Share

Perang Di Mulai

Pandu menyesap red wine di tangannya dengan senyum terkulum, laki-laki itu mendapatkan laporan dari orang kepercayaannya kalau hari ini Ghiana datang menemui Maira, Istri pertamanya itu jelas mengetahui kegiatan Pandu dan Maira kemarin malam dan Ghiana jelas sangat tidak menyukainya.

“Mas, kamu udah pulang?” Ghiana terkejut mendapati Pandu ada di dalam kamar mereka, ini baru pukul tujuh malam. Biasanya Pandu baru akan memasuki kamar mereka di tengah malam atau dini hari.

“Dari mana Ghi?” Pandu bertanya sembari memutar gelasnya pelan, Ghiana yang menolak terintimidasi melipat tangan di depan dada. Jelas menantang suaminya.

“Aku abis kasih peringatan sama istri ke dua kamu.”

“Pft! Kenapa, kamu merasa terancam sekarang?”

“Mas!”

“Kenapa sayang?”

“Aku minta kamu nikahin dia, bukan untuk berbagi kasih sayang. Kita cuma butuh dia ngelahirin calon penerus untuk keluarga kita, satu aja cukup. Setelah itu kita bisa pulangin dia ke kampungnya. Tapi kamu malah keliatan tertarik sama dia, kamu ajak dia belanja dan macem-macem.”

“Jadi itu alesan kamu dateng ke rumah Maira hari ini.” Pandu mengangguk-anggukan kepala sembari menyesap winenya sedikit.

“Dari mana kamu tau kalau aku pergi belanja sama Maira?”

“I.. itu , aku tau dari tetangga Maira. Ibu-ibu tambun yang cerewet.”

“Dari mana kamu tau kalau aku pergi sama Maira?!”

“Dari tetanggnya!”

“Jangan bohong Ghi, siapa orang yang kamu suruh untuk mata-matain aku?”

“Enggak ada. Aku sama sekali enggak mata-matain kamu.”

“Siapa!” Ghiana mundur selangkah, begitu Pandu membanting gelasnya dengan keras ke lantai.

“Siapa Ghiana?!” Desis laki-laki itu sembari melangkah maju, menghampiri Ghiana yang mulai ketakutan.

“Enggak ada mas, sumpah!”

“Kamu tau aku benci di usik, aku enggak suka di ganggu. Kamu yang minta aku untuk menikah lagi, jadi jangan mengeluh apa lagi berani ngatur aku.” Pandu mendekatkan wajahnya, laki-laki itu berbisik tepat di wajah istrinya yang sekarang keliatan pucat.

“Kamu keliatan enggak tertarik waktu aku minta kamu menikah lagi. Tapi kenapa sekarang kamu kayak peduli banget sama perempuan itu!”

“Ghiana… aku ini laki-laki. Kami suka bersenang-senang, aku hanya pura-pura enggak peduli supaya kamu enggak waspada. Kalau aku keliatan peduli, pasti kamu enggak akan pernah bikin pernikahan ke dua aku jadi nyata.”

“Kamu..”

“Iya, sayang. Aku memang kurang ajar, tapi kamu enggak bisa ngelakuin apa pun lagi. Setelah ini semua keputusan ada di tangan aku, termasuk menentukan seberapa lama Maira akan jadi istri aku.”

“Jangan macem-macem mas, aku bisa buat dia bernasib sama kayak perempuan tolol yang kamu pacarin dulu.”

“Silahkan sayang, coba aja. Kita liat kali ini siapa yang akan berhasil bertahan. Aku sama sekali enggak takut Ghi, karena sekarang udah enggak ada papa yang bisa ngelindungin kamu. Sekarang udah enggak ada siapa-siapa yang bisa bantu kamu, hahahahaha.”

“Mas!”

Pandu sama sekali tidak menoleh, laki-laki itu terus saja berjalan keluar dari kamarnya. Meninggalkan Ghiana menangis meraung sendirian di dalam sana.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mommi B'four
nah looh. kena tuu s'giana dengan kesombongannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status