Share

FIRA KEMANA

Ibu dari mana?" Alga menatap kedatangan Ela yang nampak tersenyum bahagia, raut Ibunya itu berseri-seri dan sejak ia membuka pintu apartemen, Ibunya terdengar bersenandung lirih. Kening Alga berkerut. Tetapi Ibunya hanya melewatinya begitu saja dan langsung menghilang ke dalam kamar.

"Ibu ...," teriak Alga. 

"Bu ...." Kali ini Alga memelankan suaranya. Lelaki itu berulang kali mengetuk kamar pelan. Setelah tiga kali ketukan, pintu akhirnya terbuka, dan Ibunya tampak sudah berganti baju santai.

 "Ibu habis jalan-jalan. Di sini sendirian tuh sepi, makanya tadi keluar ketemuan sama kenalan Ibu." Ela keluar dari kamar dibawah tatapan heran puteranya.

"Siapa? memang Ibu punya kenalan?" Tanya Alga heran. Ela hanya mengangkat bahu.

"Kenalan ibu itu perempuan cantik, masih muda, pinter masak lagi, dia juga orang baik." Alga memutar bola mata malas, meyakini Ibu nya hanya berbohong untuk memprovokasinya. Sejak kapan Ibunya berteman dengan perempuan muda? setahu Alga, sang Ibu adalah orang yang tak pernah  buang waktu tuk bersosialisasi secara acak dengan sembarang orang, apalagi mengakrabkan diri dengan perempuan-perempuan muda, atau jangan-jangan kenalan yang dimaksud Ela adalah perempuan yang akan dijodohkan kembali dengannya? tapi bukankah Ela bilang ia dan Ayahnya tak akan ikut campur lagi urusan pribadinya?

Alga menatap tajam pada sang Ibu yang telah duduk bersantai di sofa, seakan mencari sesuatu yang mungkin Ibunya sembunyikan.

"Ibu bilang datang ke Jakarta karena kangen aku. Tapi kenapa, aku merasa, Ibu juga punya rencana tersembunyi ya?" Tebak Raka asal. Lelaki itu menghempaskan dirinya di samping Ela.

"Pikiranmu itu selalu berburuk sangka pada orang tua sendiri."

"Lah itu, pake ketemuan sama kenalan segala, muji-muji, bilang cantik. Jangan-jangan Ibu berencana jodohkan aku dengan dia," ucap Alga dengan mata memicing.

"Kamu kan masih punya istri, lagipula Ibu dan Ayah sudah berjanji takan mengaturmu lagi. Kamu juga bilang ingin mencari Munah dulu, ga mungkin Ibu akan jodohkan kamu lagi." Ela berdecak. Tapi Alga masih menatapnya dengan penasaran seakan jawaban sang Ibu tak memuaskan keingintahuannya.

"Saat Ibu baru sampai di Jakarta tempo hari, Ibu bertemu perempuan muda di Mall yang menabrak belanjaan Ibu, kami berkenalan singkat dan saling bertukar nomer ponsel. Ternyata dia hubungi Ibu dan bilang gelang Ibu ketinggalan menyelip di barang bawaan dia, tadi kami habis ketemuan, Ka. Dia mau mengembalikan gelang Ibu. Gimana? Apa itu sudah cukup untuk menjawab rasa penasaran kamu?" Ela memandang puteranya dengan senyum tipis. Haruskah dia menambahkan ceritanya kalau perempuan yang ditemuinya secara kebetulan adalah istri Alga? Tapi tidak, Ela tak akan memberitahu puteranya itu karena ia ingin melihat usaha sang anak dalam menyelesaikan urusan rumah tangganya. Seperti yang ia bilang, ia takan ikut campur dan menyerahkan segala keputusan pada Alga.

"Oke, penjelasan Ibu sudah cukup dapat ku terima," ucap Alga sedikit lega. 

                       **********

Pulang dari pertemuannya dengan Ela, Munah merasa sepi begitu sampai di tempat kosnya, tak ada Fira, tak ada kecerewetan teman yang selalu menggodanya dengan hal-hal receh dan meramaikan ruangan kecil yang hanya berukuran tiga kali tiga meter tempat mereka tinggal. Perempuan itu mengedarkan pandangannya sejenak ke sekeliling ruangan sebelum kemudian mengambil ponselnya di dalam tas. Munah menggulirkan menu-menu, mulai dari whatsapp, inbok mesengger, bahkan  media sosialnya dan media sosial Fira, berharap ia menemukan jejak perempuan itu. Tapi kosong. Tak ada jejak Fira di manapun, padahal biasanya perempuan itu selalu aktif mengunggah gambar-gambar apa saja atau foto-foto kegiatannya di media sosial miliknya. Munah mulai merasa resah. Ada apa dengan Fira temannya? kenapa perempuan itu seakan menghilang tanpa memberinya kabar apapun?

Munah menggulirkan ponselnya, lalu menekan tanda panggilan, berusaha menelepon temannya itu, tapi tetap tak bisa tersambung. Masih sama seperti sebelumnya, hanya suara operator yang menjawab panggilannya bahwa nomer yang ia tuju berada di luar jangkauan area.

Tiba-tiba Munah merasa galau luar biasa. Apakah telah terjadi sesuatu? tapi apa? apa ada hubungannya dengan 'Dady' Fira? lelaki gendut dengan wajah seram yang menjadi sandaran temannya itu dalam hal keuangan? Munah bergidig ngeri dan berharap hal itu tidak akan pernah terjadi meski dugaan itu tak urung memenuhi benaknya dan membuatnya sakit kepala.

 Tiba-tiba pintu kamar kost Munah di ketuk dari luar, Perempuan itu menatap pintu waspada, selama ini ia tak pernah memberikan alamat tempat tinggalnya pada siapapun, begitu juga dengan Fira, temannya itu tak pernah memberikan alamat tempat tinggal mereka, karena mereka tak pernah lama tinggal di satu tempat, lalu siapa yang kini tengah mengetuk pintu? Apakah itu Ibu Kost pemilik tempatnya tinggal?

"Tok ... tok ... tok ...."

Munah menghampiri pintu ragu, masih dipenuhi perasaan galau. Ia berdoa dalam hati, agar semua pikiran buruknya pergi.

"Ini tempat tinggal Fira?!" Dua orang lelaki tegap menodong Munah dengan pertanyaan begitu perempuan itu membuka pintu. Munah tak membiarkan pintunya terbuka lebar. Hanya sedikit wajahnya yang menyembul keluar.

"Maaf, Fira ga ada," jawab Munah cepat lalu bermaksud menutup pintu setelahnya, tapi tangan salah satu lelaki di depannya, menahannya dengan cepat.

"Jangan bohong, katakan saja di mana perempuan itu berada." 

"Fira benar-benar ga ada. Aku tak tahu dia di mana," jawab Munah dengan suara yang mulai bergetar.

"Kamu pasti Siti Maemunah, teman dekat Fira, gak mungkin kamu gak tahu keberadaan perempuan itu! cepat katakan di mana dia sembunyi?!" Desak salah satu lelaki di depan Munah. Perempuan itu menggeleng, dan wajahnya mulai menyiratkan rasa ketakutan.

"Aku benar-benar tak tau di mana Fira berada, aku juga sedang mencarinya. Aku gak bohong."

"Hey ... bawa saja perempuan itu ke tempat Bos. Ga ada target, temannya pun jadi. Ayo ...," bisik salah satu lelaki di depan Munah sambil menyenggol temannya, dan Munah mendengarnya meski sayup-sayup. Perempuan itu langsung mundur tapi kedua lelaki di depan Munah bergerak cepat mencekal tangan perempuan itu dan membekapnya, agar tak berteriak, dengan hati-hati mereka membawa Munah pergi. Meski berontak, tenaga Munah tak sebanding dengan kedua lelaki tinggi besar yang kini menyeretnya perlahan menuju kendaraan mereka yang sudah menunggunya di gang. Malam ini suasana di sekutar tempat Munah begitu sepi sehingga tak ada yang tahu penculikan yang dialami perempuan itu. Munah mencoba peruntungannya saat sampai di mobil pegangan lelaki yang dari tadi menyeretnya mulai melemah. Munah mencoba kabur, tapi sayang, pergerakannya sudah keburu di ketahui mereka hingga usahanya menjadi sia-sia. Perempuan itu akhirnya pasrah saat di naikkan ke dalam mobil.

Sebenarnya apa yang dilakukan Fira hingga harus berurusan dengan orang-orang seram yang kini membawa Munah pergi? apa mereka anak buah 'Dady'? lalu kemana perempuan itu menghilang? segala tanya itu berkutat di benak Munah membuatnya begitu kalut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status