Bab. 9
Arshima tidak menghiraukan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia menikmati apa yang di lakukan si batita kepada wajahnya. Dengan batita yang ada di pangkuan, juga sedang sibuk melukis di wajah mulusnya. Arshima kembali mengambil tablet, dan melanjutkan menuangkan ide pada tablet tersebut. Ia merasa seperti seorang ibu yang sedang bekerja, sambil mengasuh anak.
"Apa kalau aku punya anak, akan seperti ini ya? Bekerja sambil mengasuh anak," ucap Arshima lalu tersenyum sendiri.
Rendra berada di ruangan, tidak menyadari Narshita yang pergi keluar. Di saat sadar, Rendra begitu panik mencari Narshita dan menyuruh karyawan untuk ikut mencari keberadaan Narshita.
Mereka di buat panik oleh hilangnya seorang batita yang lagi aktif-aktif. Kemudian, Rendra di beritahu salah satu karyawan yang melihat Narshita bersama seorang perempuan. Rendra yang mendengar itu, langsung bergegas ke tempat yang di tunjukkan oleh karyawan cafe.
Dengan langkah besar, Rendra menuju tempat itu. Ia berhenti agak jauh, disaat melihat Narshita sedang bersama siapa. Kamu selalu membawa kebahagian untukku Shita. Buktinya sekarang, kamu ingin mempertemukan aku dengan Shima. Dengan adanya kamu, aku akan menggunakan kesempatan ini untuk lebih dekat lagi dengan Arshima. Gumam Rendra dalam hati.
Sejenak, ia melihat keakraban yang terjalin singkat oleh keduanya. Bibir Rendra tidak pudar, akan senyum yang terus mengembang. Ia juga mendengar, celotehan di antara perempuan yang ia sayangi. Rendra begitu menikmati pemandangan yang di suguhkan di hadapannya. Ia juga berfikir, jika itu sebagai gambaran keluarga kecilnya kelak bersama Arshima. Rendra semakin tidak sabar untuk mewujudkan semua itu.
"Aku harus segera membicarakan masalah ini dengan Rayzell. Aku tidak mau sampai kehilangan dia untuk yang kedua," ucap Rendra lirih.
Rendra kemudian berjalan menuju dimana Arshima juga Narshita berada. Dengan langkah pelan, Rendra mendekat dan duduk di depan Arshima tanpa Arshima sadari. Karena Arshima terlalu fokus dengan tablet. Bahkan sekarang Narshita tertidur di pangkuan Arshima.
"Ekhem!" Rendra berdehem, agar Arshima sadar akan keberadaanya.
Arshima mendongakkan kepala, melihat siapa yang berdehem di depannya. Ia terkejut, saat mendapati Rendra yang sudah duduk di depannya. Dengan senyuman yang memikat siapa saja yang melihat.
Arshima kikuk, tidak tau harus bersikap bagaimana dengan orang yang sudah memiliki seseorang di dalam hati. Terlebih lagi, itu bukan dirinya. Padahal, selama ini ia tidak bisa menghapus nama Rendra di dalam hatinya yang paling dalam.
"Serius banget," ucap Rendra dengan senyuman yang tidak pernah pudar.
"Eh, iya Mas," jawab Arshima sedikit kaku. Lalu ia membenarkan posisi Narshita yang sudah terlelap di pangkuan.
"Dia gangguin kamu ya?" tanya Rendra seraya membelai pipi gembul Narshita.
"Eh tidak kok Mas. Emang Mas kenal ini anak siapa?" tanya Arshima menatap Rendra sekilas. Lalu mengalihkan pandangan. Ia tidak kuat, bila teringat perkataan Rendra yang memiliki seseorang di dalam hatinya.
"Iya," Rendra mengangguk. Lalu mengambil tisu basah, yang sebelum itu ia minta dari karyawan cafe setelah melihat coretan di wajah cantik Arshima.
"Mas mau ngapain?" tanya Arshima sedikit memundurkan badan, saat tangan Rendra menjulur mendekat kearahnya.
"Diem dulu, Ini ada karya Narshita di sini," ucap Rendra seraya mengusap wajah Arshima dengan tisu basah. Arshima mengikuti perintah Rendra, dan hanya diam saja saat Rendra membelai wajahnya. Bahkan sekarang Rendra duduk di sampingnya, dengan tangan kiri yang memegang dagu Arshima untuk di arahkan menghadap tepat kearah Rendra.
Ya Tuhan, kuatkan lah hamba. Sesungguhnya hamba tidak tahan, bila harus bersikap lembut dan main pelan. Hamba lebih suka main jalan pintas saja. Batin Rendra yang menahan hasrat untuk menerkam Arshima.
"Aku bisa sendiri Mas. Nggak enak jika di lihat sama pengunjung lain," Arshima mencoba untuk mengambil alih tisu yang di pegang Rendra, namun Rendra menahannya.
"Mau nurut, apa aku cium?" ucap Rendra yang tersirat kata ancaman bagi Arshima.
Arshima memilih diam, dan tidak komplain dengan apa yang Rendra lakukan pada wajahnya. Meski ia rasa terlalu lama Rendra membersihkannya. Namun Arshima tetap memilih diam. Ia tidak mau, di cium oleh orang yang sudah memiliki kekasih di hatinya.
"Kamu kapan kembali?" tanya Rendra tiba-tiba. Membuat Arshima menatap netra mata Rendra.
"Maksud Mas?" Arshima bertanya balik pada Rendra.
"Kapan kembali lagi padaku?" tanya Rendra, seraya mengusap bagian atas bibir Arshima yang juga terkena coretan oleh Narshita. Kuatkan iman hamba yang dangkal ini Tuhan. Ingin sekali aku menikmati bibir manis ini, yang susah aku lupakan. Batin Rendra, seraya menelan ludahnya dengan kasar.
Arshima terdiam sejenak, lalu memberanikan diri untuk bertanya pada Rendra. Hal yang selama ini mengganggu pikiran, meski ia sudah berusaha melupakan Rendra.
"Bukannya Mas, sudah punya seseorang yang berada di dalam hati Mas?" tanya Arshima sedikit ragu. Hatinya sedikit lega, saat pertanyaan itu keluar juga.
Rendra menghentikan aktifitasnya, lalu menatap Arshima dengan tatapan yang susah di artikan. Ia tidak mengerti, kenapa Arshima bertanya seperti itu.
"Maksud kamu, aku sudah punya kekasih, begitu?" tanya Rendra yang berhasil mengartikan pertanyaan dari Arshima. Lalu di jawab anggukkan kepala oleh Arshima.
"Aku tidak punya kekasih Shima. Hanya ka...." ucapan Rendra terhenti saat Narshita menangis.
Dengan sigap, Arshima berdiri dan mengepuk-ngepuk paha Narshita. Agar Narshita tertidur kembali. Namun, Narshita semakin membuka mata dengan lebar. Lalu menoleh ke arah Rendra, tangan mungilnya menjulur pada Rendra.
"Pipi, Tata ayus. Ao uyang, ayus," (Pipi, Narshita haus. Ayo pulang, haus) ucap Narshita dengan tangan yang meminta gendong Rendra.
"Oohh, anak pipi haus? Ingin minum cucu pada Mama?" ucap Rendra, seraya mengambil alih Narshita dari gendongan Arshima.
"Pipi? Mama?" tanya Arshima menatap Rendra tidak percaya. Berarti benar, apa yang selama ini ia pikirkan tentang Rendra setelah pertemuannya kembali. Rendra benar-benar sudah memiliki kekasih. Eh bukan, sudah memiliki seorang istri malah. Di tambah juga dengan seorang anak yang begitu menggemaskan.
"Jangan salah paham dulu Shima. Aku bisa jelaskan," ucap Rendra yang menangkap ada kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka.
"Aku nggak pa pa kok, Mas. Ya sudah, aku pulang dulu," ucap Arshima memaksakan senyumnya. Lalu menatap kearah Narshita, " Mimi pulang ya Sayang, terimakasih sudah menemani Mimi hari ini," pamit Arshima pada Narshita. Lalu Arshima mencium pipi Narshita sebagai tanda perpisahan.
"Tunggu Shima! Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan!" ucap Rendra berusaha menahan Arshima. Namun, Arshima tetap mengemasi barang-barang yang ia taruh di meja.
"Apalagi sih Mas! Emang apa yang aku pikirkan?" ucap Arshima dengan nada yang sudah berbeda dari sebelumnya.
"Dengarin penjelasan ku dulu, atau aku cium kamu di sini sekarang juga!" Lagi-lagi Rendra malah mengancam Arshima. Bukannya di rayu gitu.
"Terserah Mas saja!" Arshima tidak menghiraukan ancaman dari Rendra. Ia tetap melanjutkan berkemas.
Rendra tidak bisa berfikir jernih lagi, di saat melihat Arshima yang tetap ingin pergi. Dengan cepat, ia menarik lengan Arshima, hingga Arshima sedikit kehilangan keseimbangan. Lalu, Rendra mencium bibir Arshima sekilas. Dengan Narshita yang berada di gendongan sebelah tangannya.
Rendra juga tidak menghiraukan tatapan dari pengunjung lain, yang sedang menikmati tontonan gratis yang mereka tunjukkan. Bahkan, karyawan Rendra pun di buat terkejut saat melihat atasan mereka mencium seorang gadis di tempat umum. Pasalnya, selama mereka bekerja pada Rendra, mereka tidak pernah melihat sekalipun Rendra dekat dengan seorang perempuan. Bahkan ada di antara mereka, yang mengira Rendra itu Gay.
Arshima terkejut bukan main. Rendra benar-benar mencium dirinya di depan orang banyak. Bahkan, disaat ada batita yang bersama mereka. Arshima juga merasa seperti dejavu, saat pertama kali ciuman pertamanya juga di curi seperti ini oleh orang yang sama.
******Jangan menilai sesuatu itu dari sampulnya saja. Jangan pula, memasukkan informasi yang kita dengar tanpa menelusuri informasi itu benar atau tidaknya. Cermat lah dalam menelaah sesuatu.Assalamu'alaikum," Rendra mengucapkan salam seraha menunduk sopan. Rendra meraih pergelangan tangan orang tersebut, lalu mencium punggung tangan orang itu.Arshima sedikit cemas, takut akan ada penolakan dari mama nya. Tapi apa yang di takutkan olehnya, kini pudar sudah. Mama Indah menyapa Rendra dengan senyuman, bahkan menanyakan kabar Rendra.Dulu memang Rendra pernah beberapa kali menjemput Arshima dari rumah. Dan tidak jarang pula Rendra singgah sebentar, hanya untuk meminum teh dan mengobrol dengan Eko, papa nya Arshima.Karena Rendra dulu suka membuat Arshima bekerja lembur dan akhirnya mau tidak mau Arshima pulang malam. Dan memang itulah tujuan terselubung yang Rendra rencanakan. Ia akan selalu memaksa untuk mengantar Arshima pulang, meskipun Arshima sering kali menolaknya."Bagaimana kabarmu, Nak Rendra?" sapa Indah dengan ramah."Alhamdulillah baik, Tante," ada rasa
Setelah beristirahat dan sholat di rumah itu masa depan mereka, Rendra mengajak Arshima pulang ke rumah papa Eko. Sebenarnya Arshima masih takut, kalau Rendra akan di usir dan parahnya mereka tidak di restui.Mobil yang mereka tumpangi telah sampai. Rendra segera mematikan mesin mobil dan akan bersiap untuk kamu turun dari mobil. Namun kegiatannya di cegah eh Arshima."Mas....," Panggil Arshima.Rendra menoleh ke arah Arshima berada lalu bertanya dengan lembut. "Iya, Sayang. Ada apa?""Aku takut, kalau Papa nggak merestui hubungan kita, Mas." ucap Arshima lirih.Ia tidak bisa membayangkan, bagaimana jika papanya nanti malah menentang hubungan mereka. Arshima tidak sanggup bila harus terpisah lagi dengan Rendra. Ia merasa tak mampu untuk itu, dan tidak siap bila harus di paksa melupakan Rendra. Lelaki pertama yang ada di dalam hatinya sampai saat ini."Sshhtt... Kamu jangan pesimis dulu, Sayang. Kita belum mencobanya.
"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Arshima saat Rendra membawanya pergi dan sekarang tengah melewati jalan yang tidak pernah ia lewati sebelumnya.Ya, setelah kejadian tadi di cafe. Rendra kemudian mengajak Arshima pergi menuju tempat dimana ia mempunyai sesuatu yang akan di tunjukkan pada Arshima.Rendra membelokkan mobilnya di perumahan yang cukup mewah. Hal itu membuat Arshima heran, pasalnya ia tahu kalau rumah Renda bukan di daerah ini. Apalagi Rendra selama ini hanya tinggal di apartemen. Bukan di rumah utama. Lalu sekarang mereka mau bertandang ke rumah siapa?"Kita mampir sholat maghrib dulu di sini. Setelah itu baru aku antar pulang, sekalian meminta restu pada orang tuamu, Sayang," ucap Rendra dengan nada lembut.Kemudian Rendra membuka pintu mobil dan keluar terlebih dulu. Setelah itu ia berjalan memutari depan mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Arshima. Arshima tertegun sekaligus senang dengan apa yang di lakukan oleh
"Kamu risegn saja, Sayang. Nggak usah kerja. Aku yang akan menghidupi semua kebutuhan kamu mulai dari sekarang," Rendra masih betah bermanja ria pada Arshima."Aku akan risegn, kalo aku sudah hamil."Kali ini, jawaban yang di pilih Arshima sangat tidak menguntungkannya dan hampir membawanya ke ujung bahaya. Bagaimana tidak, dengan gerakan cepat Rendra mendorong tubuh Arshima hingga terjatuh ke sofa. Dengan posisi Rendra menindih tubuh Arshima.Beberapa detik, Arshima di buat terpana dengan ketampanan Rendra yang berada tepat di atas tubuhnya. Namun, ia segera menggeleng dan mengembalikan kesadarannya. Lalu mendorong tubuh Rendra meskipun itu sia-sia. Karena perbedaan kekuatan mereka terlalu jauh. Walaupun Arshima seorang yang bisa bela diri."Kalo begitu, kita buat dedeknya sekarang. Biar kamu cepat hamil dan tidak bekerja lagi dengan lelaki itu," sifat posesif Rendra mulai tumbuh.Awalnya, Arshima bersikap tenang dengan perlakua
Setelah lama berpikir sambil menatap buku daftar menu, akhirnya Alex memutuskan untuk makan makanan yang belum pernah ia makan sebelumnya. Alex memilih Bakso Genderuwo. Karena makanan ini tidak dapat di temukan di negara nya.Saat mereka tengah menikmati makan siangnya, datanglah seorang lelaki tampan yang menghampiri meja mereka. Lelaki itu tanpa sungkan duduk menarik kursi dan langsung duduk di samping Arshima."Hai, cantik! Gimana kabarnya?" tanya lelaki itu tersenyum tampan ke arah Arshima.Monica yang berada di samping Arshima pun terpana seketika, saat melihat senyuman maut milik lelaki itu yang mampu membius wanita manapun yang melihatnya."Iisshh apa-apa sih, Kak! Ngapain di sini? Kencan?" Arshima menatap kesal pada lelaki yang baru saja duduk di sebelah nya itu."Enggak. Baru meeting sama klien, terus lihat ada kamu di sini. Ya sudah deh, aku belok!" ujar lelaki itu sembari menyeng
Tok ... Tok ... Tok ..."Masuk!"Setelah mendapat sahutan dari dalam, Arshima memutar engsel pinta lalu masuk ke dalam ruangan pimpinan perusahaan AW group tersebut. Ia melihat Alex yang tengah duduk di kursi kebesarannya sambil menatapnya melangkah mendekat."Bapak mencari saya?" tanya Arshima kemudian ia duduk karena Alex mengisyaratkan agar Arahima duduk terlebih dulu."Kamu sudah makan siang?" tanya Alex menatap lembut wajah Arshima."Ini kan belum waktu nya makan siang, Pak?" Arshima heran dengan atasannya itu. Mengapa menanyakan perihal makan siang yang belum waktunya."Nggak apa-apa, kan kurang sepuluh menit lagi. Kalo gitu temani saya makan siang di cafe Benning, ya? Katanya di sana selain tempatnya yang nyaman, makanannya juga enak."Ajakan Alex membuat Arshima terdiam. Pasalnya cafe yang di sebutkan barusan adalah milik kekasihnya, Rendra. Ia tahu Rendr