Rahdan, Juna, dan Rachel datang menyusul Serena dan Simon yang sudah lebih dulu datang ke rumah sakit. Rachel langsung mendekat ke arah Serena lalu memeluk erat tubuh gadit itu yang sedang ada di titik paling rendah hidupnya, apalagi Serena melihat sendiri bagaimana keadaan Reinan usai kecelakaan itu terjadi.
Juna meliha ke dalam ruangan unit unit gawat darurat yang lampunya saja masih menunjukkan warna merah, tanda operasi Reinan belum selesai. Setelah dilarikan ke rumah sakit, dokter segera mengambil tindakan untuk meminimalisir hal yang tidak mereka inginkan pada Reinan. Rahdan mendudukkan dirinya di sebelah Simon, pria paruh baya yang sudah menganggap ia, Juna, dan Dito sebagai anaknya sendiri, karena sudah berteman dengan Reinan sejak anak itu masih duduk di bangku taman kanak-kanak.
“Gimana bisa Reinan kecelakaan kayak gini?” tanya Juna lirih.
“Tadi gua kan lagi jajan sama dia, beliin pesanan kalian, terus Reinan liat Harris jalan dan pos
Rahdan memarkirkan ninja warna hitamnya tepat di depan rumah gadisnya. hari ini memang mereka ada janji untuk berangkat ke sekolah bersama. Sebagai anak baik jadi pemuda itu memberikan salam ke Wira—kakak tertua dari Becca yang membukakan dia pintu. Becca hanya tinggal bertiga saja bareng Wira dan Jaden karena orang tua gadis itu sudah meregang nyawa saat ada kecelakaan pesawat tahun 2017 lalu.“Assalamualaikum, Bang hehe,” sapa Rahdan lalu tersenyum manis sampai mata nya pun ikut tersenyum.“Walaikumsalam. Pagi amat jemput adek gua lo nya udah sarapan belom? Kalo belom sekalian aja tuh barengan,” sambut Wira ramah juga.“Alhamdulilah udah tadi sama bunda sarapan nya. Becca nya udah siap kan, Bang? Soalnya gua sama dia harus jaga depan gerbang checkin ketertiban nya anak-anak.” Rahdan liat jam di pergelangan kiri tangan nya.“Sabar lagi pake sepatu nih, tungguin!” seru Becca dari dalam rumah.
Di luar aula Juna memberikan instruksi pada Rachel, Harris, Serena, Dito, Reinan, Ken dan Joyce selaku anak ketertiban.“Gausah nanggung nanggung kalo mau galak bukan mau senioritas tapi lo pada ngerti kan anak sekarang tuh kalo ga di kerasin pada ngelunjak gatau aturan,” kata Juna.“Ada Ken, Serena ama Dito ini tenang aja lah kita,” ceplos asal Reinan. Lalu dihadiahi lirikan sinis dari ketiga nya.“Mereka harus ngerasain gimana dulu kita di mos sampe ga tidur semaleman cuman buat mikir tugas doang. harus impas,” ucap Joyce yang kaya nya mau balas dendam.“Gini deh berhubung ini masih hari pertama biasa aja dulu jangan yang terlalu wah baru besok nya kita gembleng abis abisan,” usul Harris malah langsung tolak mentah-mentah oleh teman-teman nya.“Jangan. Lo pada ga liat apa tadi muka adek kelas nya pada ngeselin semua. Apalagi yang cewe tuh masa baru mos aja udah dandan,” sungut kesal Rach
Kegiatan hari ini diawali dengan senam bersama yang sudah dilakukan tadi dan sekarang berganti semua peserta mos harus mendapatkan tanda tangan dari semua kakak osis tanpa terkecuali. Jadi harus dapet semua. Ada yang gampang dimintain ada juga yang susah kalo tipe orang nya keras.Acara minta tanda tangan ini juga sebenernya hiburan buat para panitia karena bisa mengerjai para peserta mos nya. contohnya seperti yang dilakukan oleh Reinan, Owen,Harris, Cakra dan Hanif ini.Sebut saja mereka Delvin, Chiko, Rasha, Madha dan Barga yang sudah keringat dingin nih tidak tahu akan diberi tantangan apa hanya untuk sebuah tanda tangan.Harris berjalan sambil menyedekapkan tangan di dada menatap satu persatu kearah calon adek kelas nya ini. “Tegang amat sih muke lo pada, santai aja kali. Kita ga bakal galak kalau lo pada ga ngeyel.”“Kesini mau ngapain?” tanya Hanif singkat.“Mau minta tanda tangan, Kak.” Jawab mereka seren
Hari terakhir masa orientasi sekolah dimulai dari apel pagi sekaligus pelepasan kartu identitas bagi seluruh peserta mos. Pada hari pertama pemimpin upacara dipimpin oleh Dito dan di hari terakhir ini dipimpin oleh Resta. Dengan ada Ken, Cakra dan Aisha sebagai danton untuk masing-masing kelas.Seusai apel semua peserta digiring untuk masuk kembali ke dalam aula karena akan ada demo eksrakuliler dan beberapa acara lainnya sebagai penutupan. Demo ekskul pun dimulai. Tidak munafik juga peserta mos maupun anak osis menikmati sekali hiburan ini walaupun mereka capeknya luar biasa.Di tengah keriuhan acara di aula tidak ada yang sadar kalau Juna dan Rachel itu menghilang sebentar untuk ngomong di ruang osis. Mereka ini masih ada darah sepupu dan sebenarnya Juna dan Rachel sudah seperti kakak dan adik sungguhan. Juna cukup khawatir melihat keadaan Rachel dari awal masuk memakai masker berwarna hitam pula.“Kenapa tuh muka lo? Jerawatan?” tanya Juna sambil
Kira-kira di warung Mak Ecih ada 20 anak osis yang memang lagi nongkrong disitu. Memanfaatkan kecepatan wifi yang cepat kalau untuk bermain game membuat Haikal, Pasha, Alby, Felix, Hanif, Eric, Gavin, Bintang dan Cakra ini mabar di handphone mereka masing-masing.Di bagian tempat lain ada Rahdan, Harris, Dean, Reinan, Resta, Ken, Dito dan Gio sedang asik merokok. Jangan salah walaupun mereka di sekolah mempunyai jabatan yang lumayan tinggi mereka semua tetaplah anak sma biasa yang ingin kebebasan. Di sebelahnya ada Surya dan Sandya yang lagi menghabiskan makan siang mereka.Juna ingin minum sesuatu yang dingin untuk menjernihkan pikirannya ini pun membuka kasar kulkas lalu ngambil kaleng coca cola. Dia meneguk cola tersebut sampai habis. Kaleng yang dipegang sampe tidak berbentuk lalu dia lempar ke tempat sampah.“Bangsat,” desis nya pelan.Juna ngambil satu batang diatas meja dan dia ikut menghirup kepulan
Rachel, Serena, Juna dan Reinan masuk ke kelas mereka secara bersamaan karena memang mereka satu kelas. Serena bingung saat Reinan memindahkan tasnya dari kursi sebelah Juna ke bangku milik Felix dan otomatis Serena jadi duduk sebelahan sama Felix.Reinan lebih banyak diam dan tidak menggoda ke Serena membuat gadis itu merasa ada yang janggal. Agak menjauh terus menjaga jarak juga kesannya. Serena mencubit pundak Juna yang duduk di depan bangku dia sama Rachel.“Apasih anjing? Sakit tau!” Juna memutar badannya menghadap belakang.“Si Reinan kenapa sih kok aneh gitu. Ga biasanya dia diem gitu jir,” kata Serena sesekali melirik kearah Reinan yang menyumbat telinganya menggunkana headset.Felix dan Juna berpandang-pandangan. “Di ceritain ga?” tanya Felix ke Juna.“Kenapa emang?” tanya Serena penasaran.“Sebelum gua cerita, lo ada hubungan apa sama Harris?” tanya balik Juna.
Pulang sekolah seperti biasa ada rapat osis untuk membahas proker yang akan dilaksanakan termasuk perayaan Sukma Cup sebagai bentuk dukungan perayaan hari ulang tahun sekolah mereka.Sebelum rapat ada jeda setengah jam buat jajan dan segala macem. Juna, Surya, Resta dan Haikal pergi ke kamar mandi. Tujuan anak cowo ke kamar mandi bareng selain buat pipis apalagi kalo bukan merokok. Tapi Surya, Resta dan Haikal masih sadar diri untuk tidak merokok dan memilih vape aja.Juna mengeluarkan rokok yang sudah dia bawa sebelumnya. Menyenderkan badannya ke tembok dan menghembuskan perlahan asap tidak sehat ini. Biasanya kalau ada razia rokok si Juna akan maju paling depan tapi sekarang malah dia yang ada disini dan sedang menikmati barang yang sebenernya pantang untuk dia sentuh lagi.“Lewat mah lewat aja! gausah julidin gua, mau gua sundut rokok congor lo?!” sentak Juna dengan tatapan mengintimidasi ke para siswa yang lewat sambil berbisik.&
Serena berangkat ke sekolah menggunakan kaca mata hitam yang jelas menarik perhatian satu sekolah. Banyak yang nyinyir, julidin dan yang heran juga banyak. Termasuk teman-teman sekelasnya kecuali Reinan lah.Padahal kaca mata nya ini untuk menutupi mata gadis itu yang bengkak karena menangis semalaman. Pak Joshua yang notabene guru yang acuh pun sampai menanyakan kenapa muridnya pakai kaca mata hitam selama pelajaran.“Serena, kenapa itu pake kacamata item dalem kelas?” tanya Pak Joshua.“Lagi sakit, Pak. Malu saya kalo di buka,” jawab asal Serena.“Haduh kenapa ga di rumah aja ampe sembuh? Nanti kalo malah nularin temen-temen kmu gimana?” omel Pak Joshua.“Ya ga bisa gitu dong, Pak. Kan saya semangat banget buat ikut jam nya Bapak jadi saya harus masuk. Ga bakal kena kalo saya ga copot kacamata nya Pak.” Pinter banget ngeles nya.“Yaudah, keluarkan kertas kita ulangan.”&ldq