Setelah percintaan yang begitu panas, Aranjo tertidur di dalam pelukan Ming Hao, Sang Jenderal.
***
Keesokan paginya, Aranjo terbangun dan mendapati dirinya sendirian di atas ranjang bulu hewan. Aranjo turun dan mengenakan pakaiannya kembali.
Area intimnya terasa sedikit sakit, tetapi hal tersebut membuatnya teringat kembali permainan cinta mereka yang begitu panas.
Hanya dengan memikirkannya, Aranjo sudah mulai menginginkannya kembali.
Aranjo berjalan ke arah meja dan membasuh wajahnya dengan air yang sudah tersedia di dalam baskom kuningan. Lalu, mengeringkan wajahnya dengan kain yang sudah tersedia di sana. Di mana Sang Jenderal? batinnya.
Jenderal Ming Hao masuk ke dalam tenda bersama dengan seorang prajurit. Aranjo tersenyum dan ingin memeluk pria itu, tetapi raut wajah Sang Jenderal sangat buruk dan hal itu membuat Aranjo mengurungkan niatnya. Apakah ada sesuatu yang terjadi?
"Jenderal Ming Hao terima titah Raja!" ujar prajurit itu sam
"Buka gerbang!"Aranjo mendengar teriakan prajurit dan membuka tirai tandu untuk melihat apakah dirinya sudah tiba di Kerajaan Qiyang? Apakah Kerajaan itu sama hebatnya dengan rumor yang tersebar?Gerbang raksasa adalah hal pertama yang dilihatnya. Banyak prajurit berzirah lengkap menjaga gerbang masuk ke dalam Kerajaan Qiyang. Setiap orang yang hendak masuk di periksa dengan amat teliti.KLANGGG!!!Suara besi beradu memekakkan telinga, gerbang raksasa perlahan terbuka. Tandu di mana Aranjo duduk, kembali melaju perlahan ditarik oleh sepasang kuda hitam.Aranjo menutup tirai tandu dan membuka tirai jendela kecil di sampingnya. Aranjo terpana melihat keramaian kota ini. Semua warga terlihat berkecukupan dan begitu banyak toko-toko, yang Aranjo tidak tahu apa yang dijual di setiap toko itu.Suasana sangat berbeda dengan tempat di mana Aranjo berasal.Aranjo dibesarkan di desa kecil yang merupakan bagian dari Kerajaan Danzou. Kerajaan Danzou sendi
Raja menatap seorang wanita yang baru memasuki kamarnya. Raja terpana dengan kecantikan wanita di hadapannya itu."Tidak disangka, ternyata dirimu sama persis yang dikatakan oleh si pembawa pesan." Raja berkata sambil menghampiri Aranjo.Jantung Aranjo berdebar, saat Sang Raja menghampirinya. Raja adalah pria yang sangat tampan, usia Raja di atas Jenderal Ming Hao.Namun, kata tua tidak pantas untuk menggambarkan Sang Raja. Pria itu begitu dewasa dan matang, tatapan matanya mematikan. Pria penuh percaya diri sangatlah menarik.Postur tubuh Raja bahkan lebih tinggi dan kekar dibandingkan dengan Jenderal Ming Hao. Siapa yang menyangka, Raja yang selalu berada di singgasananya akan memiliki tampilan seperti itu. Mata seperti rubah dengan alis hitam, tulang hidung yang tinggi sedikit bengkok dan bibir tipis. Semua itu diperindah dengan pahatan wajah yang sempurna.Raja mengenakan hanfu putih sederhana dan terbuka, pria itu tidak repot mengikat pakaian
Aranjo dan Sang Raja mencapai klimaks bersamaan dan itu membuat tubuh mereka seakan meledak karena rasa nikmat yang menggetarkan jiwa.Sang Raja yang perkasa, terkulai lemas di pelukan Aranjo. Perlahan, Aranjo merasakan kekuatan sihirnya meningkat, bahkan lebih banyak dibandingkan dengan saat bercinta dengan Jenderal Ming Hao.Saat inilah, Aranjo merasa bahwa menjalani kehidupan di dunia fana dan menjalani penderitaan cinta, tidaklah buruk. Selain dapat merasakan kenikmatan bercinta, kekuatan sihirnya juga meningkat pesat.Akhirnya, Aranjo tertidur dengan wajah yang tersenyum.Satu hal yang tidak disadari Aranjo, jiwanya juga akan terikat dengan pria yang bercinta dengannya.Walau saat ini Aranjo tidak merasakan cinta terhadap kedua pria itu, tetapi perlahan dan pasti Aranjo akan mencintai kedua pria itu. Jadi, saat kedua pria itu tersakiti dan mati, Aranjo juga akan merasakan sakit yang teramat sangat di dalam hatinya.***Keesokan pagi, terse
Kabar tentang Aranjo yang masuk ke ruang kerja Sang Raja, tersebar luas di kalangan Istana. Orang-orang tidak peduli apa alasan Aranjo dapat masuk ke ruangan itu. Mereka mengatakan Aranjo keterlaluan, karena kasih sayang Sang Raja menjadikan dirinya tidak tahu batasan.Namun, tidak ada yang mampu menemui Aranjo, karena Aranjo masih tinggal di kamar Sang Raja. Ratu sendiri, sudah sangat murka dan ingin segera melihat seperti apa tampang wanita istimewa itu.Ratu tidak mengambil langkah apapun, dirinya tidak ingin mendapatkan masalah. Begitu juga harem Istana, sangat kacau dan semua selir merasa Sang Raja tidak adil.Sudah hampir satu bulan, Aranjo berada di dalam Istana Qiyang.Dirinya dimanjakan penuh oleh Sang Raja. Mereka berdua lebih sering bercinta dibandingkan berbicara, tetapi hal itu membuat mereka berdua seakan tidak terpisahkan. Sampai pada suatu hari, Raja meminta Aranjo dipindahkan ke Paviliun Selatan."Kenapa?" tanya Aranjo."Karena
Brakkk!!Tubuh Aranjo menabrak meja kayu yang berada tepat dibelakang. Aranjo menyentuh wajahnya, untuk memastikan apakah berdarah atau tidak. Beruntung hanya sedikit lecet karena tancapan kuku tajam Sang Ratu.Yun tidak membantu dirinya dan Aranjo mengerti, siapa yang mau mengambil resiko menolong seorang wanita yang tidak jelas statusnya untuk menentang Ratu.Aranjo berhasil mempertahankan keseimbangannya dan perlahan maju kembali tepat di hadapan Sang Ratu."CEPAT KATAKAN!!!"Teriak Sang Ratu, layaknya orang yang sudah kehilangan kewarasannya. Siapa yang tidak akan seperti wanita itu, jika menduduki posisi penting, tetapi tidak diperlakukan dan dihargai sebagaimana mestinya."Sihir apa yang kamu gunakan?" desis Sang Ratu tepat di depan wajah Aranjo.Aranjo menatap penuh rasa iba kepada wanita yang begitu cantik dengan hiasan emas menghiasi rambut indahnya. Hanfu indah berbahan sutra dengan sulaman benang emas, membalut tubuh wanita itu. N
Dengan tatapan masih terpusat pada tubuh Aranjo, Raja perlahan melepaskan pakaian zirahnya yang begitu berat dan meletakkannya pelan di atas lantai. Lalu, Raja melepaskan seluruh pakaiannya. Telanjang, Raja bersujud di samping ranjang dengan tatapan yang lapar.Tangan Raja diletakkan di sisi ranjang, tidak menyentuh tubuh Aranjo. Mulut Sang Raja mulai mengulum salah satu puncak payudara yang memang sudah mengeras. Awalnya, sentuhan pelan dengan ujung lidah, Raja tidak tega membangunkan kekasihnya itu.Namun, hasrat sudah menguasai seluruh akal dan tubuh Raja. Jilatan pelan berubah menjadi isapan kuat yang bermain di puting Aranjo.Dalam tidurnya, Aranjo bermimpi memiliki seorang bayi dan dirinya dengan senang hati menyusui bayinya itu. Bayi tampan, miliknya dengan Raja. Namun, isapan bayi itu begitu kuat dan membuatnya merasa sakit dan bergairah. Apakah ini benar?"Uughhh...." lenguhan Aranjo dalam tidurnya.Suara lenguhan Aranjo semakin membuat R
Keesokan paginya, Aranjo terbangun dengan berada di dalam pelukan Sang Raja. Dirinya tidak bangkit, tetapi tetap diam di dalam pelukan pria itu.Hal itu membuat Aranjo dapat mengamati wajah pria itu dari dekat. Siapa pria ini? Apakah pria itu adalah salah satu Dewa di Alam Langit yang juga menjalani penebusan? batinnya.Aranjo menggunakan jari jemarinya untuk menyentuh lembut wajah Sang Raja. Hatinya terasa hangat, sama hangatnya dengan tubuhnya yang melekat tepat di tubuh telanjang Sang Raja.Sentuhan kecil di wajahnya, membuat Raja membuka mata dan menoleh menatap penuh cinta kepada Aranjo yang berada di dalam pelukannya. Raja memeluk tubuh Aranjo lebih erat dan mulai melumat bibir mungil itu. Awalnya hanya ciuman lembut dan perlahan, tetapi keberadaan Aranjo kembali membuat Raja lepas kendali.Mereka kembali bercinta dengan penuh hasrat di pagi hari. Akhirnya setelah dua kali bercinta, Raja baru melepas tubuh Aranjo dan membiarkan wanita itu turun dari ranjan
Jenderal Ming Hao menyatukan tubuh mereka dalam satu hentakan kuat. Hasrat, membuat Sang Jenderal lupa akan kelembutan. Rasa hangat Aranjo yang menyelimuti kejantanannya membuat seluruh tubuhnya gemetar hebat. Rasa yang selalu diimpikannya di malam dingin tanpa wanita ini.Tubuh mereka masih menyatu dan hentakan kasar menggoyangkan ranjang hingga berderit keras. Jenderal Ming Hao menyingkap hanfu bagian atas agar memperlihatkan lekuk indah payudara sempurna itu.Tangan dan mulut Sang Jenderal menjajah payudara sempurna itu. Dirinya seakan hendak meledak kapan saja karena kerinduan ini.Aranjo sendiri menggelinjang di bawah tubuh kokoh Sang Jenderal. Hentakan kasar pria itu, semakin membuat Aranjo bergairah. Di sela desahan dan erangan, Aranjo terus menyebutkan nama pria itu. Hal itu, membuat Jenderal Ming Hao semakin kehilangan kendali dan semakin mempercepat gerakan primitifnya.Aranjo memejamkan mata dan membiarkan pria itu menggerayangi seluruh tubuhnya, k