa yang terjadi?" tanya Emily dengan sabar.

"Dengar. Pertama, dia menceramahiku dan bahkan mengejek daddy. Apa-apaan itu? Lalu kedua, dia memaksaku menemaninya makan. Dia terus saja mengoceh, mengejekku, dan yang terakhir dia mengatakan hal yang sangat membuatku kesal. Dia mengejekku tuli. Apa-apaan dia? Dia tidak waras! Aku membencinya, sangat membencinya!"

"Hei, jangan terlalu membenci. Nanti kau bisa suka. Akan tidak baik jika sekarang kau memakinya lalu di kemudian hari kau mencintainya," kata Emily sambil tertawa kecil.

"Apa? Mencintainya? Itu tidak mungkin! Jangan bicara omong kosong!"

"Hahaha ... Sudahlah. Bagaimana jika kita makan es krim? Kau akan lebih baik setelah makan es krim, bukankah begitu, Ainsley?"

"Ya ya baiklah. Kita bertemu di kafe biasa."

"Oke, aku menunggumu."

***

"Bagaimana ceritanya kau bisa bertemu dengannya, Ainsley? Apa kau tidak tahu bahwa klien mu itu adalah dia?" tanya Emily sambil menikmati es krim yang ia pesan.

"Tidak sama sekali. Aku hanya tahu aku harus bertemu dengan perwakilan dari perusahaan Dynamit. Itu saja. Mana aku tahu orang itu adalah dia. Jika aku tahu sejak awal aku lebih baik tidak datang," jelas Ainsley.

"Tapi ngomong-ngomong, aku justru merasa lucu. Aku juga merasa heran kenapa setiap kali kalian bertemu kalian pasti bertengkar? Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua? Bagaimana asal muasal kalian bisa bermusuhan seperti ini?" tanya Emily yang masih tak mengerti mengapa mereka berdua bermusuhan.

"Jangan tanyakan padaku. Tanyakan saja padanya," kata Ainsley ketus.

"Baiklah, kapan-kapan aku akan menanyakan ini pada Dixon jika kami bertemu. Nanti akan aku beritahu padamu juga."

"Ya tanyakan saja, tapi tidak perlu kau beritahukan kepadaku. Aku tidak membutuhkannya."

Drrtt ... Drrtt ....

"Oh, daddy menelpon. Aku akan mengangkatnya, sebentar," kata Ainsley.

"Oke."

"Hallo, Dad?"

"Ainsley, kau ada di mana? Apa kau belum selesai melakukan pertemuan? Apa dia menyusahkanmu? Apa kau perlu bantuan?" tanya Freddy bertubi-tubi.

"Tidak, Dad. Aku sudah selesai. Tapi aku sedikit merasa kesal jadi aku pergi makan es krim bersama Emily. Maaf aku tidak mengabarimu. Kau tidak perlu cemas, Dad," jelas Ainsley

"Syukurlah kalau begitu. Aku takut kau akan kerepotan karena ini pertama kalinya untukmu."

"Tidak, Dad. Aku baik-baik saja."

"Baguslah. Kalau kalian sudah selesai segeralah kembali. Jika terjadi sesuatu segera telepon daddy."

"Baiklah, Dad. Bye."

"Oke."

Tut.

"Daddy mengkhawatirkan aku. Sepertinya sebaiknya aku segera kembali."

"Baiklah aku mengerti."

"Sampai jumpa, Emily sayang."

"Ya, sampai jumpa."

***

"Apa semuanya berjalan lancar, Ainsley? Semuanya baik-baik saja?" tanya Freddy sambil membolak-balik berkas yang tengah ia periksa.

"Ya, Dad. Semuanya berjalan lancar. Aku mendapatkan kesepakatan," balas Ainsley.

"Tapi tadi kau bilang kau sedikit merasa kesal makanya kau pergi maka es krim dengan Emily. Apa yang terjadi?" tanya Freddy lagi.

"Ya, itu karena dia ... Dia adalah teman satu kampusku. Dia sangat menyebalkan, selalu membuatku jengkel. Meski begitu aku harus bersikap profesional jadi aku tetap melanjutkan diskusi itu. Tapi ujung-ujungnya dia tetap membuatku kesal, Dad. Haih ... Tapi sudahlah, lupakan itu. Aku tidak ingin membahasnya lagi." tutur Ainsley.

"Hahaha ...." Freddy tertawa mendengar pernyataan putrinya.

"Benarkah itu?" tanya Freddy.

"Hm," balas Ainsley malas-malasan.

"Tapi tunggu dulu, memangnya siapa namanya?"

"Dixon, Dixon Hamilton."

"Oh ya ampun. Dia putra Hamilton, pemilik perusahaan Dynamit," jelas Freddy.

"Benarkah? Pantas saja dia terkesan sombong," cibir Ainsley.

"Jangan bicara seperti itu. Daddy dan Hamilton sudah cukup lama berteman dan beberapa kali kami menjalin hubungan bisnis. Hubungan kami sangat baik. Jadi kau juga harus menghormatinya," jelas Freddy.

"Daddy, itu kan Tuan Hamilton. Tapi kelakuan putranya itu benar-benar sangat menyebalkan. Aku tidak tahan."

"Sudah-sudah, kau pulang saja sekarang. Mood mu sedang tidak baik, kau pasti tidak akan bisa melakukan pekerjaan apa pun kecuali jika kau ingin mengacau."

"Hm, ya baiklah. Aku akan pulang sekarang," balas Ainsley patuh.

"Oh ya, Ainsley."

"Ada apa, Dad?"

"Kau bersiap-siaplah. Nanti malam kita akan menghadiri makan malam bersama keluarga Hamilton. Putra Hamilton juga akan ikut."

"Apa? Itu tidak mungkin, Dad."

"Itu mungkin, dan akan terjadi nanti malam. Jangan mengecewakan daddy," pinta Freddy.

"Masalah sebesar ini. Apa yang harus aku lakukan?"

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sweet Enemy   Happy Ending

    Seorang gadis termenung sendiri di depan cermin. Wajah ayunya dihiasi air mata yang membasahi pipinya. Paras yang berseri itu tampak tersirat kesedihan, atau entah itu perasaan haru. Dia tengah mengingat masa-masa yang telah berlalu. Dia sama sekali tidak menyangka hari ini akan tiba, hari yang akan menjadi hari berbahagianya. Ia tidak percaya bahwa orang yang ia pikir sangat ia benci ternyata hari ini akan menikahinya. Hari ini ia akan melepas masa lajangnya dan setelah hari ini statusnya akan berubah. Gadis itu mengangkat tangannya dan menggerakkan jemarinya untuk menghapus air matanya yang jatuh semakin deras. Puk! Sepasang tangan menepuk bahu gadis itu pelan sambil menatap gambaran diri yang terpantul pada cermin. "Aku tidak percaya aku sudah dewasa, Mom, aku masih ingat saat aku menangis meminta dibelikan permen kapas tapi daddy melarang," ujar gadis itu yang tak lain adalah Ainsley. Seorang yang dipanggil mommy itu tersenyum hangat. "Putri mommy memang sudah dewasa, dan dia

  • Sweet Enemy   Project Kedua Launching

    Dua minggu telah berlalu dengan begitu cepatnya. Tanpa disadari waktu terus berputar. Tanpa disadari hari demi hari telah terlewati. Hari ini, hari yang ditunggu-tunggu. DE BRIGHTENING akhirnya akan launching produk barunya. Di ballroom sudah dipadati para tamu undangan yang begitu banyak. Kali ini dua perusahaan Emperor dan Dynamit menggelar acara dengan sangat meriah. Lebih meriah berkali-kali lipat dibandingkan saat launcing produk mereka pertama kalinya. Pelaksaan acara hari ini berbeda dengan saat itu. Selain acaranya yang lebih meriah, kali ini juga tersedia banyak hadiah berisi paket DE BRIGHTENING yang lengkap untuk para tamu yang beruntung dan tentunya para tamu yang ikut berpartisipasi memeriahkan acara. "Kita semua bisa lihat penampilan facial wash yang resmi keluar hari ini, sangat cantik, bukan?" seorang narator tengah memandu acara saat ini, yang akan menjelaskan tentang produk-produk yang baru saja mereka luncurkan. "Hanya ada satu varian facial wash?" tanya salah s

  • Sweet Enemy   Ujian

    Jalanan yang mulai lengang membuat Ainsley berani menaikkan kecepetan berkendaranya. Namun tiba-tiba ia terpaksa harus menghentikan laju mobilnya karena sebuah mobil berhenti di tengah jalan, menghalangi jalan yang akan Ainsley lewati. Ainsley membunyikan klakson berkali-kali namun beberapa orang di sana tak ada yang bereaksi.. "Sial! Apa mereka semua tuli? Apa yang mereka lakukan di sana? Jika mobil mereka mogok kenapa tidak memanggil montir saja? Haih ... aku tidak boleh tertahan di sini," gerutu Ainsley pelan. Ainsley memutuskan untuk turun dari mobilnya dan segera menghampiri mereka. "Maaf, apa yang terjadi pada mobil kalian? Kenapa berhenti sembarangan dan menghalangi jalan?" tanya Ainsley berusaha untuk sopan. Empat orang laki-laki itu berbalik badan dan menatap nyalang ke arah Ainsley bersamaan. "Maaf, jika mobil kalian mogok dan butuh montir aku bisa panggilkan montir untuk kalian, tapi bisakah kalian menepikan mobilnya dulu, aku harus pergi sekarang," lanjut Ainsley. "K

  • Sweet Enemy   Akhir Pelatihan

    "Secara keseluruhan kau sudah menguasai semuanya, Ainsley. Apalagi dalam menembak kau sangat jago. Sebentar lagi aku akan memberikan ujian padamu dan jika kau mampu bertahan maka kau bisa dinyatakan lulus," ujar Alex. "Sebenarnya lulus atau tidak itu hanya formalitas saja, yang terpenting kau sudah menguasai tekniknya. Kau hanya harus berani menerapkannya di medan pertarungan," sambung Brandon. "Aku sangat senang bisa berlatih disini, bisa dilatih oleh kalian. Tetima kasih atas segala hal yang sudah kalian ajarkan padaku. Aku akan siap menjalani ujiannya, kapan pun itu. Aku juga akan berusaha untuk tidak mengecewakan kalian. Kalian sudah bekerja keras jadi aku juga harus bekerja keras," ujar Ainsley serius. "Kau siap untuk ujian?" tanya Alex mengulang pertanyaan. "Aku siap!" balas Ainsley mantap. "Meskipun itu mendadak?" tanya Alex lagi. "Ya, itu tidak masalah." "Bagus. Aku suka semangatmu, Ainsley," puji Brandon. "Oh ya, hari ini kebetulan aku ada acara, jadi kau bisa pulang l

  • Sweet Enemy   Penguat Rasa

    Iklan untuk promosi sudah disebarluaskan di internet. Banyak sekali warganet yang berkomentar positif. Mereka sangat penasaran pada produk baru DE BRIGHTENING setelah keluarnya body wash dan body lotion yang sangat fantastis itu. "Aku senang mereka memberikan respon positif. Ini membuat kita bisa semakin semangat dan maju, benar?" kata Ainsley sebagai pembuka percakapan. Tadinya Ainsley ingin berkumpul dengan rekan-rekannya sebentar saja, tapi karena mendapati komentar-komentar warganet yang menunjukkan ketidak sabarannya terhadap produk baru mereka, Ainsley jadi lupa pada rasa lelahnya. "Benar, aku jadi semakin tidak sabar ingin segera meluncurkan produk kita secepatnya," sambung Emily bersemangat. "Sepertinya kita perlu mengadakan perayaan untuk pencapaian kita," imbuh Luke. "Tidak, janga dulu. Kita belum mencapai apa-apa. Kita bahkan belum meluncurkan produknya," lanjut Dixon. "Hanya makan-makan saja, Dixon. Lagipula mumpung Ainsley ada di sini, kan? Jarang-jarang Ainsley bisa

  • Sweet Enemy   Promosi Sudah Siap

    "Selamat pagi," sapa Ainsley datang ke meja makan. "Pagi, Sayang, bagaimana kabarmu hari ini?" balas Freddy bertanya. "Aku baik, Dad." "Kau sepertinya semakin kurus, Ainsley, ayo makanlah yang banyak," sambung Brianna. "Oh ya? Aku sama sekali tidak kurus, Mom, itu pasti hanya perasaanmu saja," jawab Ainsley. "Pokoknya kau harus makan yang banyak. Ini, mommy ambilkan. Kau butuh banyak nutrisi untuk latihan, jadi kau juga harus makan yang banyak, jangan pikirkan tentang diet," kata Brianna menasehati. "Iya, Mommy sayang. Memangnya siapa pula yang diet? Dan kapan aku pernah diet?" "Tapi kau selalu makan sedikit. Sekarang kau tidak boleh makan sedikit, apalagi hanya makan buah saja." "Kau sedang menasehati dirimu sendiri, Brianna?" sela Freddy menggoda. "Apa?" "Hahaha ... ya begitulah saat kau muda. Kau bisa lihat dirimu dalam diri putri kita," celetuk Freddy. "Tapi mommy benar, kau memang harus makan yang banyak, Ainsley," lanjut Freddy lagi. "Iya iya, Dad. Aku akan habiskan i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status