"Begitu masuk ke kantor polisi, aku akan mengajarimu bagaimana cara menjadi orang yang lebih baik."Sembari berbicara, dia merampas brankas dari tangan Nathan.Tiara berkata dengan marah, "Pak Rafel, sebaiknya kamu nggak menyentuh Nathan."Rafel tertawa terbahak-bahak. "Bukankah hanya bajingan kecil yang rakus uang dan nggak tahu diri? Aku bukan hanya akan memberinya pelajaran, tapi aku juga akan menjebloskannya dalam tahanan.""Tiara, Dokter Bayu, pulanglah dulu. Aku bisa menangani masalah ini sendiri," ucap Nathan.Tiara berkata dengan marah, "Nathan, kamu nggak salah. Pasti Alice, si jalang itu, yang memfitnahmu.""Nggak apa-apa. Siapa pun yang berani melawanku, aku pasti akan menemaninya sampai akhir," kata Nathan sambil mengangkat bahu."Lantaran Pak Rafel ingin memenjarakanku tanpa melakukan penyelidikan lebih dulu, aku akan mengikutinya dengan patuh dan menunggu keputusan akhir."Rafel mendecakkan lidahnya sambil berkata dengan nada sarkastis, "Bocah, biasanya orang pasti takut
"Kak Alice, kamu tahu mereka akan pergi lewat pintu belakang?"Setelah Nathan dan Monika dibawa pergi, Emilia dan Alice muncul di depan jalur khusus VIP.Emilia melirik sekilas Alice, lalu melontarkan pertanyaan dengan penasaran.Alice mendengus dingin, lalu berkata, "Ada barang berharga di tangan Nathan sekarang, Grup Valentino pasti akan mengatur mereka untuk mengambil jalur khusus.""Ingin bermain trik kecil denganku? Sayangnya, Monika masih belum pantas."Emilia tertegun sejenak, lalu berkata, "Kak Alice, setelah kamu mendapatkan kembali milikmu, bisakah kamu nggak bertindak terlalu keras pada Nathan?"Alice terkejut dan berkata, "Emilia, kamu nggak boleh berhati lembut seperti itu.""Rafel adalah kepala departemen kepolisian Beluno. Dialah yang berhak membuat keputusan tentang bagaimana menangani Nathan.""Kalau tindakan kejahatan yang dilakukan Nathan terlalu serius, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa."Emilia kemudian berkata dengan ragu, "Asalkan mendapatkan kembali milikmu, s
Saat ini, Brian merasa sangat senang. 'Nathan, akan lebih baik lagi kalau kamu langsung disingkirkan oleh Rafel.''Dengan begitu, nggak ada lagi yang bersaing denganku dalam mendapatkan Tiara.'Sayangnya, Dokter Bayu tidak mudah dibujuk begitu saja. Sebaliknya, dia langsung menatap Brian dengan ekspresi kecewa."Apa yang ingin kamu ungkapkan setelah bicara begitu banyak?"Brian menegakkan lehernya sambil berkata, "Aku hanya ingin mengingatkan Guru kalau Nathan itu sudah melakukan banyak kejahatan dan nggak tertolong lagi.""Sekalipun Keluarga Wijaya berusaha keras untuk menyelamatkannya, juga nggak ada gunanya. Kita nggak boleh berkonflik dengan polisi karena itu hanya akan menjadi akhir bagi Keluarga Wijaya."Dokter Bayu tampak marah besar. Dia sudah bersiap menampar wajah muridnya yang tidak berbakti itu.Tiara bergegas mendekat. Dia berkata dengan mata memerah, "Kakek, dia nggak berguna, mengapa kita harus minta bantuannya?""Aku sudah menelepon Regina. Ayo kita pergi selamatkan Nat
Di sisi lain, di kediaman Suteja.Setelah menyelesaikan pembicaraan teleponnya dengan Tiara, Regina langsung bersiap untuk keluar.Dia tidak akan melepaskan orang yang berani menyentuh Dokter Nathan."Nona, kamu nggak boleh keluar tanpa izin dari Nyonya."Billy yang berjaga di gerbang langsung menghentikannya.Regina memasang ekspresi datar. "Minggir. Aku punya urusan penting."Billy tidak bergerak sedikit pun. "Nona, aku harus mematuhi perintah Nyonya.""Kembalilah. Sekalipun ada urusan penting, kamu juga perlu izin dari Nyonya.""Bagaimana kalau aku bersikeras keluar? Paman Billy, apa kamu akan menyerangku?" seru Regina dengan dingin.Billy mengerutkan kening dan berkata, "Nona, mengapa kamu harus mempersulitku?"Regina berteriak dengan marah, "Minggir! Aku nggak peduli begitu banyak. Aku lihat siapa yang berani menghentikanku."Billy sangat marah, tetapi dia tidak berani menyentuh Regina."Lancang! Sebagai putri Keluarga Suteja, sekarang kamu makin kasar dan keterlaluan."Saat ini,
Nathan tersenyum dan bertanya balik, "Mengabari orang lain? Nggak kok. Ponselku disita, jadi aku nggak bisa mengabari orang lain."Monika menghela napas panjang. "Lantas, bagaimana Tuan Nathan bisa begitu tenang?""Tenang saja. Sebentar lagi akan ada orang yang membawa kita keluar dari sini," kata Nathan.Monika hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak yakin.Rafel adalah kepala polisi Beluno dan memegang posisi yang paling tinggi.Entah tokoh hebat seperti apa yang bisa datang untuk membebaskan mereka berdua?Monika sekarang bahkan tidak yakin. Sekalipun atasannya, Pak Roland, datang, dia juga belum tentu bisa menyelamatkan mereka.Karena sikap acuh tak acuh Rafel barusan telah memperjelas bahwa dia tidak akan memberi muka pada Roland.Rafel masuk ke dalam ruangannya dan langsung menelepon Alice."Haha. Teman lama, sudah beres semuanya.""Brankas milik bocah itu sudah jatuh di tanganku. Kapan kamu mau datang mengambilnya?""Nggak usah buru-buru. Lebih baik kamu beri tahu dulu apa renc
Monika tersenyum sinis. "Pak Rafel berencana mengambil barang orang lain secara terang-terangan?"Rafel berkata tanpa malu-malu, "Aku hanya ingin periksa di dalamnya ada barang curian apa saja."Monika menggertakkan giginya dan berkata, "Di dalamnya ada Akik Jangkrik Darah Empedu yang dimenangkan oleh Tuan Nathan dalam pertemuan penilaian barang antik kami. Barang itu bernilai ratusan miliar dan itu sama sekali bukan barang curian."Namun, Rafel tidak tertarik mendengar penjelasan Monika sama sekali.Saat ini, yang berputar dalam benaknya hanyalah serangkaian angka.Ratusan miliar!Sialan! Untung besar!"Hebat kamu, Nathan. Kamu terlibat dalam kasus kejahatan bernilai ratusan miliar."Rafel tampak gembira. "Sebagai Kepala Polisi, aku perintahkan kamu untuk membuka brankas ini sekarang juga."Nathan berkata dengan tenang, "Aku sarankan, sebaiknya kamu nggak menyentuh barang-barangku. Kalau nggak, jangan harap kamu bisa mempertahankan posisi kepala polisimu."Rafel tertawa dan berkata, "
Rafel masih terlihat tenang. Dia bahkan menyilangkan kedua kakinya di atas meja.Dia sama sekali tidak menganggap serius Keluarga Wijaya.Tiara berkata dengan nada dingin, "Pak Rafel, tolong lepaskan Nathan.""Atas dasar apa? Sudah seharusnya penipu dijebloskan dalam penjara," ucap Rafel sambil mendengus dingin.Tiara berkata dengan marah, "Pak Rafel, kamu terus menyebutnya sebagai penjahat, memangnya kamu punya bukti?""Tentu saja ada bukti, tapi hakim-lah yang harus melihatnya, bukan kamu.""Sebaiknya kalian pergi. Jangan sampai kalian divonis bersalah karena menyinggung kepala polisi. Saat itu, Keluarga Wijaya kalian nggak akan mampu menanggungnya."Dokter Bayu berkata dengan nada tegas, "Pak Rafel, Nathan bukanlah penjahat. Wali kota juga mengenal Nathan, jadi sebaiknya kamu nggak melakukan tindakan gegabah."Rafel mengerutkan bibirnya dan berkata, "Dokter Bayu, jangan coba-coba menakutiku. Dia hanya seorang pecundang. Sekalipun dia pernah bertemu wali kota sebelumnya, apa itu bisa
Jangankan Rafel, bahkan orang-orang dari Keluarga Wijaya pun terkejut.Wajah Tiara berubah pucat. Dia buru-buru mengingatkan teman baiknya, "Regina, jangan tembak."Jika Regina sungguh menembak mati Rafel, maka kasus ini pasti akan berubah.Regina mengarahkan moncong pistol ke dahi Rafel yang kini dipenuhi keringat dingin.Dia tidak menghiraukan nasihat Tiara."Gendut, aku sudah cukup menghormatimu.""Kamu sembarangan menangkap orangku. Kamu pikir aku nggak bisa melakukan apa pun padamu hanya karena kamu itu kepala Departemen Kepolisian Beluno?"Tatapan mata Nona Regina begitu tajam saat ini. Apalagi, tatapan menyeramkan itu membuat Rafel gemetar.Namun detik berikutnya, Rafel juga merasakan gelombang amarah di hatinya.Bagaimanapun, dia termasuk salah satu pimpinan di Beluno dan juga kepala polisi.Sekalipun orang-orang dari dunia bawah, mereka juga harus menghormatinya.Jika dia benar-benar menyerah hari ini, apalagi sebelum sempat memberi penjelasan pada Alice, dia sudah pasti akan
Melihat Nathan tidak senang, Nayana segera berkata, "Sayangku, jangan marah. Aku sudah berusaha semampuku.""Tapi orang yang memiliki ramuan itu adalah Tuan Edgar Santoso dari ibu kota provinsi.""Lelaki tua ini ngotot mengatakan dia nggak akan menyerahkan barang sebelum dia tahu siapa yang membutuhkan ramuan itu.""Sebenarnya, aku juga tahu makna di baliknya. Dia adalah komoditas langka dan berpikir bahwa orang yang membutuhkan ramuan itu pastilah orang penting di Beluno, jadi dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk menjalin hubungan!"Raut wajah Nathan perlahan kembali normal. Dia pun bertanya, "Dari mana asal Tuan Edgar Santoso ini?"Arjun berkata dengan nada tegas, "Tuan Nathan, aku tahu si lelaki tua ini. Dia adalah putra ketiga dari Keluarga Santoso di ibu kota provinsi.""Mengandalkan reputasi Keluarga Santoso, Edgar sukses besar di wilayah Bimala. Dia juga berhubungan baik dengan orang-orang dari dunia bela diri dan komunitas bisnis.""Lantaran orang ini punya banyak kenalan
Nayana bertanya dengan ragu-ragu, "Sayang, apa ini pil ... ajaib?""Benar! Obat ini bisa merangsang semangat dalam waktu singkat dan membuat kekuatan meledak melampaui level," jawab Nathan dengan nada datar.Arjun berkata dengan gembira, "Tuan Nathan, bukankah barang bagus seperti itu hanya bisa diperoleh sekte seni bela diri dan keluarga bangsawan kuno?""Nggak juga. Meskipun pil ajaib sulit dimurnikan, metode rahasia pembuatannya masih berada dikuasai oleh orang-orang yang punya kekuatan besar," ujar Nathan dengan santai."Tapi di Isernia yang luas ini, bukan hanya sekte, tapi juga keluarga bangsawan kuno, serta orang-orang dari semua lapisan masyarakat yang berkuasa."Nayana meraih botol kecil itu dan enggan melepaskannya. Dia pun berkata, "Pil ini merupakan obat yang nggak bisa dijangkau oleh orang biasa. Aku pernah melihatnya di sebuah pelelangan.""Pil biasa saja harganya sudah hampir beberapa miliar, apalagi nggak ada pasar sama sekali. Sekalipun orang biasa punya uang, juga ngg
"Aku dengar Penguasa Analin ini, karena sudah lama menjadi janda, dia suka mengincar pria muda yang tampan."Nathan tersenyum dan berkata, "Baiklah, aku sudah mengerti.""Dia suka pria muda yang tampan, tapi aku bukan."Tiara menghentakkan kakinya dan berkata, "Percayalah, yang aku katakan itu nyata.""Reputasi Nayana nggak pernah bagus selama ini. Aku hanya takut kamu akan terpikat olehnya.""Tiara, kamu cantik dan punya tubuh yang bagus. Bukankah yang seharusnya bisa memikat pria itu kamu dan bukannya Nayana?" kata Nathan dengan nada bercanda.Wajah Tiara memerah. Dia berkata dengan nada canggung, "Nathan, kamu sekarang pintar ya. Kamu sudah bisa menggoda gadis dan menggombal.""Aku nggak peduli sama kamu lagi. Aku pergi!"Dia memegangi dadanya yang berdebar kencang dan berlari menjauh.Dia diam-diam mengumpat dalam hatinya, 'Tiara, apa kamu sudah gila? Meski Nathan baik, dia itu lelaki-nya sahabatmu. Kamu nggak boleh menyentuhnya. Kalau nggak, kamu akan dicap jalang!'Arjun dan Naya
Rafel mengangguk berulang kali. "Benar. Kalau bukan karena Alice memfitnah Tuan Nathan, saya nggak mungkin berani menangkap Anda."Nathan melambaikan tangannya. "Ya sudahlah. Aku harap Pak Rafael tahu apa yang harus dia lakukan terhadap Alice."Wajah Rafel berubah muram. "Jangan khawatir, Tuan Nathan. Perempuan jalang ini hampir membuatku melakukan kesalahan besar. Aku pasti nggak akan melepaskannya dengan mudah."Nathan berkata sambil tersenyum, "Tapi aku dengar dari Pak Samuel, kamu masih ingin tidur dengan Alice."Rafel langsung berseru, "Tuan Nathan, itu hanya karena aku khilaf sesaat.""Sekarang aku sudah buang jauh-jauh pemikiran itu. Aku hanya ingin menampar perempuan jalang itu dan menarik batas dengannya."Nathan mengangguk. "Jangan sampai dikendalikan oleh nafsu. Pak Rafel, kamu harus waspada."Rafel pun pergi dengan takut-takut. Setelah itu, Regina tersenyum dan berkata, "Dokter Nathan, aku lega melihatmu baik-baik saja.""Kalau begitu, pulanglah bersama Tiara dan lainnya. A
Rafel tertawa datar dan berkata, "Saya nggak berbudi luhur dan mulia seperti Anda, Pak Samuel.""Seperti kata pepatah, bunga liar lebih harum daripada bunga dalam rumah. Bunga di rumah nggak seindah bunga di luar.""Alice adalah wanita cantik dan berbakat dari Keluarga Sebastian di Naroa. Wajar saja aku tertarik dengannya.""Lagi pula ...."Melihat Rafel tampak ragu untuk berbicara, Samuel pun bertanya, "Lagi pula apa? Ceritakan secara rinci agar aku bisa membantumu berbicara."Rafel berkata dengan canggung, "Lagi pula, bisa meniduri wanita berstatus tinggi seperti Alice bukan hanya membuatku gembira, tetapi juga memberiku kepuasan tersendiri.""Selain itu, aku juga akan merekam video tanpa sepengetahuannya. Jadi, kelak aku bisa menontonnya lagi.""Pak Rafel, pikirkanlah, wanita seperti Alice bukanlah wanita yang bisa sembarangan diajak kencan. Asalkan berhasil sekali dan meninggalkan rekaman, aku bisa menggunakan rekaman ini untuk meminta Alice melayaniku lagi ...."Samuel menarik nap
Hanya berdasarkan reputasi sebagai orang terkaya di Beluno, Bima sudah bisa membunuh Rafel.Lantas, bagaimana dengan majikannya orang terkaya di Beluno? Status tinggi seperti apa lagi yang dimilikinya?Rafel benar-benar tidak berani memikirkannya lagi. Dia sangat putus asa, seakan-akan badai akan datang dan langit sudah mau runtuh."Percuma saja kamu menangis sekarang. Lagian, sudah terlambat," ucap Samuel."Aku tanya kamu, kenapa kamu berani menangkap Tuan Nathan tanpa alasan jelas?""Itu karena Alice. Wanita itu mencurigai Tuan Nathan melakukan penipuan di konferensi penilaian barang antik dan membuatnya kehilangan ratusan miliar, jadi aku ...." kata Rafel dengan wajah muram.Sebelum Rafel menyelesaikan ucapannya, Samuel langsung mendengus. "Jadi, kamu percaya perkataan wanita ini dan pergi mencari mati?""Sebelum menangkap orang, kamu bukan hanya nggak mengikuti prosedur, tapi juga nggak menemukan bukti? Semua itu hanya berdasarkan omong kosongnya Alice?"Rafel menundukkan kepalanya
Rafel memegang erat jarinya yang berdarah. Dia sudah hampir pingsan karena rasa nyeri yang hebat.Adegan ini bahkan membuat Arjun dan Nayana menggigil ketakutan.Mereka berani mengancam Rafel dan juga berani mempertaruhkan nyawa.Namun, mereka tidak mungkin berani bertindak langsung di kantor polisi ini, yang mana merupakan wilayah-nya Rafel.Lantaran di luar sana ada belasan lebih penegak hukum yang bersenjata lengkap. Semuanya bisa menembak mereka dalam hitungan menit.Namun, Bima berbeda. Orang paling kaya di Beluno itu langsung memotong jari kelingking Rafel saat itu juga.Kekuatan seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa ditandingi oleh mereka yang berada di dunia bawah tanah.Regina buru-buru bertanya, "Tuan Bima, di mana Nathan dan lainnya?"Bima tersenyum dan berkata, "Regina, pergilah dan lihat kondisinya. Dia baik-baik saja, tapi dia pasti akan senang kalau tahu kamu ada di sini."Regina tersipu malu. Dia pun mengajak Tiara, Dokter Bayu, dan para murid untuk mencari Nathan.Sam
"Rafel, apa kamu menyebutku bajingan rendahan barusan? Jawab aku!"Begitu masuk ke dalam, Samuel, wali kota Beluno, langsung memasang wajah dingin.Bukan hanya Rafel saja yang ketakutan setengah mati, tetapi Arjun, Nayana, bahkan Dokter Bayu, Tiara, dan Regina juga sangat terkejut.Tidak ada seorang pun yang berani berbicara. Lantaran selain Samuel, wali kota Beluno, masih ada Bayu, orang paling kaya di Beluno yang muncul di sana.Selama ini, Bayu dianggap rendah hati di kalangan kelas atas Beluno, atau lebih tepatnya tidak suka menonjolkan diri.Hanya orang berakal sehat yang tahu bahwa Tuan Bima ini jelas merupakan orang hebat yang tidak berani diganggu siapa pun.Lantaran Bima bukan hanya mengendalikan perusahaan besar, tetapi juga memegang perekonomian Beluno.Latar belakang Bima bahkan lebih menarik perhatian banyak orang.Orang terkaya ini bukan penduduk asli Beluno, tetapi berasal dari ibu kota, tempat di mana terjadinya banyak peristiwa besar.Tidak ada orang yang mengetahui la
"Kalau nggak, ratusan anak buahku dari Gluton akan menginap di rumah Pak Rafel malam ini."Rafel berkata dengan marah, "Arjun, apa maksudmu? Kamu sedang mengancamku?"Ekspresi Arjun tiba-tiba berubah gelap. "Benar, aku sedang mengancammu. Memangnya kenapa?""Rafel, yang lain mungkin takut padamu, tapi aku sama sekali nggak takut padamu.""Kalau terjadi sesuatu pada Tuan Nathan di sini, percaya nggak, sekalipun harus mempertaruhkan nyawaku, aku pasti akan menghabisimu."Melihat Arjun yang tiba-tiba berubah galak, Rafel tampak ketakutan dan wajahnya juga muram.Bersamaan dengan itu, dia juga kebingungan. Sialan! Siapa sebenarnya Nathan ini?Mengapa bahkan penguasa dunia bawah juga ikut campur sekarang?Apalagi dilihat dari sikap Arjun barusan, sepertinya pria itu serius ingin melawannya sampai mati.Jika memang seperti itu, Rafel tentunya tidak ingin mengambil nyawa sebagai bahan lelucon."Aku harap kalian berdua pikirkan baik-baik. Sekalipun di bawah tekanan sementara, aku melepaskannya