Jack ingin sekali terus memaksa Evan untuk menjawab pertanyaannya, namun tiba-tiba ruang sidang ricuh.Mereka berbalik dan kaget ketika mendapati Thomas Woods sedang tidak sadarkan diri. Dua orang langsung menggotong tubuh pria itu menuju ke pintu keluar ruang sidang."Apa yang terjadi?" tanyanya pada salah seorang polisi yang ikut mengawal dua orang tadi."Dia tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah memegang dadanya.""Apa kalian yakin itu bukan hanya triknya saja agar terbebas dari hukuman?" tanyanya curiga."Kita tunggu saja pemberitahuan dari dokter. Dia akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Terdakwa tadi mengeluh dadanya sakit."Polisi itu dengan cepat berlalu mengikuti dua orang yang membawa Thomas. Jack langsung mengikuti mereka."Kau yakin dia benar-benar sakit?" tanya Evan yang juga mengikuti.Mereka berjalan dengan cepat karena tidak ingin ketinggalan. Sidang untuk Thomas terpaksa ditunda dan langsung dilanjutkan dengan sidang untuk Daniel Rhode. Tapi Jack tidak peduli.
"Aku ingin kau mengingatku setiap malam."Jack terbangun dengan nafas terengah-engah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan mata nanar."Elena?" Ia bangkit dari ranjang dan mencari keberadaan Elena di kamar mandi.Kosong. Bahkan lantai kamar mandi pun kering. Ia meremas rambutnya. Telinganya benar-benar mendengar suara Elena di dalam sana."Jack, sarapan sudah siap. Ayo makan dulu."Matanya membelalak dan jantungnya berdegup kencang. Tiba-tiba hatinya terasa penuh. Syukurlah itu semua hanyalah mimpi. Elena masih berada di mansion ini. Ia harus meminta maaf pada wanita itu.Dengan cepat ia keluar dari kamar dan berlari menuruni tangga. Hatinya berbunga-bunga karena sebentar lagi akan merasakan masakan Elena yang lezat."Elena?"Senyumnya luntur saat mendapati ruang makan kosong. Ah, mungkin Elena sedang berada di dapur. Ia melangkah menuju ke dapur karena mendengar suara alat-alat masak dan percakapan di sana. Senyumnya kembali mengembang ketika sampai di dapur dan melihat perempuan bera
[Tuan Jack mengamuk dan menghancurkan kamar yang dulu ditempati oleh Nona Rose. Dia menyalahkan Nyonya Julia karena selalu memaksanya untuk menerima perjodohan. Tuan Jack merasa tertekan. Saya pikir dia sudah berada di ambang batasnya setelah Nona Elena meninggalkannya, Tuan.]Informasi dari Robert membuat amarah yang selama ini selalu ditahan oleh Jacob Reeves akhirnya mencuat ke permukaan.Sejak dulu, ia hanya diam saja ketika Julia selalu mendikte Jack harus kuliah dimana dan berpasangan dengan siapa.Ia tahu anaknya sangat tidak suka dikekang apalagi diatur. Sama seperti dirinya dulu. Ia sengaja membiarkan Julia berbuat sesuka hatinya, sampai akhirnya sikap Jack berubah.Jack dulu adalah anak yang ceria dan supel. Selalu mengungkapkan perasaannya tanpa peduli dengan pendapat orang lain.Tapi semua berubah setelah Julia mengancam untuk mengirim Jack ke Argentina jika tidak mau menuruti keinginannya untuk kuliah di jurusan kedokteran. Jack yang begitu menyayangi ibunya harus mengubu
"Aku sudah gagal menjadi ayah yang baik untuk anakku sendiri," gumam Edward untuk yang kesekian kalinya.Jacob hanya bisa menghela nafas panjang. Ia turut prihatin dengan apa yang menimpa Edward dan anaknya. Ternyata memang tidak semua konglomerat bahagia dengan hartanya."Segera setelah Bradley Smith mengatakan bahwa Elena langsung menangis setelah menyuntik Thomas dengan morfin dosis tinggi, aku tahu ada yang tidak beres. Dia bukanlah orang yang suka kekerasan."Jujur ia sangat terkejut mendengar penuturan itu. "Dia menyuntikkan morfin? Kenapa dia bisa seberani itu?""Itulah yang menjadi pertanyaanku. Brad bilang, Elena memiliki sisi gelap yang akhirnya muncul ke permukaan ketika sudah berada di ambang batas. Dan Thomas adalah pemicunya. Aku...aku tidak pernah menyangka bahwa anakku..."Jacob menepuk punggung Edward untuk memberinya dukungan. Pasti rasanya hancur ketika mengetahui bahwa anak yang selama ini kita jaga dengan baik, ternyata memiliki sisi gelap yang disebabkan oleh ora
Tidak ada getaran. Jantungnya juga berdegup dengan normal. Tidak ada rasa aneh berlebihan ketika melihat wajah Claire. Ia menghembuskan nafas lega.Akhirnya perasaan itu menghilang. Rasa bersalahnya pada laki-laki di sebelah Claire yang sejak tadi menatapnya tajam pun sirna."Dengar, aku meminta kalian untuk datang ke sini sebenarnya adalah karena aku ingin meminta maaf," mulainya dengan tegas.Arsen menaikkan sebelah alisnya sambil melipat tangan di depan dada. Mereka sudah seperti musuh bebuyutan saja."Meminta maaf karena apa? Kau tidak salah apa-apa," tanya Claire dengan kening berkerut."Kau baru sadar yang kau rasakan pada istriku itu salah? Rasakan sekarang, kau akhirnya ditinggal oleh calon istrimu. Memang dasar brengs...""Sayang, jangan ketus begitu. Kita dengarkan dulu apa yang ingin disampaikan oleh Jack," tegur Claire dengan mata memelototi suaminya.Ia terkekeh geli. Ternyata bukan hanya dia saja yang tiba-tiba bertingkah kekanak-kanakan ketika menemukan perempuan yang t
"Setelah Elena memergokimu sedang bersama Claire di restoran milik Arsen Forbes, dia pergi ke apartemen Alan Brown. Kami tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia keluar dengan wajah dingin. Bayangkan betapa kagetnya kami ketika melihat perubahan wajahnya yang begitu drastis."Jack meringis ketika mengingat momen itu. Rasanya dadanya seperti ditinju."Setelah itu dia mengajak kami ke sebuah restoran dan meminta tolong pada kami untuk membekuk Lucas. Dia sudah mengeluarkan pancingan agar Lucas mendatanginya. Semua kartu dan rekening pria itu diblokir, lalu dia mengirim pesan yang berisi ejekan.""Benarkah?" kata Jack dengan ekspresi terkejut."Dia itu cerdik, Bro. Tipe wanita yang hanya diam dan mengamati, lalu diam-diam mengeksekusi. Dan benar saja, Lucas memang memakan umpan itu. Kami langsung mengikuti mereka setelah keluar dari bioskop.""Tunggu, tunggu! Jadi sebenarnya kalian mengikuti kami? Sialan! Kenapa aku tidak bisa merasakan kehadiran kalian?" umpat Jack kesal.Evan mendengkus.
Satu pertanyaan yang membuat Jack penasaran setengah mati. Kenapa Elena bisa mengenal Leo? Pertanyaan yang sudah terbentuk di otaknya di hari pernikahannya yang gagal, namun terlupakan begitu saja karena pikirannya kalut."Apakah mereka berdua sering datang ke sini?" tanyanya penasaran."Tidak sering. Paling hanya sebulan sekali. Tapi dulu Nona Elena sering datang ke sini. Kasihan dia. Begitu kesepian," jawab pemuda yang bernama Chad itu."Ceritakan padaku, kenapa kalian bisa mengenal Elena?" desaknya.Bukannya menjawab pertanyaannya, Chad malah membuka laci di meja kerja yang dikunci. Pemuda itu mengeluarkan sebuah bingkisan yang dibungkus dengan kertas kado."Aku tidak tahu kenapa Nona Elena menyimpan benda ini di sini. Ukurannya lumayan besar, jadi agak sesak," gumam Chad dengan wajah meringis sambil menarik bingkisan itu dengan sedikit kesulitan.Pemuda itu menghela nafas lega setelah berhasil mengeluarkan bingkisan itu, lalu menyerahkannya pada Jack."Dia berpesan padaku untuk me
Jack menatap Chad dengan penuh harap. Informasi yang baru saja didapatkannya membuka secercah harapan yang membuatnya kembali bersemangat."Bagaimana kau bisa yakin bahwa Leo tahu dimana keberadaan Elena?"Pemuda berwajah Latin itu menatap ke atas sambil memegang dagunya. "Waktu itu...dia datang ke sini di pagi-pagi buta. Aku kebetulan datang ke restoran lebih awal karena harus menyetok bahan-bahan yang hampir habis. Aku mendengar dia sedang berbincang dengan seorang laki-laki."Ingin sekali ia mengguncang-guncang bahu pemuda itu agar langsung berbicara tentang intinya saja."Lalu?" desaknya tak sabar."Aku tentu saja menguping. Rasanya semua orang yang berada di posisiku pasti penasaran, kan?""Ck! Bisakah kau langsung pada intinya saja? Aku tidak memiliki banyak waktu," sergah Jack dengan mata melotot, membuat Chad langsung gelagapan."Ah, iya maaf. Aku mendengar Nona Elena ingin pergi jauh, tapi jangan sampai siapapun tahu. Lalu Tuan Leo berbicara tentang helikopter pribadi. Setela