Share

Bad Friend
Bad Friend
Penulis: Tsu Ka

Bab 1 - Singa betina dan Harimau Jantan

Sebuah mobil sport berwarna ungu berhenti di depan gerbang sebuah SMA favorit di kota itu. Sang supir kemudian membukakan pintu mobil untuk majikannya.

Setelah pintu mobil terbuka, keluarlah seorang siswi berpenampilan rapi dari dalam mobil sport berwarna ungu tersebut.

Siswi itu memakai seragam putih abu. Baju dan juga roknya menjulur panjang dan juga tidak ketat sama sekali. Berbeda dengan kebanyakan siswi yang sengaja memakai seragam yang serba ketat untuk mempertontonkan kemolekan tubuh mereka.

Siswi ini benar-benar terlihat seperti murid teladan. Salah. Bukan seperti. Lebih tepatnya, siswi ini memang murid teladan. Ia selalu mendapatkan ranking pertama di kelasnya. Ia juga pernah mendapat predikat murid terbaik diantara semua siswa.

Rambut sebahu siswi itu diikat satu ke belakang dengan memakai ikat rambut kecil berwarna hitam. Terlihat sangat simpel namun elegan.

Ia memakai sepatu hitam yang terlihat sangat bersih disertai dengan kaus kaki putih. Sepatunya terlihat biasa saja, namun sebenarnya harganya tidak terduga.

Begitu pula dengan tas gendong miliknya. Terlihat biasa, namun semua orang tahu bahwa tas itu mahal harganya.

Alyada Kirania Putri—itulah namanya, biasa di panggil Kiran oleh orang-orang di sekitarnya.

Kiran melangkahkan kakinya menuju kelas barunya. Ini adalah hari pertama Kiran duduk di bangku kelas dua belas.

Semua mata tertuju pada Kiran. Berbagai tatapan ia dapatkan dari para siswa dan siswi yang dilewatinya. Kebanyakan dari mereka menatap kagum sekaligus iri pada Kiran. Namun, lebih banyak lagi murid yang membenci Kiran.

Kiran memiliki sikap angkuh yang membuat orang-orang tidak menyukainya. Tapi Kiran tidak pernah memperdulikannya. Ia selalu mengangkat dagu di hadapan orang-orang yang ditemuinya. Dan ia selalu merasa bangga dengan dirinya.

Semua murid memperhatikan Kiran yang baru saja masuk ke dalam kelas yang bertuliskan Kelas XII A.

Kiran kemudian berhenti di hadapan seorang siswi yang sedang asyik membaca di bangku paling depan.

Kiran melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku akan duduk di sini," ucap Kiran santai.

Tanpa banyak bicara, siswi itu langsung pindah dari tempat duduknya.

Murid-murid semakin kesal melihat tingkah Kiran yang seenaknya, terutama kaum hawa. Mereka merasa jengkel dengan Kiran yang bertingkah seperti seorang penguasa.

Kiran pun duduk di kursinya tanpa merasa bersalah dengan apa yang telah diperbuatnya. Ia juga tahu bahwa teman-temannya akan menggunjing dirinya di belakangnya. Tapi Kiran tidak perduli. Baginya, mereka hanyalah orang-orang tidak penting yang iri pada dirinya.

"Lihatlah tingkahnya. Dari dulu, aku tidak pernah menyukainya. Bahkan aku saja lebih cantik darinya, hanya saja dia beruntung karena terlahir dari keluarga kaya," ucap seorang siswi yang duduk di belakang kepada teman sebangkunya. Siswi itu bernama Fira.

"Benar. Aku merasa seperti di neraka karena harus sekelas dengannya. Dia pasti akan bersikap seenaknya pada kita," balas Rasti sambil mendelik tak suka pada Kiran.

Kiran tiba-tiba berbalik ke belakang. Fira dan Rasti yang kaget langsung memalingkan wajah mereka. Mereka takut Kiran mendengar apa yang telah mereka katakan.

Kiran tersenyum sambil melihat ke arah mereka berdua. "Hey, kalian!" ucap Kiran pada Fira dan juga Rasti.

Kedua siswi itu melihat Kiran takut-takut. "Kenapa?" Fira memberanikan diri untuk menjawab Kiran.

"Pulpen milikku jatuh," ucap Kiran sambil melirik pulpennya yang tergeletak di bawah meja. "Bisa tolong ambilkan untukku," pinta Kiran sambil tersenyum manis pada mereka berdua.

Tanpa pikir panjang, Rasti segera berdiri untuk mengambilkan pulpen milik Kiran, namun Fira berusaha menghentikannya.

"Jangan. Jangan mau disuruh-suruh olehnya," ucap Fira dengan suara pelan.

Rasti tidak mendengarkan ucapan Fira. Ia tetap mengambilkan pulpen milik Kiran karena takut.

"Terimakasih," ucap Kiran setelah Rasti mengambilkan pulpen untuknya.

Kiran mendengar dengan jelas bagaimana Fira dan juga Rasti menjelekkan dirinya barusan, meskipun mereka berbicara dengan pelan. Telinga Kiran cukup tajam untuk mendengarkan semuanya.

Kiran sengaja melakukan itu sebagai balasan. Ia ingin mereka berdua tahu dimana posisi mereka dan Kiran merasa, mereka tidak berhak menjelek-jelekkan dirinya.

Setelah mengambilkan pulpen Kiran, Rasti segera kembali ke tempat duduknya.

"Kenapa kau mau saja sih?" protes Fira.

"Sudahlah. Kau tahu sendiri bagaimana Kiran. Apa kau tidak ingat nasib Desi setelah menentang Kiran?" ucap Rasti.

Sewaktu mereka duduk di kelas sepuluh, seorang siswi bernama Desi pernah bertengkar hebat dengan Kiran. Tidak ada yang tahu secara spesifik apa permasalahan yang terjadi di antara Desi dan Kiran. Yang jelas, setelah kejadian itu Desi langsung dikeluarkan dari sekolah.

"Tapi dia akan semakin bertindak sesukanya," ucap Fira dengan wajah kesal.

Rasti mengangguk lemah. "Kau benar. Habislah kita …" ucap Rasti sambil sedikit memanyunkan bibirnya.

"Tunggu! Sepertinya … itu tidak akan terjadi," ucap Fira tiba-tiba.

Rasti menoleh pada temannya tersebut. "Hah?" tanya Rasti tak mengerti.

"Lihatlah kesana," ucap Fira dengan senyuman yang merekah di bibirnya.

Rasti kemudian menengok ke arah pandangan Fira.

Di ambang pintu sana, datang dua orang siswa tampan yang paling ditakuti di sekolah ini. Mereka berdua merupakan preman sekolah ini.

Kevin Clavinova, itulah namanya. Dia adalah siswa tampan dan berprestasi yang digilai para siswi. Selain berprestasi, Kevin juga merupakan preman sekolah ini. Aneh, bukan? Tapi itulah kenyatannya.

Kevin mempunyai dua sahabat dekat bernama Rendra Aditya dan Yuda Ferdian. Saat ini, yang sedang berjalan di sampingnya adalah Rendra. Sementara Yuda, entahlah. Hari ini mereka tidak berangkat bersama.

Hanya ada satu orang di sekolah ini yang tidak takut pada Kevin Clavinova dan teman-temannya. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah seorang Alyada Kirania Putri alias Kiran.

Semua orang di sekolah tahu bahwa hubungan Kevin dan Kiran tidak pernah baik. Mereka selalu bersaing dalam hal apapun, terutama dalam bidang akademik.

Kiran dan Kevin setiap tahun bergiliran mendapatkan predikat murid terbaik di sekolah ini. Tahun ini, entah siapa yang akan mendapatkan predikat tersebut.

"Waw, singa dan harimau berada di kandang yang sama tahun ini," ucap Rendra ketika melihat Kiran berada di kelas yang sama dengan mereka.

Kevin tidak menggubris ucapan Rendra. Ia tetap berjalan dengan santai menuju bangku di pojok belakang dekat jendela.

"Vin, tahun ini kau sekelas dengan singa betina itu," ucap Rendra ketika mereka baru saja duduk di kursi mereka.

Rendra mengucapkan kata-kata itu dengan nada tidak suka. Tidak tanggung-tanggung, Rendra mengucapkannya dengan suara yang lantang, sehingga semua orang yang ada di kelas bisa mendengarnya. Termasuk Kiran.

Kevin melirik sekilas pada Kiran yang masih duduk dengan tenang sambil membaca bukunya. "Aku tidak perduli. Sebenarnya bukan hanya aku yang sekelas dengannya, tapi kau juga, bodoh!" ucap Kevin acuh tak acuh.

"Ah, benar! Sial sekali tahun ini. Kenapa aku harus sekelas dengan wanita mengerikan itu?" ucap Rendra lagi.

Kiran berbalik ke belakang dan menatap Rendra dengan tatapan tajam. Ia tahu, Rendra sedang menyindir dirinya.

Rendra yang ditatap seperti itu seketika bungkam. Tatapan Kiran benar-benar mematikan.

"Kenapa? Kau takut padaku? Aku memang seekor singa betina. Aku bukan seekor kucing yang berpura-pura bersikap manis, tapi dia sering menyakiti orang dengan cakarannya," tutur Kiran sambil menunjukkan seringainya di akhir kata.

Setelah mengatakan itu, Kiran pun kembali membaca bukunya dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

"Astaga! Jantungku hampir copot melihat tatapannya," ucap Rendra sambil menatap Kiran dengan tatapan ngeri.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status