Bertemu dengan manusia pertama kali dan manusia tersebut adalah mate dari seorang King Alpha, pimpinan tertinggi di muka bumi ini. Pertama kali pula 'lah Rena melakukan kesalahan yang menurutnya fatal. Ia tak mengerti kondisi dan situasi tersebut.
Di pagi hari, melaksanakan tugasnya di hari pertama. Rena yang mengetuk pintu kamar kedua pengantin itu namun tak ada yang menyahut membuatnya langsung masuk. Tapi naas, wanita di ranjang yang ia kira sedang tertidur ternyata bangun dan terperanjat kaget. Ia juga melihat Luna Lea yang meringis kesakitan.
Mata Romeo awas saat melihat laki-laki asing yang dari kejauhan memandangi ke arahnya, tepatnya perempuan di samping dirinya. Mata itu seolah memancarkan keterkejutan ditambah seperti kerinduan yang mendalam? Gemuruh yang terjadi di hati Romeo lebih besar daripada suara musik malam ini, alunan yang lembut pengiring dansa menjadi tak ada artinya saat pria itu secara intens memperhatikan Rena. Sudah sedari awal, ia diberitahukan oleh Jade bahwa tamu dari The Coldest Pack itu memberikan tatapan aneh ke arahnya.
"Apakah ada yang ingin Anda beli selain ini, Luna?" tanya Rena saat tangannya penuh dengan kantong belanjaan dengan berbagai macam warna. Sudah lama mereka menjelajah di tempat keramaian ini. "Apa menurutmu aku hanya memerlukan ini saja?" Bukannya menjawab, Lea malah balik bertanya dan tersenyum lebar saat melihat Rena yang bingung dengan pertanyaannya sendiri. "Saya rasa ini su
Kebahagiaan di istana begitu cepat, mereka yang mendengar bahwa sang Luna sudah berbadan dua langsung antusias bukan main. Istana akan mendapatkan penerus yang membuat siapa saja bahagia atas kedatangan sang pewaris takhta. Euforia yang terjadi atas berita bahagia ini pasti langsung menyebar luas. Luna Irene langsung menggelar hajat besar-besaran guna memberitahukan penduduk Black Forest.
The Lightcrown Claws Pack pagi ini dikejutkan oleh teror dari gagak hitam yang membawa surat berdarah. Surat yang bertuliskan kecaman bagi para penghuni istana khususnya para pimpinan mereka. Ruangan ini juga sudah dipenuhi oleh para petinggi istana; Alpha Jonathan, Luna Irene, Alpha Nick, Luna Lea dan
Beta Romeo hancur? Tentu saja. Bagaimana ia tak hancur jika Ratu istana ini tak sadarkan diri dan sekarang berada dalam bopongnya. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada pimpinannya alasan apa yang masuk akal karena semua kecerobohannya. Ia ceroboh karena tidak bisa menjaga pack dengan damai. Tak bisa dipungkiri tangannya semaki
Hutan belantara, banyaknya pohon besar dan suasana yang mencekam tak membuat pria yang memiliki tinggi lebih dari 185 cm itu goyah. Tekad yang selama ini ia pendam akhirnya membumbung tinggi layaknya burung-burung yang terbang bebas di angkasa. Tak menampik, dirinya sejak pagi tak bisa tenang. Ia butuh kekuatan tapi hanya ada kemudi yang sedari tadi ia cengkeram dengan sangat kuat. Pedal gasnya sudah ia injak dalam-dalam agar sampai ke tempat tujuan. Pa
Rena masih memperhatikan pria yang berada dibalik kemudinya. Mereka berdua sama-sama terluka, tak bisa memendam kebahagiaan dan kesedihan secara bersamaan. Ia juga bisa melihat pria tampan itu berulang kali mengusap matanya yang berair. Tak ada pembicaraan dari keduanya, tapi Rena masih menatap lekat pria itu dengan mata memerah. Tak peduli juga luka-luka yang sudah tergambar di seluruh tubuhnya. "Apa kau benar? Kau adalah kakakku?" tanya Rena bergetar.
Romeo mengelap sudut matanya yang sudah basah. Tangannya masih memegang ranting yang sedari tadi ia genggam, ranting yang menjadi kenangan buruk untuk mereka berdua terakhir kali. Kakinya goyah, hampir tak bisa berpijak. Andai saja ia memiliki tongkat untuk menopang tubuh, bisa dipastikan ia menginginkannya. Ia tak mau terlihat lemah, ia tak mau terlihat lusuh. Apalagi di depan para warior yang menghormati dirinya.