Home / Romansa / Cinta Dan Dosa Seorang CEO / Bab. 2 Bangkit dari keterpurukan

Share

Bab. 2 Bangkit dari keterpurukan

Author: Incess_DL
last update Last Updated: 2024-11-13 20:46:33

Di sebuah ruangan, Azura membawa langkahnya masuk menatap ruang kerja milik suaminya di kantor. Semua barang-barang milik suaminya masih berada di sana, membuatnya teringat sebuah kenangan saat ia membawakan bekal makan siang untuk suaminya.

Sebuah buliran bening mengalir keluar, yang langsung diseka oleh jari telunjuknya. Ia tersenyum, dengan menghela napas untuk menguatkan hatinya. Ia pun membawa langkahnya menuju meja kerja suaminya, dan menduduki kursi yang biasa suaminya duduki.

“Maafkan aku, aku terlalu larut dalam kesedihan. Sehingga mengabaikan perusahaan yang sudah kamu dengan bangun bersusah payah.” Azura mengusap meja kerja Bian, dengan segenap kenangan yang tersimpan dibenaknya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.

“Masuk,” ucap Azura.

Pintu kaca ruangan itu terbuka, yang menampilkan Malika memasuki ruangan itu. Azura membulatkan mata, saat melihat tumpukan berkas yang di bawa Malika.

“Ba-banyak sekali.” Azura cukup tercengang, melihat berkas-berkas tersebut.

“Karena anda baru saja berusaha bangkit, maka anda hanya perlu memeriksa dan menandatangani sebanyak ini saja,” ucap Malika.

Azura semakin membulatkan mata, menatap Malika. “Sebanyak ini saja?” tanya Azura, “Apa masih ada banyak lagi selain ini?”

“Tidak, karena sisanya sudah saya periksa,” jawab Malika.

Azura mengangguk paham, namun masih dengan raut wajah yang tercengang. Ia sedikit menghela napas, sebelum akhirnya memeriksa semua berkas yang menumpuk.

Malika tetap berada di sana, untuk menemani dan membantu istri mendiang bosnya itu. Sebab, ini pertama kalinya ia terjun langsung mengelola perusahaan. Sebelumnya, ia hanya membantu suaminya.

*

Hari ke hari berlalu begitu cepat. Kini hampir 2 bulan sudah, Azura mengelola perusahaan Adiaksa. Selama itu, saham perusahaan yang semula turun dan anjlok. Kini meningkat dari hari ke hari, meski belum bisa menutupi kerugian perusahaan. Namun, setidaknya ada hasil yang Azura raih.

Akhirnya, Azura berhasil keluar dari gua kegelapan. Namun, karena hal itu membuatnya sedikit berubah. Sikapnya, menjadi dingin yang membuat para pegawai segan terhadapnya. Padahal ia sangat baik hati, dan penyayang.

Di ruang rapat, Azura dan para karyawannya. Sedang mencari solusi untuk meningkatkan penjualan produk mereka.

“Bagaimana jika kita meningkatkan warna pada warna-warna yang cerah?” usul salah satu karyawan wanita.

“Hm ... jadi, warna yang sekarang sudah cerah. Kita tingkatkan kembali menjadi dua tingkat?” tanya Azura dingin.

“Iya, bu,” jawab karyawan tersebut.

“Kamu ingin menjadi badut?”

Seketika, pertanyaan yang terdengar menohok itu. Membuat semua karyawan terdiam, termasuk karyawan wanita tadi. Ia menjadi panik, dan langsung menundukkan kepala.

“Maafkan saya, bu.” Karyawan tersebut merasa bersalah, meski ia hanya memberi masukan.

“Tidak masalah, kamu hanya memberikan pendapatmu,” ucap Azura, “tapi, jika kita meningkatkan kecerahan warna dua kali lipat. Akankah, para konsumen mau membelinya?”

Masih dengan menundukkan kepala, wanita itu menggeleng. “Tidak bu.”

“Benar sekali. Mungkin, untuk para pemain opera atau teater mereka akan memakainya. Namun, bagaimana untuk make up sehari-hari?”

Karyawan wanita itu mengangkat pandangannya, dan kembali menggelang. “Tentu tidak akan memakainya,” jawabnya.

“Maaf, bu. Tapi, mungkin kita bisa memakai masukan dari Kimberly,” ujar salah satu karyawan wanita yang lain, “Tapi, kita tidak perlu meningkatkan warna yang sudah ada. Melainkan, kita menambahkan beberapa warna dari warna basic, sedikit cerah, cerah, semakin cerah dan mendekati gelap.”

Azura diam, dengan memikirkan saran yang diberikan oleh karyawannya itu. Cukup lama Azura berpikir, yang membuat suasana di ruang rapat menjadi menegang.

“Baiklah, kita coba mulai dari eyeshadow,” ucap Azura.

Seketika para karyawan bernapas lega, dan tersenyum senang. “Baik, bu,” sahut mereka dengan kompak.

“Oke, untuk divisi kosmetik kita tutup rapat hari ini.”

Para karyawan divisi kosmetik itupun, membungkuk hormat sebelum akhirnya mereka semua keluar dari ruang rapat. Lalu, beberapa karyawan yang lain masuk yang merupakan dari divisi kontruksi.

“Oke, kita mulai rapatnya,” ucap Azura setelah karyawan dari divisi konturksi itu sudah berkumpul.

“Maaf, bu. Apa anda tidak ingin istirahat terlebih dahulu?” tanya Malika.

“Tidak, kita selesaikan rapat dari dua divisi hari ini,” jawab Azura.

“Tapi ....”

“Kamu sebaiknya bawakan kopi saja untukku.” Belum selesai Malika berucap, Azura memotongnya begitu saja.

Malika pun tidak bisa membantahnya. Ia pergi keluar dari ruang rapat, untuk membuatkan kopi untuk Azura. Sedangkan, Azura dan para karyawannya memulai rapat tersebut.

“Bagaimana untuk penjualan apartemen?” tanya Azura, sambil melihat dokumen milik mereka.

“Para konsumen selalu bertanya tentang cadangan air bersih, namun kami perlu meninjau kembali pasokan air di daerah tersebut,” jelas salah satu dari karyawan pria.

“Tapi, tidak ada keluhan yang lain?” tanya Azura.

“Tidak ada, mereka hanya bertanya tentang cadangan air saja. Jika pun kami tidak menyediakannya, mereka tidak terlalu mempermasalahannya.”

Azura mengangguk paham. “Kalau begitu, segera lakukan peninjauannya. Dan lekas sediakan cadangan air bersih sebelum apartemen dihuni.”

“Baik, bu,” ujar para karyawa tersebut.

Mereka pun membahas yang lain, hingga lewat jam makan siang. Kini rapat pun telah selesai, dan Azura memberikan kompensasi tambahan waktu istirahat mereka.

Di ruangannya, Azura masih meninjau dokumen-dokumen ajuan. Hingga ia lupa dengan makan siangnya. Malika memasuki ruangan kerja Azura, dengan tangan yang ia lipat di depan dada.

“Ada apa?” tanya Azura tanpa memalingkan pandangannya dari dokumen.

“Kamu tidak makan lagi?” tanya Malika, dengan wajah yang terlihat marah.

“Benarkah? Aku tidak merasakan lapar.”

Malika pun memutar kedua bola matanya jengah, dan menghampiri Azura. Lalu, ia menutup begitu saja dokumen dan laptop Azura. Azura terdiam, dengan tangan yang menggantung sambil memegang pena.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Azura dingin.

“Aku tidak takut dengan sikap dinginmu itu. Sebab, saat ini aku Malika sebagai sahabatmu bukan sekertarismu.”

“Sejak kapan kita menjadi sahabat?” Azura menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

“Mungkin, sejak aku berencana memotong pintu kamarmu. Dan memberikanmu racun itu,” jelas Malika.

“Cih!” decih Azura.

“Sudahlah, ayo kita pergi makan.” Tanpa menunggu persetujuan dari Azura, Malika menarik paksa tangan Azura.

Kini mereka keluar dari perusahaan, dan mencari restoran yang tidak jauh dari perusahaan mereka. Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya telah sampai di restoran.

Mereka memasuki restoran tersebut, dan mencari tempat duduk yang kosong. Kebetulan, tempat duduk tersebut berada di bagian belakang cukup jauh dengan pintu masuk. Lalu, Malika memesan makanan untuk mereka, tanpa bertanya kepada Azura terlebih dahulu.

Namun, tanpa mereka sadari. Seorang pria sedari tadi memandang ke arah mereka, lebih tepatnya kepada Azura.

Tak berselang lama, makanan yang dipesan pun akhirnya sampai. Meja makan di depan mereka, kini terdapat dua jenis menu makanan dan hidangan penutup.

Namun, pria itupun bangkit dari duduknya, dan membawa langkahnya menghampiri Azura. Saat Azura dan Malika bersiap menyantap makanan mereka.

“Azura Veronica?”

Azura dan Malika pun membawa pandangaan mereka, kesumber suara. Azura yang tidak kenal dengan pria itu, hanya menyeritkan dahinya. Berbeda dengan Malika, yang sedikit terkejut meski ini kali pertama ia bertemu langsung.

“Anda ....”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sitisalamah Adam
semngttt othoor aku GK bakalan bisa tdr klw 5 bab ini gk selesai dalam 1 jam ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 36 Posesif

    Tak terasa, waktu telah berlalu. Kini usia kandungan Azura, telah memasuki bulan ke empat. Di mana, drama mual, muntah, pusing dan semua hal yang menyiksanya selama trimester 1. Telah berhasil ia lalu bersama dengan Alvino.Meski demikian, Azura masih tetap ingat dan bersikekeh untuk bercerai dengan Alvino.Di usia kehamilan memasuki 4 bulan ini. Azura menjadi lebih posesif kepada suaminya.Ia tidak bisa jauh dari aroma tubuh Alvino. Yang membuatnya selalu tenang dan nyaman.Meski Alvino tidak keberatan, dengan keposesifannya istrinya. Dan justru, membuatnya sangat senang dan bahagia.Namun, di balik itu semua. Sedikit mempersulit pekerjaannya.Sebab, Azura bisa jauh dari Alvino. Sedangkan, ia harus pergi ke kantor untuk mengelola perusahaannya.Namun, Azura enggan untuk ikut dengannya ke kantor. Seperti sekarang ini, drama pagi hari yang baru telah di mulai.“Jangan pergi,” ucap Azura dengan suara manjanya.“Aku juga tidak ingin pergi.” Dengan gemas, Alvino mencubit pelan pipi istri

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 35 Piknik di halaman rumah

    Azura bangkit dari duduknya, dan menatap Alvino yang berada di depan anak tangga. “Bisakah kamu jangan pergi?” tanya Azura. Setelah menuruti egonya yang besar. Akhirnya, ia kalah dengan keinginannya yang jauh lebih kuat. Mungkin, ini pengaruh dari kehamilannya. Entah kenapa, akhir-akhir ini ia merasa tidak bisa jauh-jauh dari Alvino. Alvino terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersenyum. Alvino hanya tersenyum, dan membawa langkahnya menuruni tangga. Azura yang melihat itu menjadi sedih. Ia kembali duduk dengan wajah yang sedih. Bahkan, air matanya mulai menetes. Di saat ia hendak hanyut dalam kesedihannya. Tiba-tiba, seseorang memeluknya dari belakang. “Baiklah, karena kamu yang memintanya aku tetap bersamamu,” ucap Alvino. Azura tersenyum, namun ia tetap mengeluarkan air mata. “Kenapa kamu menangis, hm?” tanya Alvino. “Ini semua salahmu, kenapa kamu tidak menjawab sebelumnya. Aku pikir, kamu tidak mau dan akan tetap pergi bekerja.” Azura kembali menangis, sambil menj

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 34 Kalah dengan kata hati sendiri

    Tepat pada saat jam makan siang. Alvino telah tiba di rumah, dengan kedua tangan yang menenteng tas belanjaan.Dengan senyuman manis nan lebar. Alvino berjalan memasuki rumah yang ia tempati bersama Azura.“Sayang! Aku pulang!” seru Alvino berjalan melangkah menaiki tangga.Setibanya di lantai dua. Ia melihat Azura yang tengah duduk menunggunya di ruangan tengah dekat balkon.“Kamu sudah datang?” tanya Azura yang terlihat sangat antusias.“Hm,” jawab Alvino tersenyum ceria.“Ini dia seafoodnya. Dan ini cup cakenya.” Alvino mengeluarkan dan meletakkan kedua pesanan Azura di atas meja.Azura tersenyum menatap kedua menu makanan tersebut.“Tunggu sebentar, aku ambil sarung tangannya terlebih dahulu.” Alvino pun pergi menuju dapur, untuk mengambil sarung tangan khusus makan.Lalu, beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa sepasang sarung tangan.“Biar aku kupaskan ya,” ucap Alvino.Azura mengangguk begitu saja. Membuat Alvino kembali tersenyum senang, dan membuka wadah berisi seafo

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 33 Tidak mau jatuh cinta yang kedua kali

    “Rupanya, kamu sudah bosan hidup,” ucap Alvino dingin.Ia menatap pria dihadapannya itu dengan tajam, seakan menyiratkan amarah yang luar biasa meluap.Namun, belum sempat ia meluapkan amarahnya. Ponselnya berdering, yang terletak di atas meja kerjanya.Ia menghentikan langkannya, dan sedikit mengeram kesal. Sebelum akhirnya, ia pergi berlalu menuju meja kerjanya dan meraih ponselnya.Di saat Alvino menjawab telepon, pria tadi menghela napas lega. Meski hanya untuk beberapa saat.Alvino sedikit terkejut, saat melihat orang yang meneleponnya. Dengan bingung campur bahagia, ia pun menjawab panggilan tersebut.“Halo?” ucap Alvino.Tidak ada jawaban langsung dari seberang telepon, yang membuat Alvino menyeritkan dahi dan menatap ponselnya.Ia pikir, panggilan telepon tersebut berakhir begitu saja. Namun ternyata, ia masih terhubung.“Halo?” ucap Alvino, “Azura kamu ada di sana?”“Ekhm.” Azura berdehem, yang menandakan ia berada di sana.“Ada apa, hm?” tanya Alvino lembut.Namun, tatapanny

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 32 tanpa judul

    Akhirnya, bubur tersebut habis tak tersisa. Alvino tersenyum bangga, dengan mengacak-acak rambut Azura.“Pintar,” ucap Alvino.Azura hanya tersenyum, membiarkan Alvino mengacak-acak rambutnya. “Kamu mau minum susunya?” tanya Alvino sambil merapihkan kembali rambut indah istrinya.“Aku tidak yakin, tapi mungkin aku bisa mencobanya menggunakan sendok,” ujar Azura.Alvino mengangguk. “Baiklah, aku akan mengambil sendok teh dulu, ya.”Alvino bangkit dari duduknya, sambil membawa nampan berisi mangkuk kosong. Lalu ia keluar dari kamar Azura, menuju dapur.Tak berselang lama, Alvino kembali dengan membawa satu sendok teh. Kemudian, ia kembali duduk pada sisi ranjang dan memberikan sendok tersebut kepada Azura.Azura menerimanya, dan menyendok susu yang ada di gelas. Ia tidak langsung meminumnya, melainkan menatapnya terlebih dahulu dengan ragu dan cemas.“Jika kamu memang tidak sanggup tidak usah di minum,” ucap Alvino yang paham dengan tatapan istrinya.“Tidak, aku harus meminum

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 31 Senyuman Alvino

    Sontak saja, Alvino langsung membuka mata dan bangkit. Wajah polos bangun tidurnya terlihat panik dan juga cemas.“Maafkan aku, a-aku tidak bermaksud seperti itu,” ucap Alvino merasa bersalah.Lalu, ia segera merendahkan tubuhnya. Mendekatkan wajah pada perut Azura, dan mengusap lembut perut rata itu.“Maafkan Daddy ya, Daddy pasti menyakitimu,” gumamnya kepada perut tersebut.Untuk sesaat, Azura merasakan sesuatu perasaan yang aneh di dalam hatinya. Seperti perasaan berdebar, namun sangat senang ia rasakan ketika Alvino mengajak calon buah hati mereka berbicara.“Kamu mau makan?” tanya Alvino membawa pandangannya kepada Azura.Namun, sepertinya Azura masih terhanyut dengan aktivitas Alvino sebelumnya. Membuatnya, tak sadar jika Alvino berbicara kepadanya.“Azura,” panggil Alvino dengan lembut.Azura pun tersadar. “Huh?” Ia membawa pandangannya kepada Alvino, yang tengah menatapnya penuh cinta.“Kamu mau makan, sayang?” tanya Alvino menambahkan panggilan ‘sayang’.“Jangan panggil aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status