Hari terakhir masa orientasi sekolah dimulai dari apel pagi sekaligus pelepasan kartu identitas bagi seluruh peserta mos. Pada hari pertama pemimpin upacara dipimpin oleh Dito dan di hari terakhir ini dipimpin oleh Resta. Dengan ada Ken, Cakra dan Aisha sebagai danton untuk masing-masing kelas.
Seusai apel semua peserta digiring untuk masuk kembali ke dalam aula karena akan ada demo eksrakuliler dan beberapa acara lainnya sebagai penutupan. Demo ekskul pun dimulai. Tidak munafik juga peserta mos maupun anak osis menikmati sekali hiburan ini walaupun mereka capeknya luar biasa.
Di tengah keriuhan acara di aula tidak ada yang sadar kalau Juna dan Rachel itu menghilang sebentar untuk ngomong di ruang osis. Mereka ini masih ada darah sepupu dan sebenarnya Juna dan Rachel sudah seperti kakak dan adik sungguhan. Juna cukup khawatir melihat keadaan Rachel dari awal masuk memakai masker berwarna hitam pula.
“Kenapa tuh muka lo? Jerawatan?” tanya Juna sambil menutup pintu ruang osis biar tidak ada yang masuk dulu.
“Bukan,” jawab Rachel datar.
“Terus?” sebelah alisnya Juna terangkat heran.
Rachel membuka maskernya dan menunjukkan pipi sebelah kanannya merah nyaris sudah bengkak karena tamparan dari Jaka kemarin. “Kemarin bokap ga segan nampar gua buat belain wanita uler itu,”
Juna yang posisi duduknya diatas meja depan Rachel ini langsung mencondongkan badannya untuk melihat betapa merah pipi sepupunya ini. “Anjing, ga ada otak kali bapak lo. Merah banget anjir pipi lo, Chel.”
Rachel memakai lagi masker di wajahnya. “Makanya itu gua pengen pindah ke rumah nyokap sama papi aja gua berasa anak tiri bangsat kalo di rumah.”
“Dito udah tau?” tanya Juna hati-hati.
“Belom, gua gatau reaksi dia gimana ntar apalagi dia berani banget ama papa. Inget ga sih lo kejadian papa narik gua kasar buat pulang dari acara gathering osis tuh kalo ga gua tahan si Dito ya bakal nonjok papa pasti,” ucap Rachel seraya menghempuskan nafasnya panjang.
“Ya gua juga pasti bakal kaya gitu lah orang masih bahas proker eh Om Jaka main narik aja seenak udel. Jelas gua juga bakal marah.” Juna menyedekapkan kedua tangan di dadanya.
“Maka dari itu jangan sampe tau dulu dia. Lo sama Geezca baik-baik aja kan?” tanya Rachel mengalihkan pertanyaan.
Kini giliran Juna yang mengusap tengkuk nya canggung. “Gua udah denger kalo Geezca masih naksir ke Dito. Selama ini dia bohong ama gua ternyata. Ya gua bisa ngerasain kalo dia sayang sama gua, tulus ke gua tapi semua ilang begitu dia liat Dito.”
“Gua ga bisa nyalahin Dito karena itu juga bukan kesahalan dia, jelas kan dia bucin banget sama lo,” sambung nya.
“Hm, udah ayo keluar nanti anak-anak nyariin lagi mana nih ketos galak nya mereka.” Rachel berdiri dan keluar dari ruang osis duluan.
“Sialan.” Juna pun menyusul Rachel keluar.
***
Selama menghilangnya Juna dan Rachel ini untungnya tidak ada yang mencari sih kan ada Rahdan gitu yang menyusun semua acaranya. Sampai pada demo ekskul selesai berganti menjadi acara anak mos memberikan surat cinta juga coklat untuk para kakak osis nya.
Agak lumayan lama saat memberikan surat cinta juga coklat nya dan pasti juga banyak sekali anak cewe yang kasih coklat buat para kakel cowo. Sudah pasti yang dapet menang banyak itu Rahdan, Cakra, Harris, Reinan, Resta, Juna gitu lah.
Setelah acara pemberian surat cinta Juna memberitahukan kepada peserta mos untuk melihat pembagian kelas di mading dekat koridor kelas 11. Dan masa pembelajaran akan dimulai keesokan harinya.
Semua anak segera keluar sampai ada yang terjatuh karena berdesak-desakan. Semua anak osis berada di ruang osis sekarang. Diatas meja sudah banyak makanan dari para peserta mos. Rachel memandang banyaknya coklat tanpa minat sekali pun.
“Ada yang mau ambil bagian gua ga?” tanya Rachel pada teman-temannya.
“Kenapa?” tanya Gavin yang berjalan mendekat kearah Rachel.
“Gua ga suka coklat item,” jawab nya datar.
“Buat gua aja sini, Chel,” sahut semangat Serena lalu Becca juga ikut berjalan mendekat. “Gua juga mau hehe.”
“Ambil aja terserah kalian semua juga boleh.” Rachel memilih untuk bermain handphonenya setelah itu.
“Makasih cangtip.” Serena dan Becca pun memilih coklat mana yang mau mereka bawa. Dan yang lain juga ikut menyerbu karena Brina, Adine, Sheena doyan coklat juga
Rachel menoleh sekilas waktu melihat ada dua tangan yang terulur memberikan 3 varian coklat dengan rasa yang sama. Varian white chocolate sesuai dengan kesukaan Rachel. tangan yang memberi coklat itu Dito dan Juna.
“Makan ini aja dari aku sama Juna.” Dito mengacak rambut milik Rachel.
“Kasian anak nya mama Sella kalo ga di kasih coklat nanti nangis,” ledek Juna.
Satu ruangan bisa melihat dengan jelas bagaimana bucinnya atau budak cinta seorang Arrasyid Dito ke Alana Rachel. Akan menjadi jahat sekali kalau ada yang tega memisahkan mereka. Becca setelah melihat kearah Rachel beralih ke cowo ganteng di depannya.
Becca mengacak surai hitam Rahdan gemas sedangkan Rahdannya tidak protes karena pemuda itu sedang asik bermain game di handphone milik Becca. Main cooking mama.
“Bang Jaden ngajakin main futsal bareng nih sama temen kuliah nya. Tapi aku mau nongkrong dulu sama anak osis cowo ke warung Mak Ecih,” kata Rahdan yang pandangan matanya masih fokus pada kegiatannya menggoreng ayam di handphone milik Becca.
“Ya nongkrong aja dulu tapi Kak Jaden ngajakin nya jam berapa?” tanya Becca.
“Abis isya sih.” Rahdan menutup permainannya lalu memberikan fokusnya beralih ke Becca.
“Hum gitu. Pasti pulang nya malem banget deh. Sekalian aja nginep di rumah tapi nanti kamu tidur sama Kak Jaden.” Becca memainkan jari milrik Rahdan. dia tekuk-tekuk.
“Sama kamu aja lah tidur nya masa sama Bang Jaden, ga ada yang bisa di duselin dong,” cengir goblok Rahdan.
“Heh! Tuman!” Becca nya tertawa lalu memukul pelan lengannya Rahdan.
Sementara itu Geezca yang duduk berhadap-hadapan dengan Juna itu terus memandang kearah Dito yang sedang bercanda bersama Rachel. Juna yang posisi duduknya menyamping diatas meja ketosnya dia ini diam-diam tersenyum getir. Juna menarik dagu Geezca agak memberikan atensi seutuhnya hanya untuk Juna.
“Ngeliatin apa sih? Hm? Aku nya disini loh.” Juna memandang kearah matanya Geezca teduh.
Geezca tersenyum manis lalu menggeleng. “Mau keluar ga? Disini sumpek,” ucap gadis itu pelan.
Juna bangun dari duduknya. “Kantin aja sekalian aku mau cari minum.” Juna menggandeng keluar tangan nya Geezca.
“Mau kemana, Jun?” tanya Surya noleh ke Juna.
“Kantin. Kenapa? Mau nitip lo?” tanya balik Juna.
“Mau pocari dong tapi pake duit lo dulu tar gua ganti,” jawab Surya.
Juna mengangguk lalu keluar dari ruangan osis bersama dengan Geezca. Memang semua anak yang masuk kedalam osis mengalami kisah nya masing-masing. Banyak dari mereka yang mengalami cinta lokasi alias cinlok.
Rahdan, Juna, dan Rachel datang menyusul Serena dan Simon yang sudah lebih dulu datang ke rumah sakit. Rachel langsung mendekat ke arah Serena lalu memeluk erat tubuh gadit itu yang sedang ada di titik paling rendah hidupnya, apalagi Serena melihat sendiri bagaimana keadaan Reinan usai kecelakaan itu terjadi.Juna meliha ke dalam ruangan unit unit gawat darurat yang lampunya saja masih menunjukkan warna merah, tanda operasi Reinan belum selesai. Setelah dilarikan ke rumah sakit, dokter segera mengambil tindakan untuk meminimalisir hal yang tidak mereka inginkan pada Reinan. Rahdan mendudukkan dirinya di sebelah Simon, pria paruh baya yang sudah menganggap ia, Juna, dan Dito sebagai anaknya sendiri, karena sudah berteman dengan Reinan sejak anak itu masih duduk di bangku taman kanak-kanak.“Gimana bisa Reinan kecelakaan kayak gini?” tanya Juna lirih.“Tadi gua kan lagi jajan sama dia, beliin pesanan kalian, terus Reinan liat Harris jalan dan pos
Kejadian penangkapan dari Resta beberapa waktu yang lalu, cukup menghebohkan seluruh siswa dan para guru yang mengenal baik bagaimana seorang Naresta Shaquille Tjandranegara, tidak ada yang pernah menyangka dan terbersit di pikiran mereka kalau Resta akan bisa bersikap seperti seorang psikopat berhati dingin, tidak berperasaan dan mati rasa terhadap semua korbannya.Dengan adanya peristiwa tersebut pun membuat sekolah langsung mengeluarkan Resta, walaupun pemuda itu sudah banyak menyumbangkan banyak piala penghargaan untuk sekolah, melalui prestasi yang sudah pemuda itu capai dari berbagai kejuaraan sains. Keputusan tepat demi melindungi nama baik sekolah juga beberapa siswa yang diduga berada di bawah tekanan Resta.Rahdan yang mengetahui semua kejadian itu secara tidak langsung, ikut bertanggung jawab atas kesehatan mental teman-temannya. Pasti tidak mudah mengalami semua masa itu sendirian. Terlebih lagi untuk Lia. Korban nyata untuk semua kekerasan yang sudah
Lia tepat berdiri di depan rumah berwarna hijau daun setelah memarkirkan mobilnya di halaman. Suasana rumah yang terkesan sunyi dari luar, malah membuat degup jantungnya berdetak semakin kencang. Ia menghembuskan napas panjangnya sesaat sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah tersebut.Gadis itu menetralkan degup jantungnya yang berdetak tak karuan. Lia menoleh pada sekelilingnya untuk memastikan apakah Rahdan dan yang lainnya sudah datang atau belum. Reinan dan Juna melambaikan tangannya dari balik tong sampah besar yang ada di depan rumah tetangga pemuda itu. Sementara Rahdan dan Harris bersembunyi di balik semak belukar yang tumbuh liar di sekitar halaman rumah Resta.Sebelum mereka sepakat untuk memulai aksi terbuka ini, Lia akan memecahkan apapun yang ada di sekitarnya sebagai pertanda kalau gadis itu memerlukan bantuan segera. Rahdan juga sudah konfirmasi ke Lia, untuk urusan polisi, Rahdan meminta bantuan kepada ayahnya yang bergerak di bidang itu dan beliau su
Selang beberapa waktu saat kesehatannya memulih, Lia mampir sebentar ke rumah sakit tempat Dito dirawat selama pemuda itu masih mengalami masa koma, memberi semangat pada Rachel dan orang tua Dito yang tidak pernah absen untuk menunggu kapan pemuda itu akan bangun. Ia menguatkan mereka yang masih setia di samping ranjang pemuda yang terlelap dalam damai.Setelah menjenguk Dito di rumah sakit, Lia beralih untuk menjalankan kuda besi yang ia kendarai menuju tongkrongan di mana Rahdan dan teman-temannya biasa berkumpul. Semua yang terjadi belakangan ini sudah melebihi batasan yang ia, Geezca, Aisha dan Eric lakukan untuk menghentikan Resta.Lia benar-benar nggak bisa menerima kejahatan yang pemuda itu lakukan. Apalagi menyangkut nyawa seseorang yang dia kenal dengan baik. Walaupun banyak kejahatan lainnya yang ia nggak tau atau Resta berusaha menyembunyikan terkait dengan dendam dia dimasa lalu.Gadis itu keluar dari mobil diikuti langkah kakinya yang tergesa-gesa
Semilir angin berhembus dari barat ke timur, membuat daun-daun yang ada di sepanjang halaman menuju parkiran sekolah, hawa disekeliling pun menjadi sejuk karena matahari yang sudah mulai turun ke peraduan. Dari arah kanan, sebelah ruang osis muncul Dito yang membawa tas juga tangan nya yang aktif memainkan kunci motor.Ia melangkahkan kakinya menuju parkiran sekolah, menjemput rodeo—kuda besi besar yang selama ini menjadi tumpangannya ke sekolah dan juga mengikuti kegiatan balapan liarnya yang masih ia ikuti.Dito menoleh ke kanan dan kiri saat mendengar sebuah suara di belakang sana sebelum ia memakai helm full face dikepalanya, pada jam seperti ini seharusnya semua siswa sudah pulang semua, menyisakan dirinya dan satpam yang berjaga di pos depan.Kegiatan di sekolah hari ini sungguh membuatnya ingin segera pulang ke rumah dan beristirahat dengan segera. Tugas sekolah, ulangan mendadak belum lagi kewajiban nya sebagai ketua ekstakulikuler paskibra, benar-
Pekarangan rumah milik Rachel penuh dengan dua mobil yang berjejer rapi dengan bagasi bagian belakang pintunya terbuka lebar. Padahal hanya berlibur dua hari satu malam saja tapi barang-barang yang di bawa oleh para anak perempuan begitu banyak. Seperti ingin pergi lebih dari sebulan saja. Di halaman yang tidak begitu luas, mereka—para anak adam—terlihat sedang memasukkan barang-barang bawaan berupa koper, bahan makanan dan peralatan untuk makan yang nanti nya akan mereka bawa ke vila. Rahdan dan Cakra menyesuaikan bentuk barang agar semua kebutuhan bisa masuk semua ke dalam bagasi. Nggak lupa juga Reinan membeli tiga set kembang api berukuran lumayan besar yang akan di nyalakan saat menjelang malam tiba. Mereka yang semula nya akan berlibur dengan jumlah personil lima belas orang harus menyusut menjadi kurang lebih sebelas orang saja. Di mobil pertama dengan Dito yang duduk di belakang kemudi, lalu Rachel yang duduk di sebelah nya sebagai navigasi berjaga-ja