Share

Chap. 5. Saling menatap

Hari ini, Arshima kedatangan temannya yang dari Amerika. Monica adalah sahabat Arshima semasa dia berada di negri paman sham tersebut. Monica selalu membantu Arshima, di setiap Arshima memiliki masalah. Monica datang ke Indonesia, karena disuruh Kakaknya untuk membantu di perusahaan orang tua mereka yang berada di Indonesia. 

"Kenapa kamu nggak bilang dulu kalau mau kesini? Kan Aku bisa menjemputmu di bandara," ucap Arshima senang, lalu memeluk sahabat barunya. 

"Aku sangat merindukanmu, Beibeh. Aku hanya ingin memberimu kejutan," ucap Monica seraya memeluk Arshima. 

"Oh ya, kamu tinggal di rumahku kan?" tanya Arshima pada Monica. 

"Ya enggak lah, Beib. Aku tinggal sama Kak Alex. Mana beri ijin dia kalau aku tinggal di sembarang tempat," jawab Monica. Alex adalah Kakak dari Monica. 

"Yaahhh...sayang banget. Padahal aku masih kangen berat sama kamu," Arshima memanyunkan bibirnya. 

"Kita kan bakal sering bertemu Beib. Nggak usah di gituin bibirnya. Udah jelek juga," goda Monica seraya tertawa. 

"Kamu itu yah! Eh, kalau begitu sekarang kita pergi ke cafe BENNING saja. Di sana bagus katanya untuk di buat background foto," usul Arshima yang teringat akan rekomendasi dari teman sosmednya. 

"Dasar, kamu itu. Masih saja narsis di mana-mana," Monica menggelengkan kepala. Temannya itu tetap saja narsis. 

Kemudian mereka pergi menuju cafe Benning yang di rekomendasikan tersebut. Arshima dengan mudah menemukan tempat cafe itu. Karena jalannya searah dengan rumah Rayzell dan juga Hana. Ia masih ingat betul jalan itu, yang dulu sering ia lewati bersama Fida. 

Dua puluh menit kemudian, mereka sampai di cafe Benning. Tempatnya memang gaya anak millenial banget. Kedua gadis itu sangat menyukai pemandangan yang di suguhkan di sana. Padahal mereka masih di depan cafe, dan belum masuk. 

"Wiishh bagus banget tempatnya!" seru Arshima. Ia begitu takjub melihat cafe yang bernuansa modern tersebut. 

"Lah! Emang, lo belum pernah kesini?" tanya Monica yang heran melihat reaksi Arshima. Padahal Arshima lah yang mengrekomendasikan tempat ini. 

"Belum," jawab Arshima menyengir. 

"Dasar, kamu itu," ucap Monica seraya menggelengkan kepala. 

"Aku kan tau nya di igeh Mon, dan baru sempat datang sekarang ini," Arshima mencoba membela diri. 

Kemudian mereka melangkah masuk kedalam cafe. Mereka di buat tercengang, saat melihat desain setiap sudut ruangan yang berbeda. Benar-benar brilian banget yang ngedesain ini. Hasilnya juga seperti garapan orang yang handal. Dan pintar meletakkan berbagai ornamen yang mendukung tampilan di setiap sudutnya. 

"Kita duduk di sebelah sana saja!" ucap Arshima yang menunjuk ke tempat yang tidak terlalu ramai di tempati oleh pasangan kekasih yang sedang memadu kasih di sana. 

"Oke, boleh. Lagian disitu juga tidak terlalu banyak oleh pasangan alay. Jadi lo nggak usah takut iri pada mereka," ucap Monica seraya menggoda Arshima. 

"Enak aja lo!" kesal Arshima. 

"Dasar, jomblo akut!" goda Monica seraya ia berlari menuju tempat yang di tunjuk oleh Arshima. 

Sedangkan Arshima merasa sangat kesal dengan Monica. Ia memonyongkan bibirnya, sambil duduk di sebelah Monica. 

"Nggak usah begitu nih muka, ntar nggak ada cowok yang mau melihat kearah mu," ucap Monica mencolek wajah Arshima yang cemberut, karena ulahnya barusan. 

Kemudian Arshima tersenyum terpaksa kearah Monica. Monica selalu bisa membuat dirinya cemberut. Namun juga cepat bisa mengembalikan mood Arshima. 

Mereka tidak sadar, bila keseruan mereka membuat pengunjung lain menatap kearah mereka. Monica yang sadar akan ada seorang cowok terus menatap kearah mereka, kemudian menyenggol Arshima dan memberitahukan bahwa ada orang yang sedari tadi tidak memalingkan tatapannya pada mereka. 

"Eh Beib, Lihat deh! Ada cowok yang terus menatap kesini. Mana ganteng banget lagi," ucap Monica seraya menunjuk kearah seorang cowok yang di maksud. 

Arshima mengikuti arah yang di tunjuk oleh jari Monica. Ia melihat cowok yang memang benar, sedang menatap kearah mereka. Awalnya memang tidak terlihat jelas wajah cowok itu. Karena terhalang oleh orang yang berlalu lalang lewat di depan. 

Mata Arshima melotot, setelah dengan jelas melihat wajah siapa yang sedang menatap kearahnya. Arshima diam, tubuhnya tiba-tiba saja menjadi kaku. Mulut juga terasa berat, saat ingin berucap. 

Pandangan mereka saling bertemu, untuk pertama kali setelah berpisah selama dua tahun. Hati Arshima bergemuruh tidak karuan. Jantungnya berdetak lebih kencang, ingin mengajak disko di siang bolong. Pikirannya, hanya terpatri pada sosok lelaki yang berada dalam jeratan pandangan mata. Ada selipan rasa rindu terhadap sosok lelaki yang juga tengah memandang dirinya dengan tidak berkedip. 

Monica mengibaskan tangannya di depan wajah Arshima. Namun tidak ada respon yang di perlihatkan oleh Arshima. Ia masih sibuk dengan pikiran tentang lelaki yang berada dalam jeratan pandangan mata. Begitupun dengan lelaki yang sedang menatap mereka. Monica berasumsi, mungkin mereka saling mengenal satu sama lain. 

Rendra menatap dengan lekat Arshima, yang juga tengah terdiam terpaku menatap kearahnya. Ada desiran aneh di dalam dadanya. Rasa yang seperti dulu itu, muncul kembali. Ia semakin tidak bisa menahan rasa itu, saat di tatap oleh Arshima dengan begitu lekat. 

Ingin sekali Rendra menghampiri gadis polosnya itu dan bertegur sapa, untuk mengawali hubungan di antara mereka. Membangun dengan cara yang benar dan tidak terkesan terburu-buru. Meskipun Rendra ingin sekali segera memiliki Arshima seutuhnya. Dan hanya dirinya lah yang berhak akan Arshima. Agar ia merasa lebih tenang, Arshima juga tidak akan menghilang lagi dari hidupnya bila sudah ia miliki. 

Rendra menyusun rencana yang sangat cerdik dan rapi. Ia ingin hubungan kali ini, terlihat sangat normal prosesnya. Ia sudah tahu sekarang, bahwa Arshima tidak mudah luluh dan tidak mau dengan suatu yang berhubungan dengan paksaan. 

Rendra beranjak berdiri dari duduknya, dan mau menghampiri Arshima. Ia berencana ingin menyapa dan bertanya tentang kemana selama ini ia pergi. Walaupun Rendra tahu, dimana Arshima selama dua tahun ini tinggal. Namun, Rendra hanya diam dan mengawasi Arshima melalui anak buahnya. Ia tidak ingin menorehkan luka pada Arshima, bila dirinya muncul di hadapan Arshima, disaat Arshima ingin menenangkan dirinya dan juga menempuh pendidikan S2 di Amerika. 

Rendra juga tahu, siapa perempuan bule yang bersama dengan Arshima. Namun, saat ia melangkahkan kalinya. Arshima ditarik pergi oleh teman bule itu. Rendra dapat dengan jelas, kalau Arshima terus menatap dirinya seraya berjalan menjauh dari tempat Rendra berdiri sekarang. 

Aku tau, namaku pasti masih tersimpan rapi di dalam lubuk hatimu yang paling dalam. Terlihat dari dirimu yang tidak melepaskan pandangan matamu dariku. Lihat saja, aku pasti akan mendapatkan mu kembali. Rendra tersenyum tipis menatap kepergian Arshima yang belum sempat ia sapa. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status