Walaupun sudah jadi crazy rich, Mahyadin tak pernah melupakan ibu angkatnya, ia juga rutin mengirim duit tak sedikit buat Bik Galuh, dia sudah meminta bik Galuh agar segera pindah ke Surabaya, namun bik Galuh bilang masih betah di Banjarmasin.
“Nanti saja, bila kamu sudah positif ke Jakarta, ibu akan pindah di rumah kamu yang ada di Surabaya,” kata Bik Galuh, saat Mahyadin menelpon. Mahyadin hanya bisa mengangguk dan selalu nasehatin ibu angkatnya ini agar jaga kesehatan.
Baru satu hari, Sulaiman sudah menelpon lagi dan bilang apartemen yang diiinginkan Mahyadin sudah ada dan dia juga sudah siap membereskan pembelian itu.
Isinya pun sudah komplet, Mahyadin tinggal masuk saja. Mahyadin pun datang ke kantor notaris Sulaiman, lalu menyerahkan cek senilai 10,5 milyar ke Sulaiman agar segera membayar apartemen itu, karena apartemen itu sangat mewah dan berada di jantung kota yang strategis, dan dia juga bilang, seminggu dari sekarang akan ke Jakarta dan b
Mahyadin sendiri tak tahu, sejak berpisah dengan Dini hampir 7 bulan lalu, wanita cantik ini sudah tak menggunakan kontrasepsi lagi.Dini sengaja tak mau bercerita soal ini, diam-diam dia punya rencana ingin dihamili kekasihnya ini. Dini kemudian minum vitamin stamina dan minta Mahyadin jangan lagi menggodanya, Mahyadin manut dan tidak memaksa.Inilah kelebihannya terhadap wanita, Mahyadin mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi dan tidak mau memaksakan kehendaknya.Dini akhirnya benar-benar memilih salah satu mobil Mahyadin yang ada di garasi, yang dia ambil ternyata yang termahal dan hanya memiliki dua pintu.Mahyadin tertawa saja dan bilang silahkan di bawa, malah BPKB mobil pun langsung Mahyadin serahkan.“Kamu pintar banget milih yang itu, selera kamu bagus banget sayang!” puji Mahyadin.Dini sampai mengeleng kepala melihat betapa royalnya Mahyadin kini, dia tau mobil ini harganya sangat mahal, karena dia suka searching di i
Sepulangnya Dini kembali ke Banjarmasin, Mahyadin kembali ingat pesan kakek Zainul agar mengerem nafsunya dan focus kuliah S2.Sehingga setahun full Mahyadin benar-benar konsentrasi kuliah, setelah 1 tahun dan kini dia sudah semester 3 kuliah, Mahyadin bisa bernafas lega, semua mata kuliah sudah mampu dia selesaikan dengan mudah, di tambah otaknya juga encer dan tak kesulitan mencerna apapun yang diberikan dosen-dosen S2 nya di kampus.Usianya yang kini sudah 24 tahun bahkan mendekati 25 tahun membuat Mahyadin menjelma menjadi pemuda matang.Suatu saat, ketika pulang kuliah Mahyadin keluar kampus hampir saja menabrak seorang mahasiswi.Bukan salah Mahyadin sebetulnya, tapi si mahasiswi ini secara tiba-tiba keluar dari sebuah mobil dan ingin lari, saat itulah mobil sport Bentley yang dikendarai Mahyadin lewat.Untung mobil ini tak terlalu laju dan Mahyadin bisa mengerem cepat, dia mengusap wajahnya saking kaget dan terkejutnya.“Hampir
Tak semua orang bisa masuk, karena ada member khusus dan Ratin memiliki member ini. Setelah memesan wine dan kini Ratih kembali memperbaiki rambutnya dengan kedua tangannya, Mahyadin sempat terpana menatap gaya Ratih itu, terlihat sedikit ketiaknya yang putih mulus saat Ratih mengangkat kedua tangannya tersebut. Selama setahun ini, Mahyadin memang tak macam-macam dengan wanita, Dini memang ada 3X mengunjunginya di Jakarta, sehingga dia hanya fokus pada kekasihnya itu, selebihnya Mahyadin tak pernah bergaul dengan wanita manapun. Walaupun di kampus tak sedikit mahasiswi-mahasiswi cantik yang mengajaknya pacaran, tapi Mahyadin selalu bikin alasan menolaknya secara halus. Sampai-sampai ada gossip dia di katakan sedikit belok alias gay, namun Mahyadin cuek saja. Mahyadin malah mengisi waktunya dengan ikut sasana karate dan juga nge-gim, hingga kini badannya makin besar dan berisi, tidak lagi kurus tinggi seperti setahun yang lalu. Ratih ya
“Gosokin donkkk…nanggungg…!” Ratih mulai manja.Mahyadin malah mengiyakan dan ia benar-benar menggosok gigi di mulut mungil Ratih secara perlahan. Selesai gosok gigi dan Ratih sudah berkumur, Ratih menatap Mahyadin.“Kenapa ga ikut mandi bareng, lepas donk baju kamu…!”Tanpa banyak tanya, Mahyadin berdiri dan benar-benar melepas satu persatu pakaiannya, Ratih nanar melihat betapa bagusnya body Mahyadin yang berkulit putih bersih ini.Ratih sampai berucap wow…ketika melihat Mahyadin benar-benar polos seutuhnya dan melihat body kekar pemuda yang kini memang sangat berbeda dari setahun yang lalu, berkat rajin nge-gym.Mahyadin lalu pelan-pelan masuk dan ikut berendam bathtub. Gaya Mahyadin yang slowly membuat Ratih makin nanar menatapnya.Ini memang di sengaja Mahyadin, karena dia punya misi dengan gadis jelita ini, dan kini mereka sama-sama berendam dan Ratih pun kini malah duduk di paha samb
Om Dahlan mengangguk-anggukan kepala, sebagai pebisnis Dahlan paham betul, di dunia yang lebih keras dari politik ini, dia juga tak segan gunakan jalan kekerasan kalau sudah menyangkut perebutan proyek-proyek besar.“Baik pah, Dahlan akan lakukan apa yang papa sarankan!”“Ingat, main yang cantik, jangan ketahuan kamu di belakang layar, oknum aparat sekarang agak serakah-serakah, kalau ada masalahnya, mintanya tak tanggung!”“Oke pah, Dahlan akan ingat nasehat papah!” Kakek Tungga hanya manggut-manggut saja mendengar jawaban anak tertuanya ini.Om Dahlan terkenal sadis dan dianggap mafia berdarah dingin di dunia bisnis. Inilah didikan keras dari Tungga, yang juga ayah kandungnya.Gara-gara inilah, Tungga mempunyai saingan usaha yang sangat sengit dan juga musuh yang ternyata bukan orang lain, yakni keturunan Bino dan Jabir, yang notabene sahabatnya waktu muda.Kenapa mereka malah bermusuhan, padahal dulu ba
“Langkah pertama, kita akan cari kantor dan buat sebuah badan usaha berbadan hukum, lalu kita rekrut pegawai-pegawai dengan keahlian di bidang yang kita butuhkan,” kata Arman, pria muda berusia 35 tahunan ini sambil menatap Radin.“Langkah berikutnya, kita akan pelajari usaha-usaha yang akan kita take over atau tambah modal,” sambung Yuni, CEO cantik dengan penampilan kekinian sambil menatap tajam Mahyadin yang terlihat serius menyimak paparan dua orang yang kini sudah jadi anak buahnya.Yuni mirip sekali dengan reporter TV cantik yang masih melajang sampai kini, yakni Ira Koesno, usia Yuni sudah 28 tahunan dan juga masih betah melajang.“Oke saya paham…Arman saya tugaskan untuk mencari kantor dan rekrut pegawai baru sesuai kebutuhan, sekaligus urus badan hukumnya. Yuni saya tugaskan mulai pelajari kelompok-kelompok usaha yang akan kita ambil alih dan tambah modal,” ucap Mahyadin.Setelah penanda tanganan k
Om Dahlan terlebih ayahnya Kakek Tungga tak sadar, mereka sudah terjerat permainan cerdas Mahyadin, yang mempunyai rencana lihai selanjutnya tanpa di sadari musuh besarnya ini.Hanya dalam jangka waktu 6 bulan, Mahyadin yang kini lebih suka di panggil Radin mulai memetik hasilnya, PT Tungga yang dia ambil alih mulai menunjukan angka surplus.Om Dahlan yang terkenal licik tentu saja senang bukan main, tapi dia kini menyesal, karena semua keuntungan justru tak masuk ke kantongnya, sebab dia terikat perjanjian semua keuntungan usahanya dari saham 5% justru untuk pelunasan hutang-hutangnya yang tak sedikit ke bank-bank dan juga rekanan usaha yang pernah kerjasama dengan PT Tungga.Jabatannya pun di PT Tungga tak ada lagi, kecuali hanya sebagai pemegang saham saja, bukan seorang yang memiliki kuasa lagi di perusahaan milik keluarganya ini.Saat dia berkunjung ke kantor Radiw Corporation dan ingin bertemu sang Komisaris Utama, dia terpaksa menahan hatinya, kare
“Maaf Om…!” kata Radin sambil memperbaiki bajunya yang agak kurang rapi dengan santuy nya di depan pria setengah tua ini. Om Dahlan hanya terdiam tanpa bertanya, dia tahu pemuda ini baru saja membuat anak gadisnya keok di kamar selama 2 jam, Om Dahlan bukanlah pria munafik, diapun punya selingkuhan di mana-mana.“Radin….Om lagi pusing…ada satu debitur Om yang ingin ambil perusahaan Om, karena hutang Om sudah jatuh tempo dan perusahaan itu kini satu-satunya penopang usaha Om. setelah PT Tungga secara licik di ambil Radiw Corporation dan kini malah makin berkembang!” Om Dahlan menghela napas sambil mengisap cerutunya.“Hmmm…gitu ya om…berapa memang asset perusahaan itu dan apakah Om tak mencari pemodal lainnya?” tanya Radin pura-pura kaget.“Sudah…malah saat Om ingin bertemu Komisaris Radiw Corporation, sampai saat ini tak bisa bertemu, si Komut itu terlalu sibuk dan sangat sulit d