Share

Jalan-Jalan

Author: Fhifhie_Zaa
last update Last Updated: 2023-08-01 10:09:48

"Asyikkk kita ke Mall lagi. Makasih, Ma. Riko seneng banget," ucap bocah kecil yang ada di gandengen tanganku.

"Apa sih yang gak buat anak ganteng Mama. Asal Riko nurut sama, mama. Mama akan kabulkan keinginan anak ganteng ini," sahutku sambil tersenyum bahagia.

Bahagia hati ini kala melihat Riko tertawa dan ceria. Hampir satu bulan aku tak mengajaknya jalan- jalan seperti ini. Aku terlalu sibuk dengan duniaku. Berharap pada suami tapi tak mungkin. Dia juga sibuk dengan keluarga dan saudaranya seolah dia belum mempunyai istri dan juga anak. Maafkan mama, Nak. Mama belum bisa membahagiakan kamu lebih dari ini. Tapi mama janji akan selalu membuat kamu tersenyum dan bahagia walau kamu tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Papa. 

"Ma,aku mau main di Timzon*." 

"Baiklah ayo kita kesana. Mama belikan dahulu kartunya." 

Setelah membeli kartu dan mengisi saldo untuk anakku main, aku membiarkan ia memilih mainan yang ia inginkan. Menemani setiap langkah kaki kecilnya. Hampir satu jam aku menemaninya bermain. Tanpa terasa bocah kecilku ini lapar. 

"Mama, aku lapar. Makan di pizza hu* ya ma." 

"Oke kita kesana. Mama juga lapar. Sudah puas ini mainnya?" 

"Sudah ma." 

Aku langsung mengajak putraku untuk makan ditempat yang dia inginkan. Aku memesan menu kesukaan anakku. Tak menunggu lama pesanan kami telah tersaji di meja kami. Aku dan Riko makan bersama. Riko nampak bahagia sekali hari ini. Usai makan, ku ajak Riko untuk kembali pulang. Karena sore ini aku ada janjian bertemu klien yang akan memesan gaun pengantin padaku. Aku memang bisa merancang gaun pengantin, walaupun aku belajar secara otodidak tetapi Alhamdulillah hasil karyaku semuanya bagus- bagus banyak diminati oleh pelanggan ku. Mau pelanggan lama atau pelanggan baru. Butik ku memang bukan butik khusus pengantin, tetapi jika ada yang memesan aku akan membuatkannya. 

"Kita ke butik mama ya?" tanya Riko padaku kala motor ini melaju ke arah butik.

"Iya, Nak. Gak pa-pa kan kita ke butik dahulu. Soalnya, Mama ada klien yang mau lihat rancangan gaun pernikahan, Nak." 

"Iya, ma. Semoga Mama bisa makin sukses." 

"Amin." 

Kulakukan sepeda motorku ke butik dimana aku bekerja memenuhi kebutuhan putraku. Hanya butik ini sebagai penyambung hidupku setelah sekian lama nafkah yang diberikan, mas Adam selalu kurang. Aku bahan menutupi kekurangan kebutuhan di rumah dengan uang pribadiku. Tapi mulai saat ini aku tidak akan lagi menggunakan uang pribadi ku untuk menutupi semua kebutuhan di rumah. Uang ini hanya untukku dan Riko saja, terserah Mas Adam mau bagaimana. 

Ingin rasanya aku mengakhiri pernikahan ini, tetapi bagaimana dengan anakku. Apakah harus sedini mungkin ia kehilangan ayahnya. Walau aku tahu mas Adam tak begitu dekat dengan Riko. Berharap untuk berubah tapi nyatanya tak kunjung berubah. Malah ia makin menjauh dari putranya sendiri. Andai aku bercerai apakah ia bisa menerima? 

Setibanya aku di butik. Aku segera mengajak masuk putraku ke ruangan pribadiku. Disana juga sudah aku siapkan mainan dan juga ranjang jika ia ingin tidur.  Butik ini adalah rumah keduaku yang amat sangat nyaman. 

Tok ... Tok ... Tok ... 

"Maaf Bu Santi di bawah sudah ada klien, Ibu." 

"Oh mbak Dinda,ya. Baik aku segera turun kebawah. Siapkan minuman juga, ya." 

Segera aku berpamitan pada putraku untuk aku turun sebentar. Ia juga aku pesankan untuk tetap di dalam ruangan ku saja, hingga aku kembali. Dan aku bersyukur ia selalu menurut apa yang akau katakan. Segera aku tinggalkan putraku tak lupa buku yang sudah ada desain gaun terbaru ku. Semoga ini rejekiku dan anakku hari ini. 

"Selamat sore, mbak Dinda. Maaf menunggu lama," ucapku sambil menjabat tangannya.

"Ahh, gak pa- pa, mbak. Kami juga belum lama kok." 

"Oh iya langsung saja mbak. Ini semua contoh desain gaun pengantin terbaru saya. Silahkan dilihat dahulu semoga ada yang memikat hati, mbak Dinda." 

"Karya- karya milik mbak Santi bagus- bagus semuanya. Aku kagum loh. Gak kalah sama desainer top lah."

"Jangan terlalu memuji saya mbak. Apalah saya yang masih remahan seperti ini,"  ucapku merendah sambil tersenyum. 

Bangga 'kan, aku? Jelas aku bangga, ini diluar ekspektasi ku selama ini. Bahkan kuliahku dahulu tak ada sangkut pautnya tentang dunia yang sedang aku geluti ini. Ya, ini adalah hobi ku sejak dahulu. Memang cita- citaku menjadi seorang desainer. Tetapi, Ibu dan Ayah tidak menyetujuinya, akhirnya aku memutuskan kuliah di bidang manajemen bisnis. 

Setelah mbak Dinda memilih gaun untuk pernikahannya aku segera memberitahukan pada karyawan ku. Aku menjelaskan detail gaun yang di pesan tadi. Mbak Dinda memesan 3 buah baju untuknya dan suaminya. Bahan kain juga aku sendiri yang mengecek ketersediaannya. Aku memakai kain kualitas nomor 1 premium. Aku tak ingin mengecewakan pelanggan ku. Apalagi ini untuk pesta pernikahan. Aku akan membuatnya sebagus mungkin. Setelah memberi instruksi pada karyawan ku, aku meminta segera dibuat hari ini juga. 

"Aku ke atas dahulu. Nanti aku akan kemari lagi. Tolong kerjakan sebaik mungkin. Jangan pernah mengecewakan pelanggan." 

"Baik, Bu. Kami akan kerjakan semaksimal kami. Semoga Ibu Santi makin berjaya. Apalagi ini pesanan pernikahan untuk anak salah satu pemilik stasiun televisi ternama," ucap salah satu karyawan ku.

"Alhamdulillah. Makanya kita harus kerjakan semaksimal mungkin. Jangan Sampai mengecewakan. Ini menyangkut nama baik butik ini juga. Kalau butik ini sukses tentu kalian juga akan mendapatkan bonus juga dari saya," sahutku secara spontan. Ya beginilah aku. 

"Makin betah kerja dengan, Bu Santi." 

"Yuk kerjakan. Semangat.. semangat ... Semangat," ucapku memberi semangat para pegawai ku. 

Aku segera naik ke lantai atas untuk mengecek, Riko. Aku sudah lama meninggalkannya di sana sendirian. Ada rasa bersalah terhadapnya. Tapi mau bagaimana lagi, kalau aku tak bekerja nasib entah bagaimana. 

"Assalamu'alaikum," ucapku sambil membuka pintu ruangan ku. 

Aku terpana melihat putra kecilku ternya tengah tertidur di ranjangnya. Segera ku hampiri dan membetulkan selimutnya. Mengecup kening, Riko sekilas. 

"Maafkan mama, Nak. Mama lakukan untuk kamu. Do'akan mama terus ya. Sehat- sehat selalu anakku," gumamku sambil terus melihat wajah putraku yang terlelap begitu tenang. 

Mungkin ia kelelahan apalagi aku tinggal lama barusan. Hampir 3 jam aku meninggalkannya tadi. Segera aku merapikan mainan putraku ini. Tak lupa aku juga menyempatkan diri ini untuk mandi dan beribadah, memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa. Usai menjalankan ibadah, aku meneruskan pekerjaanku sambil menunggu, Riko bangun dari tidurnya. Tak lupa aku juga sudah memesankan makanan untuknya. 

"Ma. Mama sudah ada disini?" 

"Iya, sayang. Maafkan mama yang sudah meninggalkan kamu terlalu lama tadi." 

"Gak pa-pa ma. Mama kan bekerja untuk, Riko." 

Aku tersenyum dan segera memeluknya erat. Menghujamnya dengan kecupan di kepalanya. Anakku ini pemikirannya begitu dewasa sekali. Seharusnya di usianya memikirkan bermain dan belajar, tetapi putraku berbeda. Mungkin karena efek dari mama dan papanya. Keluarga yang tak sehat. Apalagi aku kadang kelepasan bertengkar dengan mas Adam. 

"Mama kenapa menangis?" 

"Ahh, Mama nangis ya. Masa sih?" gurauku dan segera menghapus butiran bening yang mengalir. 

"Ini mata mama merah," sahutnya sambil membelai lembut pipiku. 

"Hmm cuma kelilipan. Ya sudah Riko mandi terus makan. Ini sudah malam. Mama siapin air hangat sebentar, ya." 

Aku segera berlalu masuk kedalam kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk putraku. Ini sudah malam, tak mungkin aku membiarkannya mandi dengan air dingin. Usai menyiapkannya aku segera memanggilnya untuk segera mandi. Tak lupa aku juga menyiapkan baju untuknya ganti nantinya. 

Apa yang harus aku lakukan? Terus bertahan dan membuat anakku menjadi korban ? Atau berpisah agar aku dan anakku bahagia. Yang ada di pikiranku hanya satu. Kebahagiaan putraku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Amaly
anak adlh sumber kebahagiaan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 41

    Kehidupanku saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahagia? Jelas... Jelas aku bahagia dan bersyukur. Apalagi memiliki anak- anak yang begitu perhatian dan saling menjaga satu sama lain. Riko bertanggung jawab atas kedua adik- adiknya. Hanya saja aku sedih dan gelisah saat ini. Sekian tahun lamanya ternyata putraku belum bisa menghapus rasa itu dari dalam dirinya. Entah apa yang harus aku lakukan lagi. Pertemuanku dengan Mas Adam membuat hati ini menjadi dilema dan serba salah. Riko yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalu terus menerus menolak bertemu dengan Mas Adam. Setiap kali aku membahasnya ia akan tetap menolaknya mentah- mentah. Aku sudah bertekad akan mendekatkan Riko dengan Mas Adam. Bagaimanapun ia masih memiliki hubungan darah dengannya. Jika mantan istri itu ada tetapi tak ada yang namanya mantan anak. Mas Faiz berjanji akan terus membantuku. Aku tak ingin di cap negatif dalam mendidik Riko. Riko lulusan pesantren dan lulusan perguruan

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 40

    Santi merasa ada yang memanggil. Ia segera menoleh dan betapa terkejutnya ia melihat orang yang memanggilnya. Mengatur nafasnya dan berusaha bersikap santai dan biasa melupakan ketegangan malam itu. "Loh Mas Adam sama siapa?" "Aku mengantar Johan dan istrinya. Katanya ingin berbelanja, itu mereka ada di butik kamu. Kebetulan aku sedang cari tempat makan malah ketemu kamu disini." "Oh,,, kebetulan kami habis makan disini bareng anak- anak." "Mana suami dan anak- anak kamu. Apa ada Riko,San?" "Hmmm suamiku baru di toilet dan anak-anak sudah menuju butik katanya mau ambil barang." "Riko? Berarti ia ada di butik kamu?" "Riko...." "Ma... Aku sudah selesai, ayo kebawah. Ayah biar nyusulin kita aja." Seketika Adam menoleh dan melihat putranya berada tepat di belakangnya. Rasa haru dan bahagia terpancar dari wajah Adam. Sekian lama mencari kini ia bertemu dengan putranya kembali. "Riko..

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 39

    Adam segera memarkirkan mobilnya kebetulan halaman rumah Ibunya cukup luas. Bahkan 4 mobil pun cukup di halaman depan rumahnya. Dengan pelan tapi pasti Adam memasuki rumahnya. Tampaklah anak kecil yang masih bermain di ruang tamunya rambut ikalnya dengan pipi yang gembul, belum lagi gigi di bagian depan yang membuatnya mengemaskan. 'Kenapa ada anak kecil dirumah ini? Anak siapa ini?' Gumam Adam sambil terus memperhatikan tingkah lucu anak di depannya. "Mas.. ayo masuk. Didalam ada anak- anak Mbak Danik. Maaf Mas, Alika ini suka sekali bikin berantakan." "Ini anak kamu, Wi. Kapan kamu datang?" "Iya, Mas. Ini Alika anakku dan Mas Johan. Kami datang tadi pagi. Sekitar jam depalanan. Oh Oya itu Mama dan Mas Johan ada diruang makan bersama kedua anak Mbak Danik." "Baiklah. Aku ke kamar dahulu sebelum menemui mereka." Adam segera berlalu. Sebelum benar- benar berlalu ia sempat mencium pipi gembul Alika. Ia sungguh terpesona

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 38

    "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Jawab Bu Tari dan Mbak Danik bersamaan. Bu Tari segera melangkahkan keluar guna melihat siapa tamu yang berkunjung pagi ini. "Johan... Widi. Ayo masuk, kok gak bilang dahulu kalau mau pulang." "Kejutan untuk Mama. Sudah lama kami gak pulang kemari." Kata Widi istri dari Johan."Widi, anak ini..." "Iya, Ma. Ini anakku dan Mas Johan." "Mama punya cucu perempuan. Danik... Danik kemari, lihat lah ini. Mama punya cucu perempuan,Danik. Terimakasih Ya Allah, akhir ya aku punya cucu perempuan juga." "Johan, Widi apa kabar kalian." "Kabar baik, Mbak. Mbak sendiri bagaimana?" "Seperti yang kamu lihat. Mbak baik dan sehat." "Alhamdulillah kalai begitu, Mbak. Oh iya, Mas Adam kemana? Masa sepagi ini udah berangkat ke kedai?" "Ada baru menemui Santi dan Riko. Kebetulan kan mereka ada di Jakarta." Jawab Bu Tari dengan semangat. "Alhamdulilla

  • Ambilah Gaji Suamiku!   Part 37

    Pov Santi Aku tak menyangka di usiaku yang tak lagi muda ini Allah masih memberikan aku karunia-Nya. Sungguh- sungguh karunia yang begitu indah bagiku. Sengaja aku tak memberitahu langsung suamiku, anak- anak dan keluarga besar ku maupun keluarga suamiku. Aku ingin membuat kejutan untuk semaunya nanti waktu perayaan anniversary Butik dan Bridal ku yang di Jakarta. Beruntungnya aku di Butikku ada Siska yang sangat aku percaya, ia mau tak mau juga membantuku menyembunyikan kehamilanku untuk sementara waktu. Jika Mas Faiz mengetahuinya pasti ia akan melarang ku untuk melakukan apapun. Sejujurnya aku sangat beruntung memiliki suami seperti Mas Faiz. Ia sangat peduli dan perhatian penuh denganku. Apalagi jika tahu aku hamil lagi, ia memang menginginkan punya banyak anak. Untung saja kehamilanku kali ini tak membuatku harus sekalu ada didalam kamar sepanjang hari. Kehamilanku kali ini masih bisa membuatku beraktifitas seperti biasanya. "Bu Sant

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 36

    Tak terasa hari perayaan anniversary butik Santi diadakan. Santi dan keluarganya menggunakan baju dengan warna yang senada. Baju itu telah Santi rancang dan buat sendiri spesial untuk malam ini. Putranya juga terlihat gagah dan semakin tampan mempesona. "MasyaAllah anak Mama makin ganteng aja." "Iya dong Ma, siapa dulu ayahnya. Ayah Faiz." Gurau Riko sambil tersenyum dan terus menempel dengan Faiz. Sikap Riko terhadap Faiz memang berbeda, sedari kecil ia sangat manja dengan Faiz. Andai sejak dahulu aku bertemu dengan Faiz, mungkin kebahagiaan ini jauh lebih sempurna. Tak ada kesakitan atau kepahitan hidup ini yang begitu membekas di hati. Apakah Riko telah melupakan Papa kandungnya? Entahlah aku hanya berharap Riko tetap mengingat siapa Papa kandungnya dan berharap suatu saat nanti ia akan berbakti kepadanya juga. Aku tak ingin dianggap Ibu yang mencoba menghilangkan ingatan Riko tentang Papa kandungnya. Walau sejujurnya Mas Adam tak pernah sedikit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status