Share

Bab 4

Saat melirik Felita, Nicholas melihat Felita menatapnya dengan jijik. Entah kenapa, tatapan itu justru membuat Nicholas sangat marah. Namun, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memberikannya pelajaran. Jelas-jelas, Nicholas telah memesan tempat ini, kenapa tiba-tiba malah jadi Colin yang memesannya?

"Nicholas, kami sudah memberi tahu mereka kalau kamu yang memesan tempat ini, tapi mereka masih saja mau merebutnya. Hari ini aku akan menghajar mereka, lihat saja siapa yang masih berani berbuat semena-mena ...." Tanpa basa-basi, Sandy pun maju dan menyerang.

Namun, Nicholas segera mencegatnya dan berkata, "Tanyakan saja kepada pelayan. Aku yakin sudah memesan tempat ini."

"Menanyakan kepada pelayan? Apakah dengan memanggil pelayan, lantas tempat ini akan menjadi milikmu?" Colin menatap Nicholas sambil mentertawakannya. "Sana, coba panggil pelayannya!"

Nicholas tersenyum dingin dan memanggil pelayan.

Pelayan segera datang dan memeriksa daftar pemesanan. Seketika, wajah pelayan menjadi sungkan, lalu berkata, "Maaf, berdasarkan informasi di catatan, tempat ini telah dipesan oleh Tuan Nicholas Winata."

"Bagaimana mungkin dia mampu memesan tempat di restoran semahal ini? Bagaimana dengan kami? Di mana tempat yang kami pesan?" Felita tercengang mendengar jawaban pelayan.

"Jangan-jangan kalian salah mencatat nama? Dia hanyalah orang miskin yang tidak punya uang!" Felita melanjutkan hinaannya.

"Tidak, kami tidak salah mencatat nama. Benar, yang memesan memang atas nama Tuan Nicholas," jawab pelayan dengan suara kecil.

"Tidak mungkin, yang kami pesan adalah meja enam!" kata Colin.

"Benar, tapi meja nomor enam yang kalian pesan berada di lantai satu, sedangkan yang ini adalah ruangan VIP nomor enam. Sebagai tambahan informasi, meja yang kalian pesan adalah meja biasa yang berada di lantai satu." Pelayan menjelaskan dengan sedikit ketakutan.

Colin tertegun, wajahnya pun berubah menjadi masam. Setelah diingat-ingat, sepertinya dia memang hanya memesan meja biasa.

"Bagaimana? Kalian turun saja, jangan mempermalukan diri sendiri. Hahaha ...." Sandy langsung tertawa terbahak-bahak setelah mendengar penjelasan pelayan.

"Kok bisa? Kenapa Kak Colin memesan meja biasa? Aku tidak mau makan di meja biasa, aku mau makan di meja ini. Tempat ini lebih nyaman daripada di bawah." Felita marah, lalu mendorong Colin dan ingin berjalan masuk ke dalam ruangan.

Colin menggertakkan giginya dengan sedikit marah. Dia baru berhasil mendapatkan Felita, dia tidak boleh membiarkan Nicholas mempermalukannya seperti ini.

Colin berpikir sejenak, lalu mengeluarkan sebuah kartu hitam dan berkata kepada pelayan, "Panggil manajermu! Aku tidak peduli dengan yang lainnya, beri tahu dia kalau aku ingin duduk di sini."

Sesaat melihat kartu hitam, wajah pelayan langsung berubah. Pelayan melirik Nicholas dengan ekspresi meminta maaf, lalu berbalik dan memanggil manajernya.

"Ada apa ini?" Wajah Sandy tampak cemas.

"Tenang saja, malam ini kita akan makan di sini! Walaupun Raja Langit turun, tidak ada yang bisa mengusir kita!" Nicholas tersenyum misterius.

"Makan di sini? Nicholas, aku tahu seberapa banyak uang yang kamu miliki, tidak perlu berpura-pura kaya. Dengan gajimu sebagai pelayan, memangnya kamu mampu makan di restoran ini?" tanya Felita sambil menunjukkan ekspresi menghina.

"Sebagian orang memang tidak tahu malu dan suka berpura-pura. Tapi tenang saja, sebentar lagi dia akan ditendang dari tempat ini." Colin tersenyum dingin.

Nicholas tidak menjawab, tapi semakin lama, raut wajahnya terlihat semakin dingin. Beberapa saat kemudian, Pak Johan selaku manajer Restoran Lanshire pun keluar. Pak Johan terlihat berusia sekitar 30 tahunan, dia mengenakan setelan jas dan tampak berwibawa.

Sebelum menemui mereka, Pak Johan telah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pak Johan melirik kartu hitam milik Colin, lalu menoleh ke arah Nicholas dan berkata, "Pak Nicholas, maaf, malam ini kami tidak bisa melayani Anda. Silakan meninggalkan ...."

Di sisi lain, Felita cemberut sambil berkata dengan ekspresi menghina, "Aku sudah bilang sejak awal, kamu tidak cocok datang ke tempat seperti ini. Sekarang kamu sudah mengerti, 'kan?"

Colin tertawa terbahak-bahak dan menimpali, "Kenapa? Masih tidak mau pergi?"

Sandy mengepalkan tangan sambil menggertakkan gigi, dia masih merasa tidak adil.

"Tuan, silakan pergi!" kata Pak Johan sambil mengerutkan alis.

Sembari tersenyum sinis, Nicholas menatap Pak Johan, lalu perlahan-lahan mengeluarkan sebuah kartu berwarna ungu dan meletakkannya di atas meja. "Apakah kamu yakin ingin mengusirku?"

Raut wajah Pak Johan langsung berubah setelah melihat kartu ungu yang dikeluarkan oleh Nicholas. Pak Johan hanya terbelalak tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Maaf, maafkan kelancanganku." Sikap Pak Johan langsung berubah 180 derajat. Dia membungkuk dan terus meminta maaf kepada Nicholas, "Tuan Nicholas, maafkan aku. Maaf, aku tidak mengenali Anda. Aku benar-benar minta maaf. Tuan Nicholas, silakan duduk. Aku akan mengusir siapa pun yang mengganggu Anda."

Colin dan Felita terkejut melihat perubahan sikap Pak Johan. Mereka tidak mengerti, beberapa waktu yang lalu, Pak Johan bahkan menegur Nicholas dan teman-temannya. Namun, kenapa sekarang tiba-tiba berubah dan sampai meminta maaf berulang kali?

Tidak hanya kepada Nicholas, sikap Pak Johan kepada Colin juga berubah 180 derajat, dari yang tadinya ramah, sekarang malah menjadi galak.

Pak Johan menoleh, lalu menatap Colin dan teman-temannya. "Maaf, silakan turun ke lantai satu."

Colin tercengang, lalu segera bereaksi dan marah, "Apa katamu? Kamu ingin mengusirku ke lantai satu? Apakah kamu sudah gila? Kamu tidak mengenaliku? Aku adalah tuan muda Mondial Jewelry. Apakah kamu tidak tahu berapa banyak uang yang perusahaan keluargaku habiskan untuk Restoran Lanshire? Apakah kamu tahu berapa banyak uang yang ada di dalam kartu keanggotaan ini? Ada puluhan juta, mengerti? Enak saja ingin mengusirku seenaknya. Apakah kamu mau dipecat?"

"Benar ...." Wajah Felita terlihat dingin. Dia melirik Nicholas, lalu berkata kepada Pak Johan, "Kamu mengusir kami hanya karena sebuah kartu tidak berguna yang dikeluarkannya? Apa haknya mengusir kami? Dia bukan siapa-siapa, dia hanyalah seorang mahasiswa miskin yang bekerja sebagai pelayan."

Nicholas menatap pasangan yang tidak tahu malu ini sambil tersenyum menyindir.

Wajah Pak Johan menjadi masam, lalu berkata, "Maaf, kartu yang tidak berguna? Sepertinya kalian tidak mengetahui kartu apa ini. Kartu ini hanya dapat diberikan oleh kantor pusat Restoran Lanshire kepada orang yang setidaknya selama setahun telah menghabiskan miliaran untuk makan di restoran ini dan memenuhi syarat untuk menjadi pelanggan VIP. Setiap melihat kartu ini, 900 cabang Restoran Lanshire yang tersebar di seluruh dunia akan memberikan pelayan yang terbaik kepada pemilik kartu keanggotaan VIP. Jadi, berdasarkan aturan restoran, kami harus memberikan pelayanan terbaik kepada pemilik kartu ...."

"Miliaran? Tidak mungkin! Dari mana dia mempunyai uang sebanyak itu?" Ekspresi Felita berubah dan wajahnya terlihat pucat.

"Kamu sudah gila, ya? Coba kamu perhatikan, bagaimana mungkin dia sanggup menghabiskan miliaran untuk makan di restoran seperti ini?" Colin benar-benar sangat marah.

Nicholas sangat jijik melihat kedua orang ini. Colin dan Felita merasa bahwa mereka adalah orang yang paling hebat, tetapi lupa bahwa di atas langit masih ada langit.

"Maaf, silakan turun!" kata Pak Johan.

"Aku tidak mau turun, aku mau makan di sini. Pokoknya, tempat ini milikku! Aku sudah berencana untuk foto-foto dan mengunggahnya di instagram. Aku tidak mau turun ke lantai satu dan makan dengan sekumpulan orang-orang miskin ...," kata Felita sambil mendorong Pak Johan.

Melihat Felita yang tidak mau pergi, Pak Johan pun melirik ke arah Nicholas. Sikap Felita yang seperti ini justru membuat Nicholas semakin merendahkannya.

"Aku tidak mau pergi. Aku mau lihat, siapa yang bisa mengusirku pergi?!" kata Felita dengan marah.

Nicholas mulai merasa muak. "Apakah seperti ini cara Restoran Lanshire melayani tamu? Sepertinya perintahku sama sekali tidak digubris. Aku akan memberikanmu dua menit untuk mengusir orang-orang ini ...."

Pak Johan segera menganggukkan kepalanya, lalu menatap Felita dan berbicara dengan dingin, "Nona, kalau Anda tidak segera meninggalkan tempat ini, aku akan memanggil polisi dan melaporkanmu atas tuduhan mengganggu ketertiban umum. Tidak hanya itu, aku juga akan memberi tahu masalah ini kepada kampusmu. Sampai itu terjadi, yang akan rugi adalah dirimu sendiri ...."

Penjelasan Pak Johan membuat Felita ketakutan. Dia menggigit bibir sambil memelototi Nicholas dengan kesal.

Nicholas hanya tersenyum datar dan berkata, "Usir semuanya ...."

Felita langsung berdiri dan beranjak turun. "Baik, aku akan turun! Lagi pula, kami sudah terbiasa menyantap makanan mahal, berbeda dengan orang miskin sepertimu. Orang miskin seperti kalian pasti hanya mampu membeli segelas air putih di restoran semahal ini."

Nicholas menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil. "Turun? Sepertinya kamu salah dengar. Aku bilang, usir semua! Usir semua orang yang berada di dalam Restoran Lanshire. Aku mau makan sendiri."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status