Share

BERTEMU IBU MERTUA

Author: Ekasetia
last update Huling Na-update: 2021-04-01 19:50:10

Hari ini Munah libur untuk pertama kalinya sejak Resto tempatnya bekerja buka, dan perempuan itu berencana untuk bertemu seorang Ibu yang bernama Ela, dia adalah perempuan paruh baya yang dijumpainya di sebuah Mall. Ada benda milik perempuan itu yang tertinggal saat ia menabraknya dulu. Dan meski Munah telah menghubunginya, namun baru hari ini Munah akan memberikannya karna baru bisa meluangkan waktu untuk bertemu.

Bersiap-siap untuk pergi, Munah baru menyadari kamar kost nya terasa sangat sepi. Fira tidak pulang entah sudah berapa hari, dan perempuan itu tak memberinya kabar. Mungkinkah dia  bersama dengan 'Dady' nya? tapi hal itu sangat diluar kebiasaan karena temannya itu punya prinsip-prinsip yang selalu dijaganya, dan dia tak pernah sekalipun bermalam hanya berduaan dengan lelaki yang menjadi sugar dady nya itu.

Mengabaikan keadaan Fira yang masih belum jelas, Munah akhirnya pergi. Ela memintanya bertemu di food court Mall saat kemarin mereka berkenalan sehingga ia akan menuju kesana. 

Hari ini Munah memakai setelan rok sederhana berwarna abu-abu dengan rambut yang ia cepol asal namun cukup rapi, dan ia tak memakai riasan apapun karena ia memang tak suka berdandan dan lebih suka tampik apa adanya. Setelah menghabiskan waktu cukup lama berjibaku dengan kemacetan jalanan ibukota, perempuan itu akhirnya tiba di tempat yang telah disepakati bersama Ela.

Seorang perempuan paruh baya cantik melambai  ke arah Munah saat ia tengah bingung mengedarkan pandangan ke seluruh tempat foodcourt. Tersenyum manis, Munah mendatangi perempuan itu dan buru-buru mengecup punggung tangannya. Ela nampak terkejut dengan sikap Munah tapi perempuan itu segera menyembunyikannya dengan raut biasa saja.

"Pa kabar, bu?" tanya Munah dengan ramah. Ela memandangnya dengan tatapan menilai, menantunya itu sangat cantik walaupun tidak memakai riasan apapun. Wajahnya putih, hidungnya mancung, dan matanya yang berwarna hijau berbinar ceria. Ela menyambut kehadiran Munah dengan senyum manis. 

"Alhamdulillah, nak. Ibu baik-baik saja. Duduklah, maaf, ibu sudah memesan makanan terlebih dulu tanpa nungguin kamu, semoga kamu suka dengan menu pilihan Ibu, dan ibu yang traktir ya, jangan merasa sungkan, oke?"  Munah mengangguk dan menarik kursi untuk duduk di depan Ela.

"Sudah, jangan bengong. Kita makan dulu ya ...," ucap Ella, dan lagi-lagi Munah hanya mengangguk. Ela makan dengan anggun, sangat khas dengan style orang kaya, saat makan. Munah hanya bisa membatin dalam diam dan sesekali memandang sosok di depannya dengan sungkan. Selain anggun, Ela juga terlihat seperti orang yang baik, ramah, sama sekali tak ada kesan sombong yang melekat di dirinya.

"Kamu kerja di mana?" tanya Ela, membuat Munah terkesiap. 

"Di Resto, Bu. Aku bagian di dapur  jadi Koki, tapi kadang juga bisa jadi pramusaji melayani pengunjung kalau pas rame."

"Wah, benarkah? berarti kamu pinter masak ya? jarang sekali perempuan sekarang yang bisa memasak, tapi kamu lain, sudah cantik, pinter masak juga," puji Ela. "Berarti sekarang libur? ga berangkat?" ucap perempuan itu lagi.

Munah mengangguk, wajahnya merona mendengar pujian dari perempuan di depannya. "Aku masih belajar dan terus belajar masak kok, Bu. Aku belum seperti koki terkenal yang sudah mahir, Bu. Dan ya, hari ini aku libur. Makanya baru bisa ketemu Ibu sekarang untuk mengwmbalikan barang Ibu yang tertinggal, kemarin-kemarin belum sempat," jawab Munah sambil tersenyum.

"Ya, ga pa-pa. Santai saja, Ibu malah ga sadar telah kehilangan gelang seperti yang kamu sebutkan, taunya setelah kamu telepon, baru sadar, gelang Ibu sudah ga ada."

"Ya, Bu, bentar tak ambil dulu barangnya." Munah meletakkan sendoknya dan membuka tasnya, lalu mengambil gelang berkilau dari dalam tasnya, ia pun menyodorkan benda itu pada Ela.

"Sebenarnya, benda ini tak terlalu berharga." Ela menimang-nimang gelang di tangannya, ia memandang Munah cukup lama sebelum akhirnya menyerahkan gelang itu kembali pada Munah.

"Ini buat kamu saja." Munah melongo. Tapi Ela memakaikan gelang itu di tangan kirinya. "Tapi Bu.. ini- ini 

"Waktu di telpon sebenarnya Ibu mau bilang gelang itu buat kamu saja, tapi karna kesepian di tempat anak Ibu yang sibuk bekerja, jadi Ibu minta ketemu sama kamu biar bisa ngobrol menghabiskan waktu."

"Tapi .... Tapi ini pasti sangat mahal ... aku gak bisa menerimanya." Ela menggeleng. 

"Ibu senang ketemu sama kamu. Ibu kira saat datang ke Jakarta, Ibu akan bosan dan sendirian tanpa teman, tapi begitu ketemu kamu, Ibu sangat senang. Terima saja ...."

Munah memandangi  gelang yang sudah melingkari tangannya, bentuknya cantik sekali. 

"Terima kasih," ucapnya tulus. Ela mengangguk seraya tersenyum manis.

"Berarti ibu bukan dari Jakarta? tapi di kartu nama  yang kemarin, tertera alamat Ibu di pondok indah."

"Sebenarnya Ibu tinggal di Semarang, di Pondok Indah, rumah lama, sekarang sedang ditempati saudara. Ibu kesini jenguk anak sulung ibu yang terlalu sibuk tak pernah berkunjung ke Semarang. Ibu benar-benar kesepian."

"Ibu gak punya menantu?" tanya Munah tiba-tiba. Ela hampir tersedak  makanannya, dan perempuan itu buru-buru mengambil air minum.

"Ibu ga papa?" Munah bangkit dari duduknya dan beralih ke kursi di samping Ela, lalu ia mengelus bagian punggung perempuan di sampingnya dengan pelan. Ela terpana dengan perlakuan Munah.

"Ibu ga papa," ucapnya  menghentikan gerakan tangan Munah dan perempuan itu beralih menggenggamnya lembut. 

"Kamu mau jadi menantu Ibu?" tanya Ela toba-tiba. Munah tergagap, ia kaget di todong pertanyaan seperti itu. 

"Maaf, Ibu bercanda kan?" Ela menggeleng. Ia menatap Munah lembut.

"Ibu ga bercanda, Ibu serius. Ibu sedang mencari menantu. Dan kamu sepertinya perempuan yang baik, pinter memasak juga penyayang. Ibu serius."

"Maaf, Bu ... aku sebenarnya sudah menikah, memang sedang ada sedikit masalah sehingga kami tak tinggal bersama. Tapi, aku belum menyelesaikan masalahku dan suami. Maafkan aku ... lagi pula, kita baru saling kenal ... aku tak sebaik yang Ibu pikir."

"Kamu perempuan baik, nak. Aku yakin akan hal itu. Ya sudah ga papa, habis ini temani ibu belanja ya ..." Munah mengangguk dan mereka melanjutkan makan dalam diam. Setelah selesai, merekapun jalan-jalan berdua untuk berbelanja, Munah hanya menemani Ela saja karna ia sama sekali tak berniat membeli apapun karena kondisi keuangannya yang pas-pasan.

Dalam sekejap Munah dan Ela menjadi sangat akrab. Mereka bahkan begitu nyaman mengobrol hal-hal yang ringan bersama, hingga Ela merasa tak akan melepaskan Munah untuk berpisah dari Alga jika suatu saat mereka bertemu dan menyelesaikan urusan pernikahan mereka. 

"Ini buat kamu." Ela menyodorkan dua bungkusan baju yang tadi dibelinya pada Munah. Munah kaget, tadi saat di counter pakaian, Munah memang disuruh untuk mencoba dua baju yang sangat bagus. Munah pikir Ela akan membelikan baju itu untuk anaknya dan Munah hanya sebagai contoh karena ia pikir postur tubuh ansk Ela sama dengannya. Rupanya Munah salah sangka. Baju itu benar-benar untuknya.

"Ga ada penolakan. Kamu harus menerimanya," tegas Ela. Akhirnya Munah pun menerimanya dengan sungkan.

"Terimakasih, Bu," ucap Munah tulus. Ela tersenyum  dan mengangguk.

"Ibu pulang dulu ya ...." pamit Ela kemudian saat mereka sudah sampai di luar Mall.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   BERDEBAT

    Munah termangu di sebuah ruang perawatan. Di depannya terbaring lelaki yang masih tak sadarkan diri. Lelaki itu adalah Alga yang secara kebetulan mengalami kecelakaan. Tanpa saudara, tanpa kerabat, tanpa teman, tanpa istri, lelaki itu terbaring sendirian membuat Munah tak tahu apa yang harus ia lakukan terhadapnya.Haruskah ia menghubungi keluarga laki-laki itu? Tapi bagaimana ia bisa menghubunginya? Munah benar-benar merasa begitu bingung.Munah memandangi raut Alga yang terlihat lebam di beberapa bagian. Wajahnya terlihat menyedihkan dan tanpa sadar, perasaan bersalah mulai menjalari hati Munah. Kalau saja ia tak pergi dengan Leo ... teringat akan Bosnya itu Munah bermaksud untuk menghubunginya dan beralasan ia tak enak badan hingga memutuskan untuk pulang diam-diam ... tetapi baru mengambil ponselnya di dalam tas, benda pipih itu bergetar menandakan sebuah pesan masuk ke aplikasi mesenggernya.[Di mana?] Munah membaca kalimat singkat yang ternyata dari Leo tersebut. Mendesah untuk

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   KEJADIAN TAK TERDUGA

    Hari ini Munah pergi dengan Leo. Perempuan itu menemani Bosnya mengadakan pertemuan bisnis sekaligus makan malam. Ia sudah minta ijin Alga tak bisa memasak untuk lelaki itu, meski terkesan marah pada akhirnya Alga membolehkannya pergi. Sebenarnya Munah merasa tak enak pada lelaki itu, tetapi ia juga sudah terikat perjanjian dengan Leo untuk menjadi kekasih palsunya karena ia sudah menerima uang pemberian dari Bosnya itu.Munah sudah berdandan dengan ayu walaupun hanya memakai riasan yang natural dan memakai gaun yang sederhana, dan Leo sama sekali tak keberatan dengan penampilan Munah saat ini, sesuatu yang membuat perempuan itu bisa bernapas dengan lega.Mereka berdua telah duduk bersisian di sebuah meja yang telah direservasi sebelumnya, makanan yang mereka pesan pun sudah datang, tetapi rekan bisnis Leo belum juga muncul. Munah mendadak menjadi gelisah, seakan ia yang memiliki janji meeting hari ini, sedangkan Leo malah tak terlihat cemas, lelaki itu malah terkesan santai dan cuek

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   BERHASIL LARI

    Langkah Munah terhenti membuat Alga heran. Lelaki itu menatap Munah bingung. "Kamu kenapa?" katanya. Munah reflek mencengkeram lengan Alga."Ada apa?" tanya lelaki itu kembali."Kita pergi dari sini saja!" Langkah Munah perlahan mulai mundur. Matanya menatap teras kostnya dengan waspada. Dua orang anak buah Toni yang sembari tadi duduk santai mulai berdiri melihat aksi perempuan yang berjarak hanya beberapa meter di depan mereka. Alga yang mulai memahami situasi karena curiga dengan keberadaan dua lelaki besar di depan teras kostan Munah bergerak cepat menarik lengan istrinya tersebut dan lari menuju mobilnya. Anak buah Toni langsung mengejarnya. Terseok-seok Munah mengimbangi langkah-langkah lebar kaki panjang Alga, dan pada akhirnya mereka bisa mencapai mobil lalu dengan gerak cepat Alga dapat menghidupkannya untuk segera melajukannya agar terhindar dari kejaran anak buah Toni. Terdengar teriakan dan makian dua orang bertubuh besar itu ketika incarannya berhaasil kab

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   KETAHUAN

    Jam kerja hampir berakhir. Munah terus memikirkan berbagai macam cara untuk menolak secara halus ajakan Leo. Ia tak bisa membayangkan akan bertemu dengan keluarga lelaki itu meski hanya untuk membantunya bersandiwara. Lagi pula ia sudah punya rencana pergi ke tempat kos nya untuk mengambil barang-barangnya. Arrgh ... kepala perempuan itu mendadak begitu pening, ia pun memijit mijitnya berharap semua yang berjejal di otaknya menghilang, tetapi hal itu tak jua berhasil hingga akhirnya ia segera melanjutkan pekerjaannya agar segera selesai meski dengan otak yang begitu penuh.Munah sedang membereskan dapur, mencoba fokus dengan yang ia kerjakan ketika terdengar suara langkah kaki mendekatinya. Kegiatan perempuan itu menjadi terhenti. Ia bisa menduga siapa yang mendatanginya."Ehemm ... pekerjaannya sudah selesai?" Suara yang Munah kenali sebagai milik Leo terdengar begitu lembut. Dugaannya tak meleset, tetapi Munah tak segera berbalik, ia masih membelakangi Bosnya itu. Ma

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   MIMPI

    "Munah ... berhenti ... jangan lari ....!" Teriakan itu menggema menebarkan ketakutan di dada Munah. Perempuan itu terus berlari meski keringat bercucuran membasahi tubuhnya."Munah berhenti!" Suara itu terdengar semakin dekat. Diantara deru napasnya yang memburu, Munah berulangkali menoleh ke belakang tuk memastikan sosok yang mengejarnya sudah jauh. Tetapi sosok tinggi itu semakin dekat, meski tenaganya sudah ia kerahkan sekuat mungkin, nyatanya bukan senakin jauh tetapi sosok itu semakin dekat hingga hanya beberapa langkah saja bisa menyamainya."Jangan dekat-dekat!" seru Munah putus asa."Aku takan menyakitimu.""Orang lain yang akan melakukannya kalau aku tidak pergi.""Berhenti!""Tidak!"Munah terus mempercepat larinya saat sosok itu kian dekat mengejarnya. Wajahnya pucat pasi hingga ia tak lagi memperdulikan keadaan dan ia terjebak di tepi sebuah jurang. Wajahnya menatap batu terjal di bawah ujung jalannya. Otaknya menjadi bun

  • Istri yang Lari di Hari Pernikahannya (Indonesia)   BICARA

    Alga sedang menyantap masakan yang sudah Munah selesaikan ketika perempuan itu terus menatapnya dalam diam. Mereka duduk berhadapan di meja makan kecil di dekat dapur."Enak ...," komentar Alga. Munah menatap tak percaya karena makanan yang ia sajikan kini adalah sesuatu yang tak selesai ia masak tadi siang. Munah hanya mengolahnya lagi agar tidak menjadi sia-sia."Aku gak bohong. Coba kamu juga mencicipi hasil masakanmu alih-alih hanya terus memperhatikanku seperti itu," ucap Alga lagi dengan tersenyum.Munah masih memicingkan matanya seakan curiga Alga hanya berbohong. Tetapi akhirnya perempuan itu mulai menuruti Alga dengan mengambil sendok dan mulai memasukkan sedikit sup ke dalam mulutnya."Bagaimana? enak kan?"Munah menelan supnya hati-hati dan lelaki di depannya memang tidak berbohong. Supnya enak. Untuk lebih memastikan dirinya sendiri, perempuan itu mengambil jenis makanan lain dan ternyata rasanya sama, teta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status