Home / Young Adult / Bodyguard Kesayangan Nona Muda / Demi Konseling dan Obat Penenang

Share

Demi Konseling dan Obat Penenang

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2022-10-31 11:26:32

"Halo, Kai. Ini gue, Rado."

"Rado? Oh ya, kenapa?"

"Bisa hubungin gue ke Risty?"

"Tunggu bentar."

Terdengar suara gelak tawa beberapa perempuan di sambungan telfon.

"Halo?"

"Ris, gue Rado."

Tawa Risty terdengar mengejek. Selain cantik, kaya, dia juga sedikit sombong.

"Butuh gue juga lo heh?!"

Rado mengangguk meski Risty tidak melihatnya. "Ya."

"Untung gue masih berbaik hati nerima lo."

"Bisa ketemu dimana?"

"Nggak sabaran banget? Lo butuh duit banget emangnya heh?!"

Tidak dipungkiri jika Rado teramat membutuhkan uang itu. Hatinya sangat gusar karena tidak mampu melawan gangguan kecemasan dan kelekatan ini seorang diri.

Pun, obat penenang yang ia simpan baik-baik hanya tinggal satu butir. Obat itu tidak bisa dibeli sembarangan tanpa resep dokter.

"Bisa ketemu sore ini?"

"Oke. Gue share tempatnya."

Dan sore yang mendung itu, Rado memaksa keluar dan beralasan pada Kian dan Sasha akan berlatih bela diri karena perubahan jadwal. Semenjak ia kuliah di kota dan tinggal satu atap bersama, perhatian Kian dan Sasha cukup posesif dan selalu menelfon Rado sesuai jam pulang yang ia katakan.

Sebagai kakak sekaligus langit bagi Rado, mereka tidak mau Rado salah melangkah karena tahu betul kondisi mental adiknya itu belum sepenuhnya sembuh.

"Sorry lama." Risty baru saja datang dengan pakaian kurang bahannya ditemani seorang lelaki yang memilih duduk tidak jauh dari mereka.

Rado tidak bernafsu dengan kemolekan tubuh Risty, hanya saja ia justru terlihat seperti ayam kampus murahan baginya.

"Apa yang jadi tugas gue?"

"Tugas lo simple. Kemanapun gue pergi, lo harus selalu ada."

"Kedua kakak gue posesif."

Rado tidak berbohong karena faktanya memang begitu.

"Bilang aja tugas kelompok."

"Kadang mereka perlu bukti."

"Ribet. Lo bujangan tapi kayak perawan." Cibirnya.

"Masih mending dari pada lo, perawan kayak preman." Ucap Rado lirih tapi menusuk.

Bukannya marah, Risty justru tertawa. "Gue hargai kejujuran lo, Do. Masalah kakak lo, gampang aja. Tunjukin pesan bodong dari gue yang isinya kegiatan belajar bareng. Cukup kan jadi bukti?"

Rado mengangguk tapi ia tidak yakin bisa terus-terusan mengelabuhi Kian dan Sasha.

"Tapi gue minta bayaran di muka. Boleh?"

"Belum kerja udah minta bayaran. Gimana sih lo?!"

"Gue butuh, Ris. Please. Tolongin gue."

Setelah berucap, Rado menunduk malu jika ketahuan cemas seperti pemuda tidak normal.

"Oke, dari pada lo berubah pikiran. Berapa?" Risty bersiap dengan e-banking miliknya.

"Sepuluh juta dulu. Ini nomor rekening gue." Rado menyodorkan layar ponselnya pada Risty.

"Oke, surat perjanjiannya gue buatin besok."

Rado mengangguk patuh. "Oke."

"Lo nggak pengen tahu sama alasan gue kenapa milih lo jadi bodyguard?"

"Sorry, lo bisa jelasin karena gue nggak pinter basa basi."

Risty meneguk lemon tea-nya lalu menatap Rado lekat.

"Gue punya saudara tiri yang kuliah di fakultas Ilmu Administrasi, namanya Ziany. Kita nggak pernah akur malah lebih tepatnya dia selalu nyari masalah sama gue. Kemarin dia sengaja mau nabrak gue waktu ngajak kucing gue jalan-jalan ke taman deket apartemen. Itu bukan sekali, tapi sebelum-sebelumnya dia juga nekat bikin ribut sama gue."

"Bodyguard sebelum lo terlalu formal, gue nggak suka. Kemampuan bela dirinya juga nggak asyik. Buktinya Ziany masih bisa bikin pipi gue lebam." Imbuhnya dengan menunjukkan pipi kirinya yang bila diperhatikan baik-baik terlihat lebam namun samar.

"Tugas lo harus selalu jagain gue, bakal gue atur waktu yang sekiranya Kakak lo nggak curiga sama aktivitas lo."

Rado hanya mengangguk lalu kembali menunduk.

"Lo nggak pengen bicara apapun? Dari tadi gue perhatiin lo banyak diem?"

Rado mengangkat kepalanya. "Gue nggak pandai bergaul."

"Terserah. Oh ya, gue punya satu tugas buat lo."

Risty kembali mengutak atik ponselnya lalu menunjukkan sebuah mobil pabrikan Jepang dengan nomor polisi yang jelas.

"Ini mobil Ziany. Tugas pertama lo, kempesin keempat ban mobilnya lalu kasih cat pilox di atas kaca mobilnya. Sekalian tulis nama gue disana."

Rado memandang Risty tidak percaya karena belum apa-apa sudah mendapat tugas segila itu. Hal yang memacu adrenalin dan mungkin bisa memperburuk gangguan kecemasannya. Ia takut ketika menjalankan aksi itu justru ia yang akan dipergoki dan dihajar massa.

"Kenapa?"

"S... sekarang?"

"Besok lah."

Risty mengeluarkan lima lembar uang berwarna merah dan meletakkannya di atas meja cafe.

"Pakai uang ini buat beli cat pilox sama pisaunya."

Rado menelan bulat-bulat salivanya sambil membayangkan perbuatan anarkis itu menari-nari dalam benaknya.

"Di kampus?"

Risty menggeleng. "Apartemennya. Pakai pisau, Rado."

Lagi, Rado tidak percaya dengan sosok Risty yang terlihat seksi, cantik, dan kaya itu ternyata memiliki fantasi aksi segila itu.

"Berani nggak? Kalau nggak, duitnya batal gue kirim."

***

Rado tidak punya pilihan.

Dia membutuhkan uang banyak dalam waktu cepat untuk mengatasi gangguannya sebelum terlambat.

Masih segar diingat, selepas bertemu dengan Papanya kemarin, ia baru terpejam di pukul dua dini hari.

Ia cemas jika Papanya benar-benar berniat mengambil dirinya dari asuhan Kian dan Sasha. Ia tidak mau hidup satu atap dengan Papanya yang dianggap orang asing berbahaya.

"Duitnya gue transfer setelah kerjaan lo beres, Do." Ucap Risty melalui sambungan telfon.

"Ya."

"Lo udah di apartemen Ziany?"

"Udah."

Risty memutar bola matanya jengah menghadapi Rado yang kaku dan introvert. Namun itulah yang ia suka. Bukan bodyguard yang sok tahu dan bermata jelalatan.

"Lakukan dengan bersih."

Begitu sambungan terputus, ia mengamati sekitar area parkir apartemen yang telah berjajar mobil-mobil bagus. Rado berada di pojok basement, lebih tepatnya berada di seberang mobil saudara tiri Risty, Ziany.

Risty sudah berpesan agar memakai masker dan hoodie, barangkali ada cctv agar wajah Rado tidak dikenali.

"Jangan cemas. Jangan cemas. Sekali ini aja lalu semuanya usai."

Sebelum kecemasan itu menggulung keberaniannya, Rado bergerak nekat mendekati mobil Ziany. Bela diri membuatnya mampu menggunakan tenaga dengan baik ketika menancapkan pisau di masing-masing ban.

Lalu tangannya bergerak terburu mengambil pilok di dalam tas hingga benda itu terjatuh. Rado hampir diambang batas ketakutan.

Ia segera memungut pilok yang menggelinding tidak jauh darinya. Mengocoknya beberapa kali lalu menekan ujungnya ke arah kaca mobil Ziany hingga membentuk nama Risty.

"Hei? Siapa itu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Menikah

    Akhirnya persidangan perceraian Risty dan Richard selesai digelar. Perjuangan berat dan besar Kak Alfonso memenangkan harta Risty yang tidak seharusnya dibagi akhirnya dikabulkan oleh pengadilan. Richard mendapatkan harta gono gini namun tidak dengan warisan Risty dari Papanya yang telah tiada. Walau begitu, masih ada masalah lain yang belum terselesaikan tapi Risty memilih untuk mundur. "Aku mundur, Mas Al," ucapnya pada Kak Alfonso. Aku, Risty, Kak Alfonso, dan pengacaranya sedang duduk bersama di ruang tamu rumah Mas Kian untuk membahas hasil persidangan hari ini. Kemudian Risty meletakkan berkas pengadilan yang tebal itu di meja kaca ruang tamu. "Aku bertekad mandiri, Mas Al. Masalah warisanku yang masih dikuasai Nenek dan Kakek, aku nggak peduli lagi. Terserah mau mereka apakan harta Papa." Kak Alfonso memandang Risty tidak habis pikir. "Ris, itu hakmu. Warisan itu bisa kamu pakai untuk modal bisnismu." "Lalu berjuang lagi di pengadilan? Aku lelah, Mas Al." "Kakek da

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Risty Tidak Boleh Pergi Lagi

    Perceraian Risty sudah diserahkan pada pengacara kepercayaan Kak Alfonso. Dia hanya tidak mau waktunya terkuras habis memikirkan perceraian yang diprediksi bakal alot itu. “Aku mau perceraian kami tahu beres, Mas. Masa bodoh sama harta dan warisan itu. Yang penting aku bisa lepas dulu dari Richard,” ucap Risty malam itu di rumah Mas Kian. “Apa yang jadi hakmu bakal aku perjuangin sama pengacara, Ris.” Kepala Risty mengangguk, “Makasih, Mas. Tapi aku nggak berharap banyak.” “Belum dicoba. Jangan pesimis dulu.” Aku yakin jika Kak Alfonso bisa membantu Risty memenangkan perceraian itu secara adil Semoga saja karena Risty benar-benar seperti perempuan tanpa keluarga. Bahkan Risty merelakan warisan dari Papanya jatuh ke tangan nenek kakeknya karen tetap memilih bercerai dari Richard. Apapun konsekuensinya Risty sudah pasrah dan memilih menjalani kehidupan selanjutnya sesuai versi dan kemampuannya sendiri. Kini, ia jauh lebih selektif menggunakan uang dari pada biasanya. Sudah pasti k

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Syarat Terkabulkannya Perceraian

    "Nenek dan kakek nggak akan percaya gitu aja sama ucapanmu, Ris! Kecuali kamu punya bukti kalau Richard memang main perempuan kayak tuduhanmu!" Neneknya berseru tidak terima dengan menatap Risty tajam. "Aku malas kalau harus buka cctv rumah, Nek. Buat apa aku menenggelamkan diri ke tempat yang selama ini cuma bikin aku menderita. Itu bukan rumah, tapi ne-ra-ka!""Itu artinya kamu cuma fitnah! Bisa bicara tapi nggak ada bukti yang nyata! Ini lebih kejam dari pembunuhan, Ris! Apalagi yang kamu fitnah itu suamimu sendiri!" giliran Ibunya Richard yang berseru tidak terima dengan menunjuk wajah Risty.Risty menatap semua yang ada di ruangan ini lalu berdiri dari duduknya. Kemudian aku ikut berdiri. "Silahkan kalian lihat dan cek sendiri. Masih ada di cctv rumah. Jangan suruh aku ngurusin hal sam-pah kayak gitu! Aku muak! Lebih muak lagi menjadi anggota keluarga ini!" ucapnya sungguh-sungguh dengan hati kesal sekali. Kemudian ia menatap nenek dan kakeknya bergantian. "Kalau nenek dan kak

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Coret Namaku Dari Daftar Keluarga

    Malam ini, Mas Kian mengizinkanku tidur di rumahnya dengan alasan harus menjaga Risty yang tidak stabil emosinya. Sekaligus ingin berbicara empat mata dengan Mas Kian tentang perasaanku pada istrinya, Mbak Sasha, yang kini sudah tidak ada lagi. Berharap Mas Kian tidak perlu khawatir aku akan melakukan hal tidak benar seperti masa lalu pada istrinya."Hatiku benar-benar udah buat Risty, Mas. Udah nggak ada lagi cinta buat Mbak Sasha. Tapi, demi kebaikan bersama, setelah kakek neneknya Risty tiba di Indonesia, aku bakal balik ke apartemen." Kepala Mas Kian mengangguk pelan. Kami tengah duduk bersama di dapur, malam-malam begini. Membicarakan urusan lelaki."Apapun itu, Do. Mas akan dukung selama kamu bisa mengendalikan isi hatimu pada orang yang nggak seharusnya. Oh ya, kapan kakek neneknya Risty datang ke Indonesia?" "Diusahakan secepatnya sama Kak Al." Keesokan harinya, aku sengaja mengetuk pintu kamar Risty lebih dulu sambil membawa segelas susu hangat. Semoga saja dia sudah bangu

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Kami Bisa Memulainya Dari Awal

    "Rado, kamu dimana? Risty mengurung diri di kamar. Mas takut dia nekat!" ucap Mas Kian melalui sambungan telfon dengan suara panik. Bulu kudukku meremang begitu mendengar ucapan Mas Kian. Apa Risty berpikir ingin mengakhiri hidupnya? Astaga, Tuhan! Tolong halangi Risty melakukan itu! Baru saja aku selesai membuat kesepakatan dan negoisasi dengan Richard tentang pernikahan mereka, mengapa Risty justru seperti ini? "Mas, coba terus bujuk Risty biar buka pintunya! Aku kesana sekarang!" "Oke. Cepat, Do!" Aku segera memasukkan ponsel ke dalam saku celana lalu memasang helm. Melihatku yang tergesa-gesa, Kak Alfonso kemudian membuka suara. "Kenapa, Do?" "Risty nggak mau buka pintu kamarnya, Kak." "Apa?!" Kak Alfonso ikut terkejut. "Aku balik dulu. Makasih untuk bantuannya malam ini." Aku segera melajukan motor sport milikku menuju kediaman Mas Kian. Meninggalkan Kak Alfonso dan para bodyguardnya yang masih bersiap kembali pulang. Semoga jalanan tidak terlalu macet karena ini ham

  • Bodyguard Kesayangan Nona Muda   Biar Gue Yang Membahagiakan Dia

    "Rado, aku bilang pu-lang!" Risty kembali memekik di ujung sambungan telfon. Aku membasahi bibir sambil berperang dengan pikiran sendiri. "Sekali lagi aku tegasin kalau aku nggak cinta kamu! Jadi, jangan bahayakan dirimu demi aku! Nggak usah berjuang terlalu dalam demi aku karena nggak pernah ada cinta di hatiku buat kamu!" Serius kah Risty berkata demikian? Benarkah dia tidak mencintaiku barang setitik pun? Kenyamanan yang selama ini kuberikan dan segenap perhatian? "Aku tahu, kalau yang paling jatuh cinta tuh aku, Ris. Aku cinta kamu, sangat! Karena aku cinta kamu, aku putusin untuk ngasih satu kenangan yang bikin kamu bisa selalu ingat sama siapa itu Rado. Kenangan baik yang bikin kamu ingat aku dan bikin kamu bisa lepas dari pernikahan yang cuma bisa bikin kamu tertekan." "Bodoh! Aku bilang balik, Rado!" Kepalaku menggeleng dengan telfon masih menempel di telinga. "Sekali ini aja, Ris. Biar aku bantu kamu lepas dari Richard." "Kalau tahu begini, mending kamu nggak usah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status