Hari ini, Arshima kedatangan temannya yang dari Amerika. Monica adalah sahabat Arshima semasa dia berada di negri paman sham tersebut. Monica selalu membantu Arshima, di setiap Arshima memiliki masalah. Monica datang ke Indonesia, karena disuruh Kakaknya untuk membantu di perusahaan orang tua mereka yang berada di Indonesia.
"Kenapa kamu nggak bilang dulu kalau mau kesini? Kan Aku bisa menjemputmu di bandara," ucap Arshima senang, lalu memeluk sahabat barunya.
"Aku sangat merindukanmu, Beibeh. Aku hanya ingin memberimu kejutan," ucap Monica seraya memeluk Arshima.
"Oh ya, kamu tinggal di rumahku kan?" tanya Arshima pada Monica.
"Ya enggak lah, Beib. Aku tinggal sama Kak Alex. Mana beri ijin dia kalau aku tinggal di sembarang tempat," jawab Monica. Alex adalah Kakak dari Monica.
"Yaahhh...sayang banget. Padahal aku masih kangen berat sama kamu," Arshima memanyunkan bibirnya.
"Kita kan bakal sering bertemu Beib. Nggak usah di gituin bibirnya. Udah jelek juga," goda Monica seraya tertawa.
"Kamu itu yah! Eh, kalau begitu sekarang kita pergi ke cafe BENNING saja. Di sana bagus katanya untuk di buat background foto," usul Arshima yang teringat akan rekomendasi dari teman sosmednya.
"Dasar, kamu itu. Masih saja narsis di mana-mana," Monica menggelengkan kepala. Temannya itu tetap saja narsis.
Kemudian mereka pergi menuju cafe Benning yang di rekomendasikan tersebut. Arshima dengan mudah menemukan tempat cafe itu. Karena jalannya searah dengan rumah Rayzell dan juga Hana. Ia masih ingat betul jalan itu, yang dulu sering ia lewati bersama Fida.
Dua puluh menit kemudian, mereka sampai di cafe Benning. Tempatnya memang gaya anak millenial banget. Kedua gadis itu sangat menyukai pemandangan yang di suguhkan di sana. Padahal mereka masih di depan cafe, dan belum masuk.
"Wiishh bagus banget tempatnya!" seru Arshima. Ia begitu takjub melihat cafe yang bernuansa modern tersebut.
"Lah! Emang, lo belum pernah kesini?" tanya Monica yang heran melihat reaksi Arshima. Padahal Arshima lah yang mengrekomendasikan tempat ini.
"Belum," jawab Arshima menyengir.
"Dasar, kamu itu," ucap Monica seraya menggelengkan kepala.
"Aku kan tau nya di igeh Mon, dan baru sempat datang sekarang ini," Arshima mencoba membela diri.
Kemudian mereka melangkah masuk kedalam cafe. Mereka di buat tercengang, saat melihat desain setiap sudut ruangan yang berbeda. Benar-benar brilian banget yang ngedesain ini. Hasilnya juga seperti garapan orang yang handal. Dan pintar meletakkan berbagai ornamen yang mendukung tampilan di setiap sudutnya.
"Kita duduk di sebelah sana saja!" ucap Arshima yang menunjuk ke tempat yang tidak terlalu ramai di tempati oleh pasangan kekasih yang sedang memadu kasih di sana.
"Oke, boleh. Lagian disitu juga tidak terlalu banyak oleh pasangan alay. Jadi lo nggak usah takut iri pada mereka," ucap Monica seraya menggoda Arshima.
"Enak aja lo!" kesal Arshima.
"Dasar, jomblo akut!" goda Monica seraya ia berlari menuju tempat yang di tunjuk oleh Arshima.
Sedangkan Arshima merasa sangat kesal dengan Monica. Ia memonyongkan bibirnya, sambil duduk di sebelah Monica.
"Nggak usah begitu nih muka, ntar nggak ada cowok yang mau melihat kearah mu," ucap Monica mencolek wajah Arshima yang cemberut, karena ulahnya barusan.
Kemudian Arshima tersenyum terpaksa kearah Monica. Monica selalu bisa membuat dirinya cemberut. Namun juga cepat bisa mengembalikan mood Arshima.
Mereka tidak sadar, bila keseruan mereka membuat pengunjung lain menatap kearah mereka. Monica yang sadar akan ada seorang cowok terus menatap kearah mereka, kemudian menyenggol Arshima dan memberitahukan bahwa ada orang yang sedari tadi tidak memalingkan tatapannya pada mereka.
"Eh Beib, Lihat deh! Ada cowok yang terus menatap kesini. Mana ganteng banget lagi," ucap Monica seraya menunjuk kearah seorang cowok yang di maksud.
Arshima mengikuti arah yang di tunjuk oleh jari Monica. Ia melihat cowok yang memang benar, sedang menatap kearah mereka. Awalnya memang tidak terlihat jelas wajah cowok itu. Karena terhalang oleh orang yang berlalu lalang lewat di depan.
Mata Arshima melotot, setelah dengan jelas melihat wajah siapa yang sedang menatap kearahnya. Arshima diam, tubuhnya tiba-tiba saja menjadi kaku. Mulut juga terasa berat, saat ingin berucap.
Pandangan mereka saling bertemu, untuk pertama kali setelah berpisah selama dua tahun. Hati Arshima bergemuruh tidak karuan. Jantungnya berdetak lebih kencang, ingin mengajak disko di siang bolong. Pikirannya, hanya terpatri pada sosok lelaki yang berada dalam jeratan pandangan mata. Ada selipan rasa rindu terhadap sosok lelaki yang juga tengah memandang dirinya dengan tidak berkedip.
Monica mengibaskan tangannya di depan wajah Arshima. Namun tidak ada respon yang di perlihatkan oleh Arshima. Ia masih sibuk dengan pikiran tentang lelaki yang berada dalam jeratan pandangan mata. Begitupun dengan lelaki yang sedang menatap mereka. Monica berasumsi, mungkin mereka saling mengenal satu sama lain.
Rendra menatap dengan lekat Arshima, yang juga tengah terdiam terpaku menatap kearahnya. Ada desiran aneh di dalam dadanya. Rasa yang seperti dulu itu, muncul kembali. Ia semakin tidak bisa menahan rasa itu, saat di tatap oleh Arshima dengan begitu lekat.
Ingin sekali Rendra menghampiri gadis polosnya itu dan bertegur sapa, untuk mengawali hubungan di antara mereka. Membangun dengan cara yang benar dan tidak terkesan terburu-buru. Meskipun Rendra ingin sekali segera memiliki Arshima seutuhnya. Dan hanya dirinya lah yang berhak akan Arshima. Agar ia merasa lebih tenang, Arshima juga tidak akan menghilang lagi dari hidupnya bila sudah ia miliki.
Rendra menyusun rencana yang sangat cerdik dan rapi. Ia ingin hubungan kali ini, terlihat sangat normal prosesnya. Ia sudah tahu sekarang, bahwa Arshima tidak mudah luluh dan tidak mau dengan suatu yang berhubungan dengan paksaan.
Rendra beranjak berdiri dari duduknya, dan mau menghampiri Arshima. Ia berencana ingin menyapa dan bertanya tentang kemana selama ini ia pergi. Walaupun Rendra tahu, dimana Arshima selama dua tahun ini tinggal. Namun, Rendra hanya diam dan mengawasi Arshima melalui anak buahnya. Ia tidak ingin menorehkan luka pada Arshima, bila dirinya muncul di hadapan Arshima, disaat Arshima ingin menenangkan dirinya dan juga menempuh pendidikan S2 di Amerika.
Rendra juga tahu, siapa perempuan bule yang bersama dengan Arshima. Namun, saat ia melangkahkan kalinya. Arshima ditarik pergi oleh teman bule itu. Rendra dapat dengan jelas, kalau Arshima terus menatap dirinya seraya berjalan menjauh dari tempat Rendra berdiri sekarang.
Aku tau, namaku pasti masih tersimpan rapi di dalam lubuk hatimu yang paling dalam. Terlihat dari dirimu yang tidak melepaskan pandangan matamu dariku. Lihat saja, aku pasti akan mendapatkan mu kembali. Rendra tersenyum tipis menatap kepergian Arshima yang belum sempat ia sapa.
Arshima terus ditarik oleh Monica menuju Mobil mereka yang berada di parkiran cafe. Monica melepas tangan Arshima, lalu menatapnya dengan penuh selidik."Siapa cowok tadi?" tanya Monica selepas ia melepaskan genggaman tangannya pada Arshima."Cowok yang mana?" Arshima berpura-pura tidak paham akan maksud dari pertanyaan Monica."Nggak usah ngeles. Cowok yang sedari tadi lo pelototin," ucap Monica seraya mendorong kepala Arshima dengan pelan."Em-mh i-itu...gue nggak kenal," Arshima berusaha mengelak, lalu mengalihkan pandangannya."Nggak usah bohong begitu. Gue tau, kalau lo pasti menyembunyikan sesuatu dari gue," desak Monica kepada Arshima.Arshima semakin salah tingkah, bila ditatap seperti itu oleh Monica. Ia memang tidak menceritakan tentang Rendra. Sewaktu dulu baru datang di Amerika, dan baru mengenal Monica. Arshima hanya bilang, dirinya ingin menena
Selepas kepergian Monica, Arshima masuk kedalam rumah. Ia harus segera menyiapkan berkas-berkas yang di butuhkan untuk melamar kerja di perusahaan orang tua Monica besok. Ia juga harus menyiapkan dirinya dan mencoba perlahan untuk melupakan perasaannya terhadap Rendra.Keesokan harinya, Arshima sudah siap dengan pakaian formalnya. Dengan rambut yang ia gerai menjulang kebawah, dan juga setelan yang berwarna soft pink. Ia terlihat seperti idol yang menjelma menjadi wanita karir."Waahh anak Mama cantik, pakek banget!" seru Mama Indah yang melihat Arshima turun dari anak tangga."Anak siapa dulu dong? Anak Mama yang paling Indah sedunia!" seru Arshima seraya tersenyum dengan menekankan nama sang Mama."Kurang ajur. Minta di masukin lagi nih Yah, anakmu," ucap Mama Indah kesal, lalu menatap kearah Ayah Eko yang tengah menikmati sarapan paginya.Ayah Eko hanya
"Kakak tuh kalo di ajak bicara, tatap lawan bicaranya. Jangan menatap kearah Arshima terus, kasihan dia Kak menunduk terus karena di tatap seperti itu oleh Kakak," cerocos Monica yang mendapat cubitan dari Arshima."Oh, ya sudah. Kamu tunjukkin ruangannya. Aku mau kembali ke ruangan ku dulu," ucap Alex sedikit kikuk. Kemudian ia melangkah keluar menuju ruangan CEO. Dan di ikuti oleh kedua orang yang juga ikut mewawancara Arshima."Yeeyyy...gue diterima, Moon!" pekik Arshima setelah tidak ada orang lagi selain dia dan Monica di ruangan itu."Eehhhh, jangan senang dulu. Ini semua berkat gue, dan lo kudu wajib nraktir gue di cafe yang kemarin itu," Monica mendorong kepala Arshima."Inikan karena jawaban gue aja yang bagus, dan diterima oleh Kakak lo!" Arshima tetap tidak mau kalah."Iya-iya. Pokoknya nanti setelah pulang kerja, lo harus traktir gue. Titik!" titah Monica.
Bab. 9Arshima tidak menghiraukan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia menikmati apa yang di lakukan si batita kepada wajahnya. Dengan batita yang ada di pangkuan, juga sedang sibuk melukis di wajah mulusnya. Arshima kembali mengambil tablet, dan melanjutkan menuangkan ide pada tablet tersebut. Ia merasa seperti seorang ibu yang sedang bekerja, sambil mengasuh anak."Apa kalau aku punya anak, akan seperti ini ya? Bekerja sambil mengasuh anak," ucap Arshima lalu tersenyum sendiri.Rendra berada di ruangan, tidak menyadari Narshita yang pergi keluar. Di saat sadar, Rendra begitu panik mencari Narshita dan menyuruh karyawan untuk ikut mencari keberadaan Narshita.Mereka di buat panik oleh hilangnya seorang batita yang lagi aktif-aktif. Kemudian, Rendra di beritahu salah satu karyawan yang melihat Narshita bersama seorang perempuan. Rendra yang mendengar itu, langsung bergegas ke tempat yang di tunjukkan
"Apa-apaan sih kamu, Mas!" ucap Arshima kesal sekaligus malu. Karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung lain di cafe tersebut. "Dengerin dulu penjelasan ku, Shima!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima, agar tidak pergi terlebih dahulu. Ia memegang tangan Arshima dengan begitu erat. "Lepasin Mas! Kita bukan muhrim. Harap Mas ingat itu, dan jangan ulangi hal yang tadi," ucap Arshima penuh penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan. Lalu mengibaskan tangan Rendra dengan kasar, hingga tangan mereka terlepas. "Tapi Shima...!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima. Namun, tidak di hiraukan oleh Arshima. Arshima segera pergi menjauh dari Rendra. Ia tidak ingin berdebat
Setelah kepergian Arshima dan Alex. Mama Indah mendekat pada Ayah Eko. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya sedari tadi, waktu melihat sikap Alex yang adalah atasan Arshima itu."Yah!" panggil Mama Indah."Hemm.""Itu si atasan Shima, kelihatannya naksir deh sama anak kamu," ucap praduga Mama Indah."Atasan Shima? Maksudnya baju atasan yang di pakai Shima?" Ayah Eko mencoba memancing emosi sang istri. Dan itu berhasil."Bukan, Yaahh! Maksud Mama, bosnya Shima. Bukan baju atasan yang Shima pakai," geram Mama Indah yang berhasil di pancing emosinya."Owh, kirain. Naksir bagaimana sih Ma?" tanya Ayah Eko pura-pura tidak mengerti sembari terkekeh kecil."Suka, gitu maksudnya Yah. Massa iya, seorang atasan membawakan koper karyawan. Apa namanya bila tidak naksir?" ucap Mama Indah, yang menduga perasaan Alex."Iya juga ya Ma. Ayah
Entah mengapa, kemunculan Arshima dalam hidupnya membuat Alex begitu tertarik pada kepribadian yang ada pada gadis itu. Namun, di setiap kali ia mendekat, Arshima selalu menjaga jarak. Seperti ada tembok yang tebal, menghalangi dirinya untuk lebih dekat lagi.Terkadang Alex menggunakan alasan pekerjaan, sebagai dalil nya untuk bisa dekat dengan Arshima. Namun, gadis itu selalu saja membentengi diri dengan benteng yang sangat kokoh. Sulit bagi Alex untuk bisa menembusnya."Ayo! Keburu telat nanti," sarkas Alex. Ia menggeleng kepala tatkala melihat Arshima yang masih asyik mengobrol dengan dua gadis itu.Dengan gerakan cepat, Arshima menyusul Alex yang sudah berada jauh di depannya. Mampus gue, bila sampai di potong gaji bulan ini. Karena membuat si bos menunggu. Batin Arshima. Ia berlari mengejar keberadaan Alex.Kemudian mereka berjalan berdampingan menuju pintu masuk ke pesawat.
Rendra mengangguk, kemudian menerima kertas yang di ulurkan padanya. Ia genggam dengan erat kertas itu. Seakan itu adalah nyawanya, yang berada di ujung lembah kepatahan. Lalu Rendra menatap gadis di depannya itu, seraya mengangkat bahu gadis itu agar berdiri dari posisi jongkok. Gadis itu pun menurut."Siapa nama mu?" tanya Rendra pada gadis yang sekarang berdiri tepat di hadapannya."Sava, Om. Sava De Jough," jawab gadis yang bernama Sava itu. Ia juga merupakan seorang blasteran."Kapan dia memberikan surat ini padamu?" tanya Rendra dengan suara sedikit gemetar."Setengah jam yang lalu Om," jawab Sava. Gadis itu terlihat meneliti setiap inchi wajah Rendra. "Ternyata benar, apa yang di bilang Kakak cantik itu," celetuknya kemudian."Apa memang?" tanya Rendra penasaran.Sebelum sempat gadis itu menjawab, datang lah Assisten Rendra yang berlari ke arah mereka