Alex dan James telah sampai di jalan pertigaan mungil yang tertutup oleh pohon-pohon silver birch dan semak-semak sepanjang mata memandang.
“Err James, kalau kau ingin membunuhku bisa kau lakukan di gang di Lambeth yang sepi dan rawan, tidak perlu sampai sejauh ini.” Alex berkata sambil melihat ke sekeliling jalan yang sangat sepi.
Hanya ada satu rumah yang terlihat dari tempat mereka berdiri. Tidak ada manusia yang terlihat dan sisanya sekelilingnya adalah pohon-pohon dan bagian danau di sebelah kirinya yang menghiasi kawasan pedesaan yang seperti desa berhantu ini.
“I knew you always have funny bone inside you.” James tertawa,”Kita sekarang ada di rute A592, lebih tepatnya di Dobbin Wood Lodge, Matterdale. Nih, aku sedang mengabari yang menjemput kita.” Ujar James sambil mengutak-atik smartphone-nya.
Sekitar sepuluh menit mereka berdiri di pertigaan, datanglah mobil VW polo be
Mereka sekarang berbaring dengan terengah-engah sehabis permainan menggelitik. Arus danau yang lembut dan burung-burung berkicauan membuat tempat ini terlihat sangat tenang. Tak ada turis lain di sekitar mereka. Mereka seperti memiliki surga kecil itu berdua,“Bet many girls will fall over your feet with these kind of your wooing.” Goda Alex.“Woo? Yes. Making a grand gesture like this? No.” James tertawa lagi.“Masa sih? Aku yakin banyak wanita yang mengantri untuk jadi pacarmu.” Alex sudah memutar badannya menghadap ke James. Ia menyangga kepalanya dengan tangan kirinya. Ia sengaja memancing topik ini untuk membandingkan dengan topik yang ia dapat dari Google.“Well….” Laki-laki itu terlihat bimbang tapi lalu melanjutkan, “Lex, I’m not proud of saying this, but I slept with so many women.” James berbalik ke arahnya juga.“Ak
Setelah drama Alex yang tadi berlari dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya dengan dress menutupi wajahnya dan banyak turis yang melihatnya seperti orang gila dikejar setan, James segera membereskan barang-barang piknik mereka berdua dengan cepat dan mengikuti Alex. Mau tak mau ia tertawa, padahal Alex hanya mengenakan bra dan celana dalam di dalam terusannya. Kejadian itu lucu sekali. Alex hanya memberengut dan lelaki itu melihat bengkak kemerahan di bawah bibirnya. James tertawa terbahak-bahak lagi sambil memberitahu bengkak yang belum besar itu kepada Alex. Mereka berdua sudah kompleks pertokoan yang mempunyai apotik lokal setempat dan sedang mengantri menunggu giliran. James melihat Alex menutupi mulutnya dengan jaket miliknya terus-terusan. “Lex, jangan tutup mulutmu terus dengan jaket. Nanti kalau makin infeksi bagaimana?” “Yeah, kalau ku buka nanti orang-orang tertawa tak tahu diri sepertimu gimana?” Alex melotot menatap James. James me
Mengapa selama ini Alex merasa seperti Bridget Jones semenjak ia pertama kali bertemu dengan James Winston? Ada saja kejadian-kejadian konyol yang memalukan yang menimpa dirinya. Benar-benar deh gue kan di bayar untuk menjadi fashion editor bukan menjadi komedian, batinnya mengomel dan menghela nafas dengan keras. Alex langsung mengandai-andai berita lokal yang akan keluar, “Breaking: A Young Lady Got A Sweet Buzzy Hospitality From Wordsworth Point’s! Berikut cuplikan videonya!” Well, on the bright side, kepalanya tertutup oleh dressnya. Identitas wanita muda yang berteriak-teriak karena dikejar oleh pasukan lebah tidak akan diketahui. Saat James menceritakan masa lalunya, Alex merasa dua hal yang berbeda. Pertama, ia merasa sedih. Ternyata James bisa mengalami kepahitan seperti itu. Alex mengerti, karena dulu Alex pernah merasakan apa yang James rasakan gara-gara Hendy. Kedua, dia merasa cemburu. Ternyata, James adalah pria yang bersembuny
Tiga musim gugur lalu saat turnamen di St.Petersburg diadakan, James sedang berjalan-jalan di flea & street market di Russia dengan Stefan dan Juan pada waktu luang mereka. James melihat sekelilingnya dan mendapatkan satu kios yang menarik perhatiannya. Satu set boneka kayu wanita dengan design yang sama dari ukuran besar sampai ukuran paling kecil yang nantinya bisa dimasukkan dan ditempatkan satu di dalam yang lain. James kemudian memanggil Stefan dan bertanya apa nama boneka itu dan Stefan mengatakan itu adalah boneka Matryoshka. Mengenal Alex mirip dengan membuka boneka Matryoshka. Selalu ada hal-hal menarik yang ia temui setiap membuka boneka Matryoskha itu dari besar hingga ke intinya. Alex inspires him wholly. Kesederhanaan dan ketegasan blak-blakannya adalah daya tarik Alex. James tidak bohong saat berkata ayahnya memang mendidiknya dari kecil “Kau ini laki-laki, kau harus selalu bertanggung jawab terhadap wan
Lily Winston adalah wanita paruh baya yang mungkin tidak jauh dari umur Ibunya. Sisa paras kecantikannya saat muda masih terlihat, dan Lily adalah wanita yang sangat sangat stylish. Ia mengenakan dress georgette vintage dengan potongan renda dengan ikatan pita di bagian pinggangnya & bewarna hijau cerah seperti warna rumput. Kakinya yang sedang disilangkan dengan anggun memakai sepatu metalic platform heels Aquazurra. Rambut pirangnya yang ikal bergelombang seperti rambut Nicole Kidman di Moulin Rouge, di blow dengan sempurna. Akhirnya Alex mengetahui gen rambut James di dapat dari mana. Keduanya sedang duduk di sofa empuk ruangan pribadi milik James dan TV yang sedang menunjukkan siaran langsung final Wimbledon pagi ini. Kedua pemain sudah bermain dan set pertama sedang berlangsung. TV menyorot royal box[1], ia melihat ada Benedict Cumberbatch, Keira Knightley, dan Tom Hiddleston. Ba
James mengusap keringatnya dengan handuk dan mengisi tubuhnya dengan cairan bening yaitu air putih ke dalam sistemnya. Payung di buka oleh ball boy[1] dan melindungi sinar matahari yang sudah mulai menyengat Jeda pertandingan ke set selanjutnya hanya sekitar 1 menit lebih sedikit. Ia sudah menggunakan jatah toilet break-nya tadi sekarang tinggal menunggu Roy dari giliran toilet break-nya.Dua set telah tertinggal. Set pertama James tertinggal 2 poin yaitu Roy 6 dan James 4. Set kedua kali ini sudah sangat sengit. James menghasilkan tie break[2] dengan deuce[3] empat kali berturut-turut, tapi Roy masih memimpin. Skor akhir set kedua adalah 76 untuk Roy dan dirinya mendapat 64. James tidak bisa menyelamatkan satu poin kemenangan dari set tersebut. Sudah ia harapkan dari kemarin-kemarin.Melawan The Roy Keller tidak akan mudah, tidak pe
Pumpkin Diamond terlukis dalam kanvas di seluruh penjuru London. Matahari masih memancarkan sinarnya dengan cuaca berangin hal yang sangat normal. Daun-daun mulai berguguran bersamaan dengan Fashion Week yang menjadi ajang acara fashion paling bergengsi di bulan September ini.Big Four Fashion Week dimulai dari New York, kemudian London, baru Milan, dan di akhiri di Paris. Alex wajib mendatangi fashion week di empat kota tersebut. Favorit Alex saat NYFW adalah The Row yang sangat minimalist chic dan Ralph Lauren dengan tema elegant affair yang berkumandang lagu 007. Menghadiri Fashion Week itu memang melelahkan karena harus terbang ke sana-sini. Terutama menempung 5.500 km ke New York. Tetapi, rasa jet lag pun langsung musnah setelah melihat pakaian-pakaian yang indah itu di matanya. Apalagi saat James menemaninya di salah satu fashion show tersebut.Kembali ke London, Al
James berlari dan tetap mempertahankan bola di kakinya. Menuju dekat dengan gawang, lawan yang menjaganya tidak bisa mengambil bola dari James, lalu ia menendangnya ke dalam gawang dan goal! Timnya langsung mengerubunginya dan berhore-hore ria. Hari ini ia sedang bermain dengan teman atlet sepak bolanya yang sedang di Amerika.“Looking fit for today, Jim!” kata salah satu atlet sepak bola Amerika yang main di suatu klub sepak bola Inggris terkenal. Orang Amerika berpikir nama James terlalu konservatif, sama seperti Juan selalu memanggilnya dengan nama itu.“Nah, mate, tim-mu yang semangat, otomatis juga membuatku semangat.” Kata James lagi.“You’re good at this sport too. Apakah ada olahraga yang tidak kau kuasai gitu?” tanya orang lain lagi di tim itu.“Hm...” James berpikir keras sambil mengetik jari telunjuknya ke dagunya, dan melanjutkan “Let me know