Pulang sekolah seperti biasa ada rapat osis untuk membahas proker yang akan dilaksanakan termasuk perayaan Sukma Cup sebagai bentuk dukungan perayaan hari ulang tahun sekolah mereka.
Sebelum rapat ada jeda setengah jam buat jajan dan segala macem. Juna, Surya, Resta dan Haikal pergi ke kamar mandi. Tujuan anak cowo ke kamar mandi bareng selain buat pipis apalagi kalo bukan merokok. Tapi Surya, Resta dan Haikal masih sadar diri untuk tidak merokok dan memilih vape aja.
Juna mengeluarkan rokok yang sudah dia bawa sebelumnya. Menyenderkan badannya ke tembok dan menghembuskan perlahan asap tidak sehat ini. Biasanya kalau ada razia rokok si Juna akan maju paling depan tapi sekarang malah dia yang ada disini dan sedang menikmati barang yang sebenernya pantang untuk dia sentuh lagi.
“Lewat mah lewat aja! gausah julidin gua, mau gua sundut rokok congor lo?!” sentak Juna dengan tatapan mengintimidasi ke para siswa yang lewat sambil berbisik.
“Kelas lo tadi ada yang teriak kenceng banget siapa dah, Sur? Kelas gua lagi ulangan anjrit jadi gagal fokus.” tanya Resta ke Surya.
“Itu si Shasha abis di jailin Dean ama Sandya. Goblok sih Dean main bola di dalem kelas mana ngenakin Shasha mulu.” Surya menghembuskan asap vape miliknya sampai berbentuk bulat-bulat.
“Nanti malem mau ikut ga lo, Jun? Mayan nih 10 jt taruhan nya.” Haikal memainkan handphonenya sambil menghisap vape.
“Skip dulu dah gua mau ke apart nya Geezca tar malem.” Juna menginjak puntung rokok yang tadi dia hisap. berjalan ke wastafel dan membasuh wajahnya dengan air agar terlihat tidak kusut.
“Ambil jatah ya lo?” tebak asal Resta.
“Iya nih gua mau kelon.” Di tanggepin lagi sama Juna.
Haikal, Resta dan Surya jalan bertiga didepan mendahului Juna dibelakang. Begitu masuk ruang osis aman saja waktu Haikal yang masuk tapi begitu Juna memasuki ruangan aroma satu ruangan berubah menjadi aroma rokok yang lumayan menyengat. Apalagi ruangannya ber ac.
Geezca memberhentikan langkah Juna yang ingin duduk di kursi kebangsaannya. Geezca melihat Juna dari atas ke bawah.
“Kamu nge rokok lagi? kamu ga dengerin omongan aku? Aku udah bilang kemarin, tempo hari yang lalu, aku ingetin kamu buat ga sentuh itu lagi.”
“Aku stress banyak pikiran, aku ngelakuin ya karna pengen aja. lagian cuman 1 batang bukan se kotak juga ga bakal bikin aku mati! Dunia aku ga selalu tentang kamu terus, Ca. Masih banyak yang harus di perhatiin. Organisasi, ekstra, proker, tugas sekolah.”
“Juna!”
“Apa?!” Juna menghembuskan nafasnya kasar lalu pandangannya langsung beralih ke Rahdan. “Lo aja yang mimpin, gua ga mood.” Juna mendudukkan dirinya di kursi sebelah Shasha dan bukan di sebelah Geezca yang kosong juga.
Rahdan mengangguk seperti biasa kalau moodnya Juna jelek pasti dengan sigap Rahdan akan menggantikan posisinya. Juna melirik sebelah kanannya ada Gio yang ternyata diam-diam sedang bermain pubg menggunakan wifi sekolah.
Juna menoleh ke Shasha dan berbicara ke gadis itu seraya berbisik. “Yang teriak di kelas nya Surya tadi, kamu ya?”
Shasha terkejut saja setiap ada di dekat Juna pasti pemuda itu akan menggunakan aku-kamu ke dia. “Hum, kok tau?”
“Tau dong. Surya tadi cerita. Nanti pulang sama siapa?”
“Mami nyuruh supir buat jemput, kenapa?”
“Yaudah kalo gitu padahal aku mau nganterin kamu pulang.”
“Kapan-kapan aja ya.” Shasha mengeluarkan permen strawberry dari tasnya lalu ia berikan kepada Juna. “Nih makan. bau rokok banget.”
“Makasih ya.”
Juna memakan permen dari Shasha tadi. Tangan kirinya mengambil tangan kanan punya Shasha dan ia genggam itu dibawah meja selama mereka rapat. Sepertinya mood punya Juna jadi sedikit membaik. Rasanya Shasha ingin menolak tapi ternyata otak dan perlakuan nya tadi ga sesuai.
Gio sempat melihat sih tangannya Juna di jemari Shasha tapi cowo itu acuh saja dan memang gerombolan main mereka sengaja menutupi ini dari Geezca. Toh menurut mereka lebih cocok Juna sama Shasha daripada Geezca.
Rahdan menutup rapat hari ini jadi mundur lumayan lama maghrib baru selesai itu keadaan sekolah sudah sepi gitu. Mulai gelap juga. kebanyakan dari mereka ke parkiran nya bareng-bareng karena takut juga sama keadaan sekolah.
Se marah apapun Juna pasti dia tetap mengantar Geezca pulang kaya sudah jadi tanggung jawab gitu lah. Tinggal Rahdan-Becca, Reinan-Serena yang pulang terakhir karena mau maghriban dulu di masjid deket sekolah.
Serena yang tidak melaksanakan ibadah sholat menunggu temen-temen nya di warung kecil dekat masjid sambil menglarisi si ibu yang berjualan minuman dingin. Serena membeli 4 minuman dingin termasuk buat dirinya sendiri.
“Ga ikut ke dalem sama temen-temen nya, Neng?” tanya si ibu.
Serena menoleh waktu membayar. “Engga, bu.”
“Lagi mens ya, neng?”
“Saya protestan, bu. Makanya ga sholat. Mari.” Serena memberikan senyuman pada ibu yang berjualan lalu membawa minuman yang ia beli ke teman-teman nya. “Buat kalian.” Serena memberikan botol minuman itu.
“Wah baek amat lo, thanks btw.” Rahdan mengambil dan langsung dia minum.
“Lo keliatan akrab gitu sama penjual nya,” kata Becca.
“Iya tadi ibu nya nanya kok gua ga gabung sama kalian ke dalem. Sempet ngira gua mens segala macem ya terus gua jawab aja gua Protestan terus ibu nya gua tinggal deh.”
“Ibu nya kepo amat ngurusin agama orang laen. Kaya ga ada kerjaan aja,” saut datar Reinan.
Serena, Rahdan dan Becca mengangguk setuju ke omongan Reinan. Handphone dari Serena pun bergetar tanda ada notifikasi chat masuk.
Harris Aldebra
Cepet pulang, mama lo nyariin di rumah.
Serena Zilvania
Iya
Kok bisa tau lo?
Harris Aldebra
Mama lo wasaf gua nanyain lo ada sama gua atau ngga.
Gua bilang ngga.
Lo dimana? Biar gua jemput lo gimana?
Serena Zilvania
Aish mama
Abis ini balik kok. nemenin Rahdan, Becca sama Reinan sholat dulu.
Harris Aldebra
Aturan tadi lo balik sama gua aja, Ren.
Serena Zilvania
Nye nye nye, brisik.
Reinan melirik Serena yang lumayan asik sama handphone nya ternyata chattingan sama Harris. Dimana disitu Mama nya Serena lebih sering menghubungi Harris untuk menanyakan keadaan Serena. yasudah Reinan berasa kalah telak sekali kalau kaya gini.
“Ini mau langsung balik kan?” tanya Serena.
“Gua sama Rahdan mau cari makan dulu sih kalo kalian?” tanya balik Becca.
“Gua—“
“Gua langsung anter balik Serena aja tar di cariin nyokap nya,” potong Reinan.
“Oh oke berarti kita misah ya? gua sama Becca duluan.” Jeno menjalankan ninjanya menjauh dari halaman depan masjid.
Serena melambaikan tangannya ke Rahdan dan Becca lalu beralih ke Reinan yang menaiki ninja hitamnya dia bersiap memakai helm full face. Serena menaiki boncengan motor punya Reinan.
***
Reinan sampai di depan rumah Serena dan melihat dengan jelas ada motor Harris terparkir disana. Dibalik helm full face nya Reinan menahan amarahnya. Tapi sepertinya Tuhan belum mengizinkan dia untuk jatuh cinta lebih dalam lagi dengan seseorang yang tidak satu iman dengannya.
Reinan melepas helmnya dan melihat Serena yang juga melihat kearah Reinan. Setelah banyak berfikir akhirnya Reinan membuat satu keputusan besar dan harus ia bicarakan pada gadis yang sudah memberikan kebahagiaan untuknya.
“Kita sampe sini aja ya. makasih udah bikin hari-hari aku berwarna walaupun sedikit tapi seenggak nya pernah ada kita antara aku sama kamu. Ga seharusnya kita terjebak rasa kaya gini yang pada akhirnya ga bisa satu juga. aku gamau bikin kamu makin berdosa ke Tuhan mu yang bikin kamu sering nge lawan omongan mama kamu.” Reinan menunduk memandang ke helm yang dia pegang.
Serena terkaget dengan apa yang dibicarakan Reinan. Tanpa sadar juga mata Serena itu mulai berkaca-kaca.”Rei, kamu ga serius kan?”
“Aku serius. Akan lebih baik juga kamu serius sama yang satu Tuhan sama kamu. Bukan yang kaya aku.” Reinan mengalihkan pandangannya kearah lain. Pemuda itu menstater lagi motornya yang tadi mati. “Aku pulang ya. anggep aja kita ga pernah ada rasa sebelum nya. dan bersikap selayaknya temen sekelas, temen organisasi, temen biasa.” Reinan memakai helm full face nya lalu pergi dari sana.
Serena melihat Reinan pulang itu langsung nangis sesegukan. Serena menutup mulut nya biar tidak ada yang tahu kalau ia sedang menangis. Harris yang melihat itu semua merasakan perih di dada nya karena melihat betapa sesegukan tangisan Serena.
Harris berjalan mendatangi Serena lalu menarik gadis itu ke dekapannya. tangan besar nya Harris bergerak untuk mengusap kepala milik Serena. Serena masih menangis dan dia tahu siapa yang memeluk dia karena wangi parfum ini udah menjawab semua nya.
Rahdan, Juna, dan Rachel datang menyusul Serena dan Simon yang sudah lebih dulu datang ke rumah sakit. Rachel langsung mendekat ke arah Serena lalu memeluk erat tubuh gadit itu yang sedang ada di titik paling rendah hidupnya, apalagi Serena melihat sendiri bagaimana keadaan Reinan usai kecelakaan itu terjadi.Juna meliha ke dalam ruangan unit unit gawat darurat yang lampunya saja masih menunjukkan warna merah, tanda operasi Reinan belum selesai. Setelah dilarikan ke rumah sakit, dokter segera mengambil tindakan untuk meminimalisir hal yang tidak mereka inginkan pada Reinan. Rahdan mendudukkan dirinya di sebelah Simon, pria paruh baya yang sudah menganggap ia, Juna, dan Dito sebagai anaknya sendiri, karena sudah berteman dengan Reinan sejak anak itu masih duduk di bangku taman kanak-kanak.“Gimana bisa Reinan kecelakaan kayak gini?” tanya Juna lirih.“Tadi gua kan lagi jajan sama dia, beliin pesanan kalian, terus Reinan liat Harris jalan dan pos
Kejadian penangkapan dari Resta beberapa waktu yang lalu, cukup menghebohkan seluruh siswa dan para guru yang mengenal baik bagaimana seorang Naresta Shaquille Tjandranegara, tidak ada yang pernah menyangka dan terbersit di pikiran mereka kalau Resta akan bisa bersikap seperti seorang psikopat berhati dingin, tidak berperasaan dan mati rasa terhadap semua korbannya.Dengan adanya peristiwa tersebut pun membuat sekolah langsung mengeluarkan Resta, walaupun pemuda itu sudah banyak menyumbangkan banyak piala penghargaan untuk sekolah, melalui prestasi yang sudah pemuda itu capai dari berbagai kejuaraan sains. Keputusan tepat demi melindungi nama baik sekolah juga beberapa siswa yang diduga berada di bawah tekanan Resta.Rahdan yang mengetahui semua kejadian itu secara tidak langsung, ikut bertanggung jawab atas kesehatan mental teman-temannya. Pasti tidak mudah mengalami semua masa itu sendirian. Terlebih lagi untuk Lia. Korban nyata untuk semua kekerasan yang sudah
Lia tepat berdiri di depan rumah berwarna hijau daun setelah memarkirkan mobilnya di halaman. Suasana rumah yang terkesan sunyi dari luar, malah membuat degup jantungnya berdetak semakin kencang. Ia menghembuskan napas panjangnya sesaat sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah tersebut.Gadis itu menetralkan degup jantungnya yang berdetak tak karuan. Lia menoleh pada sekelilingnya untuk memastikan apakah Rahdan dan yang lainnya sudah datang atau belum. Reinan dan Juna melambaikan tangannya dari balik tong sampah besar yang ada di depan rumah tetangga pemuda itu. Sementara Rahdan dan Harris bersembunyi di balik semak belukar yang tumbuh liar di sekitar halaman rumah Resta.Sebelum mereka sepakat untuk memulai aksi terbuka ini, Lia akan memecahkan apapun yang ada di sekitarnya sebagai pertanda kalau gadis itu memerlukan bantuan segera. Rahdan juga sudah konfirmasi ke Lia, untuk urusan polisi, Rahdan meminta bantuan kepada ayahnya yang bergerak di bidang itu dan beliau su
Selang beberapa waktu saat kesehatannya memulih, Lia mampir sebentar ke rumah sakit tempat Dito dirawat selama pemuda itu masih mengalami masa koma, memberi semangat pada Rachel dan orang tua Dito yang tidak pernah absen untuk menunggu kapan pemuda itu akan bangun. Ia menguatkan mereka yang masih setia di samping ranjang pemuda yang terlelap dalam damai.Setelah menjenguk Dito di rumah sakit, Lia beralih untuk menjalankan kuda besi yang ia kendarai menuju tongkrongan di mana Rahdan dan teman-temannya biasa berkumpul. Semua yang terjadi belakangan ini sudah melebihi batasan yang ia, Geezca, Aisha dan Eric lakukan untuk menghentikan Resta.Lia benar-benar nggak bisa menerima kejahatan yang pemuda itu lakukan. Apalagi menyangkut nyawa seseorang yang dia kenal dengan baik. Walaupun banyak kejahatan lainnya yang ia nggak tau atau Resta berusaha menyembunyikan terkait dengan dendam dia dimasa lalu.Gadis itu keluar dari mobil diikuti langkah kakinya yang tergesa-gesa
Semilir angin berhembus dari barat ke timur, membuat daun-daun yang ada di sepanjang halaman menuju parkiran sekolah, hawa disekeliling pun menjadi sejuk karena matahari yang sudah mulai turun ke peraduan. Dari arah kanan, sebelah ruang osis muncul Dito yang membawa tas juga tangan nya yang aktif memainkan kunci motor.Ia melangkahkan kakinya menuju parkiran sekolah, menjemput rodeo—kuda besi besar yang selama ini menjadi tumpangannya ke sekolah dan juga mengikuti kegiatan balapan liarnya yang masih ia ikuti.Dito menoleh ke kanan dan kiri saat mendengar sebuah suara di belakang sana sebelum ia memakai helm full face dikepalanya, pada jam seperti ini seharusnya semua siswa sudah pulang semua, menyisakan dirinya dan satpam yang berjaga di pos depan.Kegiatan di sekolah hari ini sungguh membuatnya ingin segera pulang ke rumah dan beristirahat dengan segera. Tugas sekolah, ulangan mendadak belum lagi kewajiban nya sebagai ketua ekstakulikuler paskibra, benar-
Pekarangan rumah milik Rachel penuh dengan dua mobil yang berjejer rapi dengan bagasi bagian belakang pintunya terbuka lebar. Padahal hanya berlibur dua hari satu malam saja tapi barang-barang yang di bawa oleh para anak perempuan begitu banyak. Seperti ingin pergi lebih dari sebulan saja. Di halaman yang tidak begitu luas, mereka—para anak adam—terlihat sedang memasukkan barang-barang bawaan berupa koper, bahan makanan dan peralatan untuk makan yang nanti nya akan mereka bawa ke vila. Rahdan dan Cakra menyesuaikan bentuk barang agar semua kebutuhan bisa masuk semua ke dalam bagasi. Nggak lupa juga Reinan membeli tiga set kembang api berukuran lumayan besar yang akan di nyalakan saat menjelang malam tiba. Mereka yang semula nya akan berlibur dengan jumlah personil lima belas orang harus menyusut menjadi kurang lebih sebelas orang saja. Di mobil pertama dengan Dito yang duduk di belakang kemudi, lalu Rachel yang duduk di sebelah nya sebagai navigasi berjaga-ja