Share

HAMIL

"Mbak Santi sakit, Mas?" Dinda menatap kakak iparnya dengan serius.

"Masuk angin mungkin, Din. Semalam muntah-muntah. Tapi tadi aku sudah minta ibu untuk jagain dia dulu. Rencananya nanti sore aku mau periksakan ke dokter kalau belum baikan," jelas Hanif.

"Kamu sendiri kenapa udah masuk, Din? Lihat tuh wajah kamu masih lebam gitu," ujar Hanif.

"Udah nggak sakit kok, Mas. Lagipula hari ini kan ada meeting pagi. Nggak enak kalau ijin keterusan," ucap wanita itu sambil merapikan barang-barang di atas meja kerjanya.

"Iya makanya itu, aku juga nggak bisa ngantar Santi ke dokter pagi ini. Oya, kemarin sudah ditelpon sama pakdhe kan, Din?" tanya Hanif.

"Sudah, Mas."

"Sudah diberitahu rencana untuk bulan depan?"

"Sudah juga. Makanya itu aku nggak bisa ijin terus, Mas. Takut mengecewakan pakdhe nanti kalau kerjaanku nggak beres."

"Aku juga gitu, Din. Aku merasa kok ini terlalu cepat ya. Aku takut nggak bisa menjalankan kantor ini sesuai harapan pakdhe. Masih kurang yakin aku sama kema
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status