Share

Mimpi Buruk

Tanpa pikir panjang dan demi mengingat keselamatan putrinya, George mengangguk yakin akan tawaran yang diucapkan seorang Bryan Malik pada Kimberly. Pria tua itu begitu yakin Bryan dapat menjaga putrinya. 

"Pulanglah bersama Tuan Bryan! Papa yakin Tuan Bryan bisa mengantarmu sampai rumah dengan selamat. Sambil menunggu mobil selesai diperbaiki malam ini, alangkah lebih baik kau lekas pulang, Kim! Papa tidak ingin waktu istirahatmu terganggu. Besok kau harus kuliah, kau mengerti, kan?"

Bryan tersenyum ramah menanggapi ucapan George. Secara tidak langsung apa yang terlontar dari mulut George adalah bukti suatu kepercayaan pria tua itu pada seseorang yang tak lain adalah Bryan Malik. 

Hal itu membuat hati Bryan senang bukan main. Ia menantikan bagaimana bantahan atau alasan apa yang akan keluar dari bibir mungil Kimberly. 

Tak sesuai prediksi, Kimberly mengangguk pasrah. Ia mengecup pipi sang ayah lalu berpamitan pada Luke. Harry yang berada di sana hanya bisa membungkuk hormat merasa tak enak hati pada nona mudanya yang harus pulang bersama Bryan. 

"Aku pulang, Papa. Sampai jumpa lagi, Paman Luke!" pamit Kimberly. 

Sambil lalu Kimberly menatap ke arah Harry. "Harry, usahakan pihak bengkel bisa mengatasi mobil Papa secepatnya! Semoga hari ini lekas dapat diselesaikan. Kalau begitu aku pulang dulu. Tunggu dulu, aku melupakan sesuatu…" ucapnya menghentikan langkah Bryan yang hendak mengekor di belakangnya. 

Kimberly menatap dalam pada sang ayah lalu bertanya," Kalau semisal, mobil itu tidak bisa selesai dikerjakan malam ini, bagaimana cara Papa pulang? Kenapa aku jadi dilema begini?" 

Luke menepuk pundak George. "Bukankah Paman ada di sini! Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, Kim!" ucapnya menenangkan rasa cemas yang membuncah di diri Kimberly. 

Kimberly memandangi wajah George lalu beralih pada Luke, tak punya pilihan lain selain mengiyakan, ia pun mengangguk pasrah. "Baiklah, aku pulang dulu!"

"Bukan kau saja, Kim, melainkan kalian!" sanggah George menyadarkan Kimberly bahwa gadis itu akan pulang bersama Bryan. 

Bryan tak mempermasalahkannya. Ia tahu gadis ini seperti ikan belut, enak dan lembut dagingnya tapi sulit digenggam. 

Mengacuhkan seorang pria bernama Bryan hanya akan dilakukan oleh Kimberly, tak ada seorang pun yang pernah melakukan itu padanya. Itu membuat Bryan tertantang untuk menaklukkan hati gadis angkuh ini. 

Di mulai sejak malam ini.. 

~~~~

"Kau bisa tidur dulu sambil menunggu kita sampai di kediaman keluarga Michael!" titah Bryan sembari menoleh sekilas ke arah Kimberly yang duduk tepat di sampingnya. 

Kimberly mengernyit. 

"Dari mana kau tahu rumahku, Tuan Bryan? Tak mungkin kau menguntit aku, bukan?" tanya Kimberly ingin tahu. 

Bryan terkekeh geli. 

"Untuk apa aku menguntitmu? Di saat banyak wanita yang rela antre untuk dekat denganku, aku justru mendengar pertanyaan aneh ini, beri aku alasan kenapa aku harus melakukan hal konyol dan rendahan semacam itu padamu?" tanya balik Bryan yang seketika membungkam rasa penasaran Kimberly. 

Kimberly memilih memalingkan muka menghadap ke jendela mobil. Ia tak sanggup menyanggah ucapan yang terlontar dari bibir Bryan. 

Gadis cantik itu mengarahkan pandangannya pada setiap kendaraan yang berpapasan dengan mobil mewah yang ditumpanginya membelah jalanan kota Edensor malam ini. 

Seperti mimpi aneh yang menjadi nyata kala dirinya pulang diantar oleh Bryan. 

'Cukup sekali, jangan ada hari lain seperti sekarang di kemudian hari!' ultimatum yang terus terngiang di dalam pikiran Kimberly. 

Kimberly memberikan peringatan pada dirinya sendiri. Kalau bukan karena ia merasa mengantuk dan tubuhnya merasa tak nyaman, tidak mungkin ia mengiyakan ajakan Bryan dan mau diantar olehnya. 

"Kenapa melamun? Apa kau terlalu senang karena diantar pulang olehku?" goda Bryan mengeluarkan jurus rayuan yang biasanya dapat membuat para gadis merona malu. 

Anehnya, hal itu tidak tampak di wajah Kimberly. Gadis itu benar-benar mengacuhkan dirinya seolah jengah dengan segala bujuk rayu atau godaannya. 

"Kenapa kau terlalu percaya diri, Tuan? Biasa saja, diantar pulang olehmu atau Harry tidak ada bedanya!" sahut Kimberly. 

Bryan menatap penuh selidik. 

Harry? 

Siapa dia? 

Bryan mulai penasaran. Apakah pesonanya telah luntur hingga begitu mudahnya ia disamakan dengan pria lain? 

"Siapa Harry?" tanya Bryan penuh keheranan. 

"Sopir Papa!" tandas Kimberly cepat. 

'Damn it!' umpat Bryan dalam hati. Hampir saja ia memukul stang bundarnya, namun ia urungkan begitu mengingat ada gadis cantik yang menjadi calon mangsanya. 

~~~~

"Terima kasih sudah mengantarku pulang ke rumah dengan selamat, Tuan Bryan! Karena sudah malam, aku tidak bisa menerima tamu. Maafkan aku. Kalau begitu aku masuk dulu, Tuan. Sekali lagi terima kasih," ucapnya santai tak menyadari ada perasaan kesal di dalam diri seorang Bryan. 

Bryan mengamati pergerakan gadis itu yang memasuki pelataran rumah besarnya usai seseorang membukakan pintu gerbang untuknya. 

Rumah itu tak asing baginya dan pernah ia kunjungi empat tahun silam. 

Netra birunya menatap tubuh mungil terbalut gaun seksi nan menawan itu dengan tatapan tak terbaca, hal itu berhasil membuat Bryan tampak sedikit kalang kabut. Biasanya jika ia melihat sesuatu yang menyegarkan mata seperti ini, ranjang adalah tempat berpulang yang nyaman untuk menyalurkan hasratnya. 

"Gadis itu semakin didekati justru semakin menjauh. Kau bukan lagi seperti belut, melainkan seperti kancil yang hendak diburu. Lari sekencang-kencangnya sampai ke ujung dunia pun tapi suatu saat nanti kau pasti akan tertangkap! Menarik sekali! Akan kupastikan kau menjadi milikku cepat atau lambat!" yakin Bryan pada dirinya sambil memiringkan senyumnya, kedua matanya terus menjangkau tubuh gadis itu yang perlahan menghilang dari jangkauannya. 

~~~~

"Ah, akhirnya!" ucap Kimberly merasa lega yang teramat sangat. 

Ia menjatuhkan tasnya di sembarang tempat dan lekas menghempaskan tubuh lelahnya di atas pembaringan nyaman yang ia rindukan sejak beberapa jam lalu. 

Kimberly mengingat sesuatu. Ia bangun dari ranjang berukuran king size tersebut dengan malas-malasan. Ia membuka tas tangannya dan mengambil benda pipih pintar miliknya guna menghubungi seseorang. 

Nick! 

'I miss you so bad!' 

Panggilan telah tersambung. Tak kunjung diangkat oleh pihak lawan bicaranya. Sejenak kedua manik indahnya menatap pada benda yang menggantung di dinding, di sana telah menunjukkan jarum angka sebelas. 

"Apakah Nick sudah tertidur? Nick, aku merindukanmu…" gumamnya bermonolog. 

Ia menghempaskan tubuhnya di bibir ranjang. Sesekali ia melirik ponsel pintarnya berharap sang pujaan hati berganti menghubunginya. 

Tik Tok Tik Tok 

Waktu terus berjalan. Angka jarum jam telah berada di titik tertinggi. 

Angka dua belas. 

Tak sadar Kimberly tertidur di bibir ranjang dengan ponsel yang terus tergenggam. Gadis itu tak menyadari seseorang tengah menghubunginya sesekali. Ia sudah terbuai dalam alam mimpi. Di sana, ia bertemu dengan seseorang yang… 

Aw, membayangkannya saja tak mau, kenapa harus dia yang bertandang ke mimpi indahnya? 

Shit! 

Bahkan dalam mimpi pun gadis itu mengumpat kesal, namun berubah kala sosok tersebut mendekat dan tiba-tiba memeluk dirinya dengan erat hingga ia nyaris tak bisa bernapas. 

"Aku akan selalu ada untukmu…" bisiknya di telinga Kimberly. 

"Ka-Kau!!" 

~~~~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status