Sumelika sangat senang karena di masa-masa ia sedang sulit seperti ini, sahabat-sahabatnya ada untuknya. Aisyah, Desti dan Tania sangat setia kepadanya, ia sangat terharu dengan mereka. Sumelika pun memeluk mereka bertiga dengan menangis bahagia.
"Makasih ya, Girls. Kalian udah mau nemenin dan ngebantu gue di misi ini, hiks-hiks."
"Yaelah, Mel. Santai aja sih." Desti, merasa tidak enak.
"Iya, Mel. Lebay banget sih pake acara nangis segala. Harusnya kita happy dong bisa jalan-jalan ke masa lalu, hehe." Tania, senang.
Sumelika menghapus air matanya, dan tersenyum bahagia.
"Yaudah, ayo kita ke rumah keluarga gue."
"Malam-malam gini?" Aisyah, yang merasa aneh.
"Bukannya enggak sopan ya, Mel? Terus kalo kita kesana belum tentu mereka percaya gitu aja, mungkin bisa aja mereka itu ngusir kita." Sambungnya.
"Kalian mau ke rumah keluarga Petni ya?" Ibu itu datang lagi.
"Iya, Bu. Tapi sepertinya enggak jadi
Keesokan harinya, di masa lampau, Sumelika terbangun di ranjang kayu tanpa alas dengan keadaan kening dibaluri dengan daun sirih, tadi malam setelah pulang mengurus bayi. Bu Iis yang mendengar bahwa kening Sumelika terluka karena ulah keluarga Petni, langsung khawatir dan mengobati Sumelika. Syukurlah Sumelika bisa terobati meski saat bangun ia merasa sakit kepala. Sumelika berterimakasih banyak kepada Bu Iis karena telah mengobatinya."Iya, sama-sama, Neng. Ini juga kan kewajiban Ibu, hehe. Lagian sih kamu, sudah dibilangin jangan deketin keluarga Petni, tapi malah bandel juga, jadi gini kan akibatnya." Ucap Bu Iis."Maaf, Bu. Ini juga mendadak banget." Jawab Sumelika, cengengesan."Oh yasudah, kalian pulang aja ya. Bukan mengusir atau bagaimana, tapi Ibu takut kalian kena siksa keluarga itu lagi. Hari pertama, Neng Sumelika terkena akibatnya, siapa tahu di lain hari Eneng-Eneng semua yang malah kena akibatnya juga?" takut Bu Iis.
Sumelika, Romi, Desti, Tania dan Aisyah sedang berjalan-jalan di Desa Tengkorak, Romi menjelaskan kondisi Desa Tengkorak. Katanya Desa Tengkorak termasuk desa yang subur dibandingkan desa yang lain, walaupun tempatnya terpencil dan terpelosok jauh. Olahan teh dan padi di sini berkualitas tinggi, pula banyak madu-madu unggul di sana. Seluruh para warga Desa Tengkorak adalah petani, baik itu perempuan maupun laki-laki, karena mereka bisa bertahan hidup hanya mengandalkan hasil panen perkebunan dan lahan yang mereka punya.Para warga Desa Tengkorak adalah seorang petani, tetapi tidak untuk keluarga Petni. Keluarga Petni ialah seorang pemburu, dan rentenir yang kejam. Baru saja mereka membicarakan perihal keluarga Petni, salah seorang dari keluarga itu terlihat sedang berkomunikasi dengan petani yang kaya raya di sana."Ohoo, iya, Pak. Baik, Pak, hehe. Uangnya pas! Secepatnya serigalanya akan saya kirim ke Bapak." Cakap Tono, tersenyum lebar kepada sang petani, yang
Saat Tono salah sasaran, Tono tertawa terbahak-bahak bagaikan tak punya beban dosa. Sumelika melotot kepada Tono, Tono seketika berlari dengan kekehannya yang keras, memang keji. Saat Rindu sudah tertembak, Bu Iis datang, ia membawa Rindu ke rumahnya untuk diobati, Bu Arum pula ikut bersamanya.Setelah beberapa menit diobati dengan menggunakan bubuk kopi, perlahan Rindu tersadar, tetapi ia berteriak kesakitan. Luka bekas tembakan memang sangat sakit, butuh waktu beberapa bulan untuk memulihkannya.Hati Rindu sangat mulia, dia rela mengorbankan jiwanya sendiri demi orang yang sudah membantunya dan Ibunya. Sumelika pula tak menyangka bahwa Rindu akan menyelamatkan nyawanya dari tembakan Tono si bejat itu, ternyata suatu pepatah yang menyebutkan jika kita membuat 1 kebaikan, maka akan mendapatkan 10 kali lipat balasan itu memang benar adanya. Sumelika tak menyangka. Jika Rindu tidak ada, pasti maut sudah akan menjemputnya sekarang karena pada saat itu Tono akan meng
Malam gelap yang penuh dengan ketegangan tiba, di dalam gudang, Malika terus menangis ketakutan karena detik-detik transformasinya menjadi seorang manusia serigala akan tiba sebentar lagi. Malika yang duduk di kursi reyot itu hanya bisa meratapi nasibnya lagi. Sepanjang dia diklaim sebagai manusia serigala, dia terus meratapi kehidupannya yang kian lama kian pedih saja. Masa depan dan kariernya hancur dalam sekejap.Di dalam gudang ada Nenek Sumitra dan Sumedh juga, Sumedh tampak mempersiapkan borgol dan jeruji besi untuk waspada kepada Malika jika sewaktu-waktu Malika hilang kendali.Sekarang waktu telah menunjukan pukul 11.50 malam, itu artinya 10 menit lagi Malika akan bertranformasi menjadi manusia serigala yang sangat mengerikan. Malika, Sumedh dan Nenek Sumitra sangat tegang. Namun, di tengah ketegangan mereka itu, tiba-tiba saja terdengar suara ..."Hihihi!"seorang perempuan yang cekikikan!Itu adalah suara kuntilanak hita
Di masa lampau, pagi itu para warga Desa Tengkorak dikagetkan dengan pencurian 2 bayi yang baru saja lahir lengkap dengan ari-arinya. Tak ada jejak sama sekali dari pencurian ini, di malam hari semuanya aman, tetapi di pagi hari tahu-tahu 2 bayi yang baru lahir hilang dalam 1 malam. Entah sebenarnya siapa yang mencuri bayi mungil yang sangat malang itu. Tampak orang tua bayi yang hilang menangis histeris di desa, mereka tak terima jika ada orang yang menculik bayi mereka.Di dalam rumah, Sumelika dan kawan-kawannya memperhatikan kejadian tersebut lewat jendela."Bayi siapa yang dicuri, Bu?" tanya Sumelika kepada Bu Iis, penasaran."Bayinya bu Dian, dan satu lagi bayinya bu Ayu. Padahal kemarin Ibu baru saja membantu mereka melahirkan. Bayinya sehat-sehat, dan mungkin kelak mereka akan menjadi anak yang sukses, tetapi takdir berkata lain.""Entah kenapa ada orang yang berani-beraninya mencuri bayi, padahal dari dulu orang-orang di sini ti
Siang yang terik, Aisyah dan Desti pergi mencuci pakaian di sungai. Orang zaman dahulu ternyata jika ingin mencuci pakaian harus pergi ke sungai untuk mendapatkan air yang cukup, beda dengan jaman sekarang. Zaman sekarang banyak sekali fasilitas mencuci baju, ada mesin yang bisa membantu kita mencuci baju, dan juga ada layanan jasa mencuci baju--laundry. Entah bagaimana bisa kita yang sudah terbiasa dengan alat-alat super canggih kembali ke masa lalu, di mana jaman masih belum mengenal teknologi sama sekali. Kita patut bersyukur dan memanfaatkan teknologi yang ada, jangan malah digunakannya dengan hal yang tidak ada manfaatnya serta mendatangkan keburukan bagi diri kita dan orang lain.Sepertinya dalam beberapa hari kedepan Aisyah dan Desti akan mencuci pakaian satu rumah sampai kaki Bu Iis sembuh dari keseleonya. Ya, mau bagaimana lagi, mereka berdua harus menanggung resiko jika tetap melanjutkan misi membantu Sumelika. Terlihat Aisyah dan Desti yang kelelahan terus me
Tono dan saudara-saudaranya tampak sedang merencakan sesuatu. Aisyah dan Desti bersembunyi dan mendengar rencana mereka."Besok atau beberapa hari lagi, kita akan datang ke goa serigala untuk mendapatkan harta karun yang nilainya triliunan, sebelum itu kita akan menghabisi para serigala-serigala di sana terlebih dahulu agar kita bisa mendapatkan harta karun serigala." Ucap Tono, tersenyum."Tapi apa itu tidak terlalu beresiko? Kita bisa saja tewas di sana oleh para serigala itu, Kak. Selain itu, para warga bisa menyerbu kita karena telah mencuri harta karun serigala di goa." Yanto, khawatir."Iya, apa Kakak tidak dengar dengan geganasan Ratu Iravati?" tanya Johan."Tidak akan, tujuanku ke sini adalah aku akan menunjukkan sesuatu yang bisa mecegah kekhawatiran kalian semua itu terjadi.""Meminta sesuatu ke manusia kelelawar?" Gohan heran mendengar perkataan Tono."Iya! Kita akan meminta sesuatu ke manusia kelelaw
"Aargh, panas!" Sumelika merasakan kepanasan di jantungnya."Kenapa, Mel?" tanya Rindu."Kagak tau, tiba-tiba jantung gue panas, enggak tau kenapa." Jawab Sumelika."Mending segera diobati, ayo kita ke tabib, rumahnya enggak jauh dari sini." Ajak Rindu, khawatir."Iya, Rin.""Terus kagak tau kenapa, mendadak gue keinget sama Ibu gue di masa depan, kayanya ada kejadian yang nimpa Ibu gue." Pikir Sumelika."Ah, itu hanya perasaan. Kamu berdoa aja, karena rasa sakit muncuk dari pikiran kita sendiri.""Hmm, bener sih. Mungkin lo parno, Mel, atau jangan-jangan lo shock melihat keadaan goa ini."Di masa depan, keadaan Malika dan rumahnya benar-benar menyedihkan. Malika terus mengaung dan menangis sehingga menimbulkan kebisingan. Komplek perumahan yang ditinggali Malika juga menjadi berisik, para warga perumahan pun merasa sangat terganggu karena suara Malika. Secara logika mereka normal, siapa yang tak terganggu jika ada