Home / Romansa / ISTRI RAHASIA TUAN BESAR / Bukan Saya Yang Memaksa

Share

Bukan Saya Yang Memaksa

Author: minipau
last update Last Updated: 2021-04-04 09:48:48

“Loh, pak Pandu? Kok kesini enggak bilang-bilang dulu?”

“Sejak kapan saya harus bilang dulu kalau mau datang ke rumah saya sendiri?”

“Ini rumah saya, bu Ghiana yang minjemin.” Jawab Maira dengan bibir mengerucut maju.

“Kamu masak?” Tanya Pandu, laki-laki itu jelas sama sekali tidak peduli dengan rajukan istri ke duanya.

“Iya, tapi bapak enggak boleh minta.”

“Siapa juga yang mau minta, saya bisa beli makanan di luar.” Jawab laki-laki itu dengan dingin.

“Bagus deh, malam ini saya bener-bener masak cuma untuk satu porsi soalnya.”

“Bikin apaan?”

“Ramen. Hehehe.”

Pandu mengikuti Maira yang berjalan ke dapur rumah perempuan itu yang sederhana, perempuan itu mengangkat tutup pancinya. Seketika Pandu bisa mencium aroma gurih makanan dan pedasnya bubuk cabai.

“Itu ramen?” laki-laki itu pernah memesan ramen dari restoran jepang favoritnya, tapi tidak pernah melihat ramen seperti yang ada di dalam panci masakan Maira.

“Iya, ramen ala-ala. Tadi siang saya nonton youtube pak sama ibu-ibu yang waktu itu, terus liat orang bikin mie kayak gini. Namanya ramen.” Aroma mie yang di masak Maira semakin harum, Pandu melirik isi panci dengan sudut matanya.

“Orang kota tuh aneh-aneh ya pak, mie aja namanya banyak. Kemaren spageti, ini ramen. Di kampung paling mahal ya saya makan mie goreng hahahaha.”

“Ekhm, saya mau mandi dulu.”

“Mandi?” Maira membalikan badan, barulah perempuan itu bisa melihat kertas-kertas belanja yang sejak tadi di bawa oleh pandu.

“Kamu bilang baru selesai datang bulankan?” Maira menganggukan kepala gugup.

“Itu artinya, minggu ini adalah masa subur kamu kan?” Maira mengangguk, tapi kemudian menggelengkan kepala.

“Sa.. saya enggak tau pak.” Pandu mengangguk paham, mungkin perempuan ini sama sekali tidak mengetahui soal reproduksi.

“Pokoknya saya akan tinggal di sini selema beberapa hari, jadi mulai besok kamu harus masak lebih dari satu porsi. Paham?”

“Eng, iya pak.”

Maira sudah mulai makan ketika Pandu keluar dari kamar, rambutnya setengah basah dan pakaian yang di kenakan laki-laki itu terlihat baru. Pandu duduk tepat di hadapan Maira yang sedang menyeruput mie dari mangkuk, sementara panci ramen di meja makan masih mengepulkan asap.

“Bapak bener enggak akan minta makanan saya kan?” tanya Maira tiba-tiba.

“Iya. Kenapa?” Jawab Pandu, laki-laki itu berusaha mempertahankan wajah datarnya. Sama sekali tidak ingin Maira tau kalau sejak tadi ia terus saja melirik isi panci ramen perempuan itu yang masih mengepul.

“Bapak dari tadi ngeliatin makanan saya terus loh, saya jadi enggak enak.”

“Itu cuma perasaan kamu aja, udah kamu lanjut makan aja.”

Maira mengerucutkan bibir, perempuan itu menolak percaya pada Pandu. Karena itu Maira memutuskan untuk mengambil satu mangkuk lagi dari dapur dan membagi makan malamnya dengan suami barunya itu.

“Saya enggak bisa nelen makanan saya, kalau bapak ngeliatin terus. Jadi bapak ikutan makan aja, nih.”

“Saya udah bilang kalau enggak akan minta makanan kamu kan.”

“Yaudah kalau enggak mau, saya mau makan-”

“Yah, tapi kalau kamu memaksa apa boleh buat kan?” Pandu segera mengambil mangkuk di tangan Maira sebelum perempuan itu benar-benar mengurungkan niatnya untuk membagi makan malamnya dengan Pandu.

“Saya enggak minta loh, tapi di kasih. Kamu yang punya inisiatif untuk berbagi.”

“Iya pak, terserah. Terserah bapak aja.” Jawab Maira dengan kesal, perempuan itu mendadak kenyang melihat seberapa lahap Pandu memakan ramen ala-ala buatannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Sal Salasiah
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Ropi Anto
seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Riat Tiar
ternyatA pake bayAr ya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Sesuatu Yang Menggelitik - End

    “Jadi ayah sama bunda mau menikah lagi?” Bima bertanya.“Bukan menikah lagi, tapi buat pesta pernikahan lagi. Soalnya, waktu pesta pernikahan yang pertama kan abang sama mas enggak ada.”“Yeay! Keren yah, nanti Bima mau pamer sama Adi.” Pandu mengelus kepala anaknya itu sayang, mereka sedang di butik saat ini.“Itu bunda yah.” Rama menunjuk tirai yang di buka, mulutnya terbuka membentuk huruf o.“Bunda cantik banget, kayak peri!” Pandu setuju dengan penilaian anak-anaknya, Maira benar-benar kelihatan cantik dengan gaun pengantinnya itu.“Bagaimana pak? Apa ada detail lain yang harus di perbaiki?”“Menurut kamu gimana Mai?”“Eng kayaknya di bagian dada agak sedikit kekencengan.” Pandu menahan pikirannya untuk tidak traveling ke sembarang arah, matanya pun ia jaga agar tidak memandang lama pada bagian yang di keluhkan oleh istrinya itu.“Itu aja?” suara Pandu tiba-tiba saja serak.“Iya.”“Baik pak, kalau begit

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Jadi Istri Ku Lagi Ya Mai

    “Bima, Rama. Ayah sama bunda kalian itu cerai ya?” Adi bertanya kepada si kembar yang saat itu sedang bermain di taman komplek.“Cerai itu apa?”“Duh, cerai itu enggak tinggal sama-sama lagi. Enggak menikah lagi gitu.” Si kembar mencoba mengingat-ingat. Pandu memang tidak pernah tidur di rumah selama ini, laki-laki hanya akan datang di pagi hari untuk ikut sarapan bersama. Siang sibuk di kantor, dan malamnya datang lagi untuk makan malam dan main bersama mereka setelah itu pergi ketika mereka sudah tidur.“Enggak tau, tapi nanti coba aku tanya.”“Kalau cerai, berarti nanti kalian bisa dapet bunda atau ayah baru loh.”“Eh, kenapa gitu?!” Bima berseru tidak suka.“Iya, papa Dyo kan dulu juga cerai terus enggak lama Dyo punya mama baru. Sekarang mamanya Dyo jadi dua.” Adi mendekatkan diri untuk bisa berbisik.“Tapi mama baru Dyo galak.” Bima d

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Ayah, Istri Rahasia Itu Apa?

    Pandu mengelus dada, keadaan Bima tidak terlalu memprihatinkan. Dokter bilang anak itu tidak sadarkan diri karena mengalami syok dan bukan karena kondisi serius. Bima cukup beruntung kali ini karena air bag di kursi penumpang cukup melindunginya, selain itu mobil yang berlawanan dengan mobil Ghiana juga sempat banting stir. Tapi Ghiana, perempuan itu kritis.“Iya, Bima enggak apa-apa untungnya.” Pandu langsung mengabari Maira begitu urusannya dengan tim penyidik selesai.“Besok aja, hari ini biar aku yang jaga Bima di sini. Rama juga pasti masih syok kan. Aku janji akan kabarin kamu secepatnya kalau ada apa-apa.” laki-laki itu sedikit menyunggingkan senyum mendengar suara Maira di seberang sana. Suara istrinya itu bersahutan dengan suara Rama yang cerewet menanyai keadaan saudaranya.“Oke, besok biar pak Udin jemput kamu sama Rama.” Laki-laki itu kemudian memutuskan sambungan telefon, setelah menitipkan anaknya kepada perawat

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Ayah, Pergi Dulu ya.

    Maira membelai rambut Bima dengan perasaan haru, anak bungsunya itu sekarang kembali tertidur dengan nyaman di ranjang kamarnya yang sederhana. Perempuan itu kemudian menghela napas, mengingat kembali ke jadian beberapa jam yang lalu di rumah keluarga Sore.Maira kira ia terlambat, ia sudah khawatir terjadi sesuatu yang buruk terhadap Bima. untungnya ke khawatirannya tidak terjadi, karena begitu memasuki rumah besar terdebut dengan paksa Maira melihat Bima sudah berada di dalam pelukan Pandu.“Bima, astaga. Kenapa nak?” Maira langsung mengambil anak itu cepat, di peluknya bocah laki-laki yang sebentar lagi akan berusia enam tahun itu dengan erat.“Din, bawa Maira dan anak-anak ke mobil. Tunggu saya di sana.”“Baik pak, Mari bu. Ikut saya dulu sebentar.” Maira sama sekali tidak membantah, ia tidak ingin terlibat dengan masalah rumah tangga Pandu karena yang terpenting baginya anak-anaknya aman.Maira tidak tau ber

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Bima Takut Bunda

    “Bunda, kok Bima manggilnya mama ke tante Ghiana?” Rama bertanya sembari memakan makan siangnya, sudah satu bulan Bima sadar dari komanya. Dokter bilang, anak itu mengalami cidera kepala yang membuat Bima tidak bisa mengingat semua kenangan di masa lalunya.“Kan tante Ghiana istri ayah juga, jadi memang bisa di panggi mama.”“Rama mau punya bunda aja, enggak mau ada mama.” Maira tersenyum miris, jika bisa memilih ia juga ingin anak-anaknya merasa cukup hanya dengan memilikinya.“Pa, ngapain di situ!” Bima berseru heboh begitu Pandu datang dan lansung mengecup kening Maira.“Sebentar ya mas, ayah kangen sama abang ini.”“Pa!”“Iya..iya..” banyak hal yang berubah dari diri Bima. ia tidak lagi mengingat Rama saudara kembarnya dan menolak memanggil Pandu dengan sebutan ayah. Ghiana bilang, Bima harus memanggil Pandu dengan sebutan papa.“Apa ka

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Kamu enggak keberatan kan Maira?

    Pandu berlari di lorong rumah sakit bersama dengan Maira yang sejak tadi tidak bisa berhenti menangis. Perempuan itu di kabari oleh salah satu tetangganya soal kecelakaan yang menimpa Bima.“Bunda!” Rama langsung mengehambur, tangisnya pecah di dalam gendongan bundanya yang juga sama gemetarnya dengan anak itu.“Gimana bisa sampe kayak gini pak RT?” Pandu yang bertanya, karena Maira jelas masih tidak bisa mengontrol diri.“Saya cuma denger sekilas dari Adi pak Pandu, katanya ada perempuan yang ngaku-ngaku istrinya pak Pandu dateng terus nanyain rumah bu Maira. Terus Adi bilang kalau bu Maira pelakor, Bima mungkin enggak terima terus mereka berantem sampe ke jalan terus kejadian lah ini.”“Astaga..”“Terus gimana sama penabraknya?”“Maaf pak, tapi dia berhasil kabur.” Pandu mengumpat, ia tidak akan tinggal diam. Laki-laki itu bersumpah akan menemukan keparat yang sudah me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status