Share

Bab 2 - Pemilihan Ketua Kelas

"Yuda! Dewi! Kenapa kalian ke sini?" tanya Rendra pada sepasang sejoli yang baru saja masuk ke dalam kelas mereka.

Selain menjadi sahabat Kevin, Yuda juga merupakan sahabat Dewi sejak mereka duduk di bangku SMP.

Dewi sendiri merupakan kekasih dari Kevin. Namanya sangat cocok dengan wajahnya. Selain terkenal dengan kecantikannya, Dewi juga terkenal dengan kebaikan hatinya. Itulah yang membuat Kevin jatuh cinta padanya.

Tapi yang membuat semua orang heran adalah Yuda. Kenapa? Karena Yuda bisa berpacaran dengan Kiran yang notabene adalah musuh bebuyutan sahabatnya—Kevin.

Kiran sendiri adalah gadis yang jelas-jelas sangat sulit untuk di dekati. Tidak ada satu pria pun yang berhasil mendekati Kiran selain Yuda. Entah bagaimana caranya. Bahkan seorang Kevin pun tidak mampu membuat Kiran tunduk patuh seperti yang lainnya.

"Kalian juga ada di sini?" ucap Yuda tidak menyangka, ketika melihat kedua sahabatnya berada di kelas yang sama dengannya.

"Wow wow wow. Ada apa dengan tahun ini? Kenapa kalian semua disatukan dalam satu kelas?" ucap Rendra penuh keheranan.

Dewi tersenyum pada sang kekasih hati. Kevin pun membalas senyuman Dewi. Kevin yang selalu acuh pada semua wanita, mendadak menjadi pria lembut jika berhadapan dengan Dewi—kekasihnya.

Yuda menghampiri kedua sahabatnya dan langsung duduk di bangku depan mereka berdua.

Tidak ada sapaan antara Yuda dan Kiran. Meski begitu, semua orang di sekolah ini tahu bahwa Kiran sering berduaan dengan Yuda di halaman belakang.

Sementara Dewi, dia berhenti di depan Kiran. "Bolehkah aku duduk bersamamu?" tanya Dewi lembut sambil memperlihatkan senyuman indahnya.

"Terserah. Kursi ini akan kosong jika kau tidak mengisinya, kurasa," jawab Kiran santai.

Kiran bisa menebak. Tidak ada satu orang pun yang mau duduk satu bangku dengannya, kecuali Dewi. Oleh karena itu, Kiran mempersilahkan Dewi untuk duduk bersamanya daripada harus repot-repot beradaptasi lagi dengan yang lainnya.

Dewi tersenyum mendengar jawaban temannya ini. Ia pun duduk di sebelah Kiran.

Dewi dan Kiran memang berteman sejak mereka duduk di kelas sepuluh. Diantara semua murid di sekolah ini, Dewi lah satu-satunya orang yang bisa berteman dengan Kiran.

Semua orang heran, mengapa Dewi bisa tahan dengan sikap buruk Kiran. Mungkin karena Dewi yang terlalu baik hati sehingga ia mau berteman dengan seorang Kiran.

Tak berselang lama, pak Doni—wali kelas mereka datang.

"Selamat pagi semuanya," ucap pak Doni sambil melihat satu persatu murid yang tahun ini akan dia pegang.

"Selamat pagi, Pak," jawab seluruh murid yang ada di sana.

"Wow. Dua murid terbaik sekolah ini berada di kelasku. Bapak rasa … tahun ini akan jadi tahun yang seru," ucap pak Doni ketika melihat Kiran dan Kevin berada di kelasnya.

"Pasti, Pak," gumam Rendra pada dirinya sendiri, sambil melihat pada Kiran dan Kevin secara bergantian.

"Baiklah. Kita tentukan dulu ketua kelas kita," pak Doni kembali berbicara. "Yang ingin mencalonkan diri sebagai ketua kelas, silahkan angkat tangan!" ucap pak Doni pada semua murid.

Kiran dan Kevin mengangkat tangan mereka dengan yakin.

"Hanya dua orang? Tidak ada lagi?" tanya pak Doni.

Semua murid diam. Tidak ada lagi yang mengangkat tangan.

"Wow. Ini baru hari pertama. Tapi persaingan sudah dimulai saja," ucap Rendra lagi.

"Baiklah. Hanya dua orang. Kalau begitu … kita buat aturannya. Siapa yang setuju Kevin menjadi ketua kelas, silahkan angkat tangan kanan kalian. Dan barang siapa yang ingin Kiran untuk menjadi ketua kelas, silahkan angkat tangan kiri kalian. Mengerti?" tutur pak Doni panjang lebar.

"Mengerti, Pak," jawab para murid.

"Oke. Pada hitungan ketiga, silahkan angkat tangan kalian. Satu … dua … tiga!"

Semua murid mengangkat tangan mereka, termasuk kedua calon ketua kelas.

Hanya ada lima orang yang memilih Kiran sebagai ketua kelas. Orang itu adalah Dewi—teman sebangkunya, Yuda—kekasihnya, dua orang laki-laki di pojok kanan sana dan tentunya Kiran sendiri. Selebihnya, semua memilih Kevin untuk menjadi ketua kelas mereka.

"Utu tu tu tu … mengkhianati sahabat demi seorang wanita," sindir Rendra pada Yuda yang duduk di depannya.

Yuda berbalik menghadap Rendra. "Wanitaku lebih membutuhkan dukungan daripada si brengsek itu," ucap Yuda bercanda.

Setelah mengatakan itu, Yuda pun kembali menghadap ke arah depan tanpa ada beban.

"Baiklah. Sembilan belas suara untuk Kevin dan lima suara untuk Kiran. Maka itu berarti … yang terpilih menjadi ketua kelas adalah Kevin Clavinova dan Alyada Kirania Putri menjadi wakilnya." Pak Doni memaparkan perolehan suara.

Kevin tersenyum kecil atas kemenangan telaknya dari Kiran. Ada sedikit rasa bangga di hati Kevin ketika ia dapat mengalahkan saingan terberatnya.

Sementara itu, Kiran tetap bersikap dengan tenang. Namun tidak ada seorang pun yang tahu apa yang ada di dalam pikiran Kiran.


Bel tanda istirahat berbunyi. Pak Doni pun mengakhiri pelajarannya kali ini.

"Tolong kumpulkan tugas kalian dan simpan ke meja bapak di kantor," ucap pak Doni yang kemudian berlalu pergi.

"Jon, kumpulkan buku semua orang dan simpan ke kantor," titah Kevin pada salah seorang siswa di kelasnya.

Kiran menginterupsi. "Biar aku saja yang melakukannya. Mungkin ketua kelas tidak mampu untuk melakukan tugasnya. Benar-benar tidak bertanggung jawab," sindir Kiran dengan senyuman tipisnya.

Rendra tersenyum sinis. "Lihatlah! Singa betina itu sedang berusaha membuktikan bahwa dirinya lebih layak menjadi ketua kelas dibandingkan dirimu," ucap Rendra pada Kevin.

"Biarkan saja," ucap Kevin santai. Ia malas berurusan dengan Kiran.

Setelah mengatakan itu, Kiran pun mulai mengambil satu persatu buku tugas teman-temannya.

Ketika Kiran akan melewati barisan Fira, Fira sengaja menyelonjorkan kaki kirinya dengan maksud agar Kiran tersandung.

Namun bukannya tersandung, Kiran justru sengaja berhenti dan menginjak kaki Fira. Fira mungkin lupa bahwa Kiran jauh lebih cerdas daripada dirinya.

"Aww," pekik Fira ketika Kiran sengaja menginjak kakinya.

Kiran tidak segera memindahkan kakinya. Ia masih menginjak kaki Fira. "Tunggu. Sepertinya aku menginjak kotoran, ada yang mengganjal di bawah sepatuku," ucap Kiran dengan wajah seolah berpikir.

"Kenapa kau menginjak kakiku?" protes Fira. Fira sekarang jauh lebih berani pada Kiran karena ada Kevin di sana. Fira yakin, Kevin tidak akan membiarkan Kiran bertingkah seenaknya.

Perhatian semua orang yang ada di kelas sekarang tertuju pada mereka berdua.

"Lihat kelakuan kekasihmu, Yuda. Putuskan saja wanita sepertinya!" ucap Rendra pada Yuda.

Yuda hanya tersenyum mendengar ucapan Rendra. Ini bukan kali pertama Rendra mengatakan hal seperti itu padanya.

Kiran tersenyum culas. "Kau menyalahkanku?" tanya Kiran dengan tatapan yang mampu menciutkan nyali semua orang.

"K-kau sengaja menginjak kakiku," jawab Fira yang mulai gugup karena ternyata Kevin hanya diam saja.

Kiran mendengus geli. "Jika ini diibaratkan sebuah kecelakaan … menurutmu siapa yang salah disini? Orang yang mengemudikan mobil … atau orang yang sengaja menabrakkan diri?" ucap Kiran.

Fira hanya diam. Ia tidak bisa berkata-kata. Apa yang dikatakan Kiran benar adanya.

"Jika kau bodoh … setidaknya berperilaku lah dengan baik," ucap Kiran dengan nada merendahkan.

Kiran pun kembali melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda karena Fira.

Fira hanya bisa menggerutu sebal dalam hatinya. Ia merasa dipermalukan oleh Kiran dan ia tidak akan pernah menerimanya.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status