Share

Tawaran Menjadi Bodyguard

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-30 13:53:33

"Calarado Zimario Mahardika. Aktif di organisasi bela diri. Udah pegang sabuk biru. Cenderung introvert, nggak punya teman, nggak ada yang tahu siapa keluarganya. Tapi dari pantauan detektif, dia dari keluarga berada."

Kaika menunjukkan foto rumah Rado yang terpotret oleh detektif sewaan Risty. 

"Di kelas dia juga pendiam banget. Nilainya juga nggak lebih bagus dari gue."

Rado berada satu kelas perkuliahan bersama Kaika dan Risty. Dan sudah menjadi rahasia seluruh kampus jika Risty memiliki julukan Nona Muda karena berasal dari keluarga bergelimang harta.

"Terus, kamu mau apain si Rado?"

Risty membuka salep untuk mengobati memar yang nampak samar di pipinya akibat pertengkaran dengan saudara tirinya, Ziany. Mereka sama-sama menuntut ilmu di universitas terkenal itu namun berbeda fakultas. 

"Hubungi dia, bilang aja Risty pengen ketemu."

"Ris, stop berantem sama saudara tiri lo! Emang lo nggak takut kalau Ziany khilaf bawa pisau?!" Ucap Kaika, sahabat sekaligus tangan kanan Risty di kampus. 

"Lihat aja apa yang bakal gue lakuin."

Dan siang itu setelah memar di pipinya tersamarkan, Risty mengganti pakaian formalnya saat ke kampus dengan pakaian kurang bahan andalannya. Rok mini dengan tank top yang dilapisi jaket denim tanpa di kancingkan. Rambut hitam curly digerai indah serta sepatu boot selutut andalannya. 

Merasa sudah sangat cantik, ia turun dari apartemen mewahnya menuju mobil pribadinya yang begitu out of place. Mercedes terbaru yang harganya cukup mendebarkan hati. Itu wajar, karena ia putri kaya raya. 

Kaika hanya menunggu di sudut caffe begitu Risty melenggang masuk dengan gaya cantik dan menawannya. Lalu duduk di hadapan pemuda memakai kaos oblong hijau lumut, dengan rambut hitam pendek yang kontras dengan warna kulitnya yang putih. 

"Rado."

Ia sedikit mendongak menatap wajah Risty dengan raut datar nan cuek. "Ada perlu apa?" 

"Thanks lo udah sempetin datang. To the point aja, gue butuh bodyguard."

Kedua alis Rado hampir bertaut dengan mata melirik tajam. "Lalu?"

"Gue mau lo yang jadi bodyguard gue."

Rado mendengus pelan. "Sorry, lo salah orang."

"Nggak. Gue udah tahu banyak hal tentang lo. Gue udah sewa detektif buat ngawasin lo seminggu ini."

"Kurang kerjaan."

"Nggak juga."

"Lo bisa cari orang yang kompeten."

"Dan berakhir nggak profesional. Mereka protektif tapi nggak bisa nahan diri buat nggak goda gue."

Mata Rado menelisik gaya berpakaian Risty. "Lo yang mancing."

Risty menggeleng. "Mereka yang ganjen."

"Sorry, gue nggak minat jadi bodyguard lo."

"Lo cuma lindungi gue kemanapun gue pergi karena saudara tiri gue nggak bakal tinggal diam. Lima belas juta tiap bulan. Kurang?"

Rado mengambil jaket dan tas kuliah yang ada di samping lalu pergi meninggalkan Risty tanpa salam. Dia merasa permintaan gadis itu terlalu konyol dan Rado tidak memiliki kapasitas untuk itu. Ia memiliki kemampuan ilmu bela diri hanya untuk melindungi orang yang ia kehendaki.

"Songong lo jadi cowok! Sok nggak butuh duit!"

Rado menoleh lalu mengacungkah jari tengah ke arah Risty. Tanpa memakai jaketnya, ia memacu motor sport hitam miliknya melewati Risty begitu saja. 

"Shit!"

***

Sasha : Rado, jangan makan di luar ya? Tadi aku bikin mie ayam spesial buatan sendiri. Khusus buat kamu ada sosis bakarnya. 

Dua tahun hidup satu atap dengan Rado, membuat Sasha cukup mengenal apa yang Rado sukai dan tidak. Walau gangguan mentalnya telah terminimalisir dengan baik, sudah menjadi keharusan bagi Sasha untuk memperhatikan kebutuhan nutrisi dan gizi adik iparnya itu. 

Rado : Ya, Mbak.

Perhatian lebih yang Sasha berikan bertujuan untuk mengorek rahasia apa yang membuat Rado menjadi begitu menjaga jarak dengan Kian selama satu minggu ini. 

Tidak ada yang tahu jika Rado ketakutan dan cemas tiap bertemu Kian akibat ulahnya meniduri Sasha secara diam-diam. Beruntung Kian tidak frontal mencari tahu alasan Rado menghindar karena ia tidak mau  Rado tidak nyaman di rumah atau nekat dengan menyakiti diri sendiri.

Seperti biasa, Shakira akan begitu bahagia ketika Rado baru datang dari kuliah. Gadis ciliknya Kian itu merengek minta digendong. 

"Kamu mau disayang juga?" Tanya Rado dengan senyumnya ketika Shakira berlari ke arahnya.

"O ado ayang."

Kegugupan yang tadi menjalari benaknya karena melihat mobil Kian telah terparkir digarasi, menguap begitu saja ketika Shakira menggelayut manja. Tanpa lama-lama, Rado menciumi pipi balita itu dengan gemas hingga terkekeh senang. 

"Do, ayo makan. Udah aku siapin sama lemon hangatnya juga." Itu suara merdu Sasha.

Dan dalam sekejap hati Rado membungah diikuti senyum yang merekah. Ia begitu bahagia jika Sasha memberinya perhatian lebih. Dalam benak Rado, wanita mana yang sudi mencintai dirinya setulus ini jika bukan Sasha. 

Dimatanya, Sasha adalah sosok perempuan idaman. 

"Mas, ayo makan dulu." Sasha berucap ketika Kian baru selesai mandi. 

"Tunggu bentar, Sha. Aku mau ganti memori CCTV rumah. Udah penuh kayaknya."

Jantung Rado seperti berhenti mendadak ketika mendengar kata 'rekaman CCTV'. Rado ingat jika bagian dalam rumah juga dipasang CCTV dan itu artinya jika Kian melihat rekaman saat Rado menggendong Sasha menuju kamar satu minggu lalu, bukan tidak mungkin Kian berubah murka. 

Rado sangat tahu seberapa besar cinta Kian untuk Sasha. 

"Do, ayo sini makan." Ajak Sasha namun Rado bergeming dan mulai terlihat cemas. 

Sasha yang menyadari ada ketidakberesan di dalam diri Rado pun mendekat. "Do, kenapa? Kamu ada masalah di kampus?"

Ia tiba-tiba menjaga jarak dari Sasha lalu menurunkan Shakira dari gendongan. 

"Rado? Ada apa?" Sasha makin yakin jika Rado menyembunyikan sesuatu yang membuatnya enggan bercerita. 

Dengan langkah lebar bahkan setengah berlari, Rado menuju kamar dan menguncinya rapat-rapat. Meski Kian dan Sasha membujuknya untuk keluar, ia tidak mempedulikan. Bahkan menutup telinganya rapat-rapat sambil bersembunyi di sudut kamar. 

"Jangan panggil aku lagi! Tinggalin aku sendiri!"

***

Gangguan kecemasan dan kelekatan akibat trauma yang Rado derita akan selalu ada dan berkembang lebih ganas jika pemicunya hadir. Maka dari itu ia tidak pernah benar-benar bisa melepaskan diri dari konseling dan obat-obatan.

Rumah konseling tak ubahnya seperti rumah sakit jiwa mini dengan beberapa pasien gangguan mental ringan. Rado merasa jika rumah konseling terasa dingin dan tidak hidup sama sekali, seperti dipenjara.

Ia pernah merasa tertekan karena bersedia dibawa ke rumah konseling untuk dibina saat masih SMP. Bukan semakin membaik, Rado justru memohon kepada Mama dan Kian untuk dibawa pulang dengan syarat akan patuh dengan semua perintah keduanya.

"Gue cuma perlu dikasihani dan disayangi, bukan ditaruh disana buat dibina. Gue nggak mau. Gue nggak gila. Gue normal."

Tangannya menggenggam erat buku catatan kesehatan mental sambil memejamkan mata.

Jika gangguan kecemasan ini terbangun maka Rado tidak memiliki pilihan selain menghubungi ahlinya. Dia perlu obat penenang dan Dokter Rafael yang bisa membimbingnya melawan kecemasan itu.

Rado terpaksa menerima satu hal konyol yang kemarin sempat Risty tawarkan. Karena itu jalan tercepat yang bisa ia tempuh.

"Halo, Kai. Gue Rado. Bisa hubungin gue ke Risty?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Menikah

    Akhirnya persidangan perceraian Risty dan Richard selesai digelar. Perjuangan berat dan besar Kak Alfonso memenangkan harta Risty yang tidak seharusnya dibagi akhirnya dikabulkan oleh pengadilan. Richard mendapatkan harta gono gini namun tidak dengan warisan Risty dari Papanya yang telah tiada. Walau begitu, masih ada masalah lain yang belum terselesaikan tapi Risty memilih untuk mundur. "Aku mundur, Mas Al," ucapnya pada Kak Alfonso. Aku, Risty, Kak Alfonso, dan pengacaranya sedang duduk bersama di ruang tamu rumah Mas Kian untuk membahas hasil persidangan hari ini. Kemudian Risty meletakkan berkas pengadilan yang tebal itu di meja kaca ruang tamu. "Aku bertekad mandiri, Mas Al. Masalah warisanku yang masih dikuasai Nenek dan Kakek, aku nggak peduli lagi. Terserah mau mereka apakan harta Papa." Kak Alfonso memandang Risty tidak habis pikir. "Ris, itu hakmu. Warisan itu bisa kamu pakai untuk modal bisnismu." "Lalu berjuang lagi di pengadilan? Aku lelah, Mas Al." "Kakek da

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Risty Tidak Boleh Pergi Lagi

    Perceraian Risty sudah diserahkan pada pengacara kepercayaan Kak Alfonso. Dia hanya tidak mau waktunya terkuras habis memikirkan perceraian yang diprediksi bakal alot itu. “Aku mau perceraian kami tahu beres, Mas. Masa bodoh sama harta dan warisan itu. Yang penting aku bisa lepas dulu dari Richard,” ucap Risty malam itu di rumah Mas Kian. “Apa yang jadi hakmu bakal aku perjuangin sama pengacara, Ris.” Kepala Risty mengangguk, “Makasih, Mas. Tapi aku nggak berharap banyak.” “Belum dicoba. Jangan pesimis dulu.” Aku yakin jika Kak Alfonso bisa membantu Risty memenangkan perceraian itu secara adil Semoga saja karena Risty benar-benar seperti perempuan tanpa keluarga. Bahkan Risty merelakan warisan dari Papanya jatuh ke tangan nenek kakeknya karen tetap memilih bercerai dari Richard. Apapun konsekuensinya Risty sudah pasrah dan memilih menjalani kehidupan selanjutnya sesuai versi dan kemampuannya sendiri. Kini, ia jauh lebih selektif menggunakan uang dari pada biasanya. Sudah pasti k

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Syarat Terkabulkannya Perceraian

    "Nenek dan kakek nggak akan percaya gitu aja sama ucapanmu, Ris! Kecuali kamu punya bukti kalau Richard memang main perempuan kayak tuduhanmu!" Neneknya berseru tidak terima dengan menatap Risty tajam. "Aku malas kalau harus buka cctv rumah, Nek. Buat apa aku menenggelamkan diri ke tempat yang selama ini cuma bikin aku menderita. Itu bukan rumah, tapi ne-ra-ka!""Itu artinya kamu cuma fitnah! Bisa bicara tapi nggak ada bukti yang nyata! Ini lebih kejam dari pembunuhan, Ris! Apalagi yang kamu fitnah itu suamimu sendiri!" giliran Ibunya Richard yang berseru tidak terima dengan menunjuk wajah Risty.Risty menatap semua yang ada di ruangan ini lalu berdiri dari duduknya. Kemudian aku ikut berdiri. "Silahkan kalian lihat dan cek sendiri. Masih ada di cctv rumah. Jangan suruh aku ngurusin hal sam-pah kayak gitu! Aku muak! Lebih muak lagi menjadi anggota keluarga ini!" ucapnya sungguh-sungguh dengan hati kesal sekali. Kemudian ia menatap nenek dan kakeknya bergantian. "Kalau nenek dan kak

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Coret Namaku Dari Daftar Keluarga

    Malam ini, Mas Kian mengizinkanku tidur di rumahnya dengan alasan harus menjaga Risty yang tidak stabil emosinya. Sekaligus ingin berbicara empat mata dengan Mas Kian tentang perasaanku pada istrinya, Mbak Sasha, yang kini sudah tidak ada lagi. Berharap Mas Kian tidak perlu khawatir aku akan melakukan hal tidak benar seperti masa lalu pada istrinya."Hatiku benar-benar udah buat Risty, Mas. Udah nggak ada lagi cinta buat Mbak Sasha. Tapi, demi kebaikan bersama, setelah kakek neneknya Risty tiba di Indonesia, aku bakal balik ke apartemen." Kepala Mas Kian mengangguk pelan. Kami tengah duduk bersama di dapur, malam-malam begini. Membicarakan urusan lelaki."Apapun itu, Do. Mas akan dukung selama kamu bisa mengendalikan isi hatimu pada orang yang nggak seharusnya. Oh ya, kapan kakek neneknya Risty datang ke Indonesia?" "Diusahakan secepatnya sama Kak Al." Keesokan harinya, aku sengaja mengetuk pintu kamar Risty lebih dulu sambil membawa segelas susu hangat. Semoga saja dia sudah bangu

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Kami Bisa Memulainya Dari Awal

    "Rado, kamu dimana? Risty mengurung diri di kamar. Mas takut dia nekat!" ucap Mas Kian melalui sambungan telfon dengan suara panik. Bulu kudukku meremang begitu mendengar ucapan Mas Kian. Apa Risty berpikir ingin mengakhiri hidupnya? Astaga, Tuhan! Tolong halangi Risty melakukan itu! Baru saja aku selesai membuat kesepakatan dan negoisasi dengan Richard tentang pernikahan mereka, mengapa Risty justru seperti ini? "Mas, coba terus bujuk Risty biar buka pintunya! Aku kesana sekarang!" "Oke. Cepat, Do!" Aku segera memasukkan ponsel ke dalam saku celana lalu memasang helm. Melihatku yang tergesa-gesa, Kak Alfonso kemudian membuka suara. "Kenapa, Do?" "Risty nggak mau buka pintu kamarnya, Kak." "Apa?!" Kak Alfonso ikut terkejut. "Aku balik dulu. Makasih untuk bantuannya malam ini." Aku segera melajukan motor sport milikku menuju kediaman Mas Kian. Meninggalkan Kak Alfonso dan para bodyguardnya yang masih bersiap kembali pulang. Semoga jalanan tidak terlalu macet karena ini ham

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Biar Gue Yang Membahagiakan Dia

    "Rado, aku bilang pu-lang!" Risty kembali memekik di ujung sambungan telfon. Aku membasahi bibir sambil berperang dengan pikiran sendiri. "Sekali lagi aku tegasin kalau aku nggak cinta kamu! Jadi, jangan bahayakan dirimu demi aku! Nggak usah berjuang terlalu dalam demi aku karena nggak pernah ada cinta di hatiku buat kamu!" Serius kah Risty berkata demikian? Benarkah dia tidak mencintaiku barang setitik pun? Kenyamanan yang selama ini kuberikan dan segenap perhatian? "Aku tahu, kalau yang paling jatuh cinta tuh aku, Ris. Aku cinta kamu, sangat! Karena aku cinta kamu, aku putusin untuk ngasih satu kenangan yang bikin kamu bisa selalu ingat sama siapa itu Rado. Kenangan baik yang bikin kamu ingat aku dan bikin kamu bisa lepas dari pernikahan yang cuma bisa bikin kamu tertekan." "Bodoh! Aku bilang balik, Rado!" Kepalaku menggeleng dengan telfon masih menempel di telinga. "Sekali ini aja, Ris. Biar aku bantu kamu lepas dari Richard." "Kalau tahu begini, mending kamu nggak usah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status