LOGINBertahun-tahun Zeta mengejar cinta Genta, seniornya di kantor. namun bukan cinta yang Zeta dapat melainkan caci dan makian, hinaan dan perlakuan kasar. Dia menurunkan harga dirinya demi dapat perhatian dari Genta namun justru perlakuan kasar Genta semakin menjadi membuatnya mundur secara perlahan dan cinta itu berubah menjadi kebencian. sayangnya, semesta tidak mendukung jarak diantara mereka. mereka terlibat sebuah insiden yang tak menyenangkan yang akan merubah garis takdir mereka.
View MoreMemilih menghilang bak ditelan bumi demi tetap bisa hidup dibawah lindungan ibunya yang hatinya benar-benar sekuat baja, Arzeta benar-benar bergantung pada ibunya tidak ada tempat ia bersanding seiiring perutnya yang semakin bucit.
Bak sebuah kertas yang menutupi lubang, satu lubang ditutup tumbuhlah lubang yang lain. Mila memutuskan menutup kedua telinganya dari berita tentangnya yang simpang siur, kedua tangannya tidak cukup untuk menutup semua mulut yang membicarakannya bukan masalah untuk dirinya, ia hanya tidak mau Arzeta mendengar dan tidak menghadapinya.
hidup yang hancur itu seperti apa, layaknya sesuatu yang diambil paksa atau harus tetap berjalan dengan kaki diatas serpihan kaca. hidup yang terombang ambing demi menghindari beberapa ucapan yang membuat naluri benar-benar terputus. dikelilingi aib dimana-mana tetapi tetap harus bertahan hidup!
Lelaki itu menunggu seseorang di dalam toilet perempuan, berkali-kali ia mengigit kukunya matanya menatap cemas sekitar. Seperti seseorang yang mengalami depresi ia mondar-mandir dengan setia menunggu seseorang di dalam untuk keluar.
“Kamu nggak minum obat itu kan?” Bentak Genta dengan mata yang memerah dan nafasnya memburu.
“Kamu pikir hidup dan karirku tidak hancur? Aku yang lebih dirugikan disini!” Tandas Zeta kemudian menekan tombol lift membuat Genta terdiam mendengar suara Zeta yang tak lagi bergetar namun justru terdengar sedang menggertaknya.
“Kalau lelaki bajingan itu tidak mau bertanggung jawab, ataupun kamu takut mencoreng nama baik keluarga. Mamah tegaskan apapun yang terjadi jangan aborsi bayi yang tidak berdosa di dalam rahimmu!!!” Ucap Mila penuh penekanan, berapi-api dalam kata demi kata.
Story Beginning.....
Arzeta memandang keluar dari teduahn parkiran, ia memeluk helmnya di kedua tangannya. Melihat jalanan yang masih belum kering dan juga dimana-mana ada genangan. Beberapa karyawan berlalu untuk segera pulang takut jika langit belum selesai mengguyur kota. Hujan susulan bukankah sering terjadi di cuaca dan iklim yang tidak menentu.
Ira : Ta, sorry gue ada lembur!
Arzeta menghela nafas membaca pesan dari sahabat karibnya. Entah harus bahagia atau justru benar-benar sedih. Arzeta menengok ke belakang melihat motor Genta masih terparkir di tempat yang semula menandakan laki-laki itu belum pulang.
Ibu : Pulang sama siapa Ta?
Ponselnya bergetar kembali, hanya ia baca sekilas tanpa berniat membalasnya. Ia lebih memperhatikan lorong yang bisa saja tiba-tiba Genta muncul, sedetik lambat saja pasti laki-laki itu mengabaikan Arzeta. Sesuai dengan pengamatan Arzeta laki-laki itu muncul dari lorong, Zeta bergegas menghampiri Genta.
Genta hanya melirik sinis, memakai jaket kulitnya. Zeta sudah menyiapkan ekspresi yang akan ia perlihatkan pada Genta saat ini.
“Bang, Zeta bareng ya! Temen dan…”
“Ibu lo sibuk iya?” Potong Genta menirukan ucapan Zeta yang selalu sama setiap ia ingin pulang bersama dengannya.
“Iya!” Jawab Zeta dengan wajah cengengesan padahal astmosfer di sekitarnya tampak jelas jika laki-laki itu tidak menyukai keberadaannya.
“Ya udah buruan!” Tukas Genta dengan wajah dan suara sangat sinkron menyiratkan ketidaknyamanannya pada Zeta.
Zeta dengan senyum lebarnya segera naik ke atas jok belakang Genta, ia hanya memegang erat tas ransel milik Genta sebagai pembatas antara dirinya dengan Genta. Motor melaju dengan kecepatan sedang, dengan lihai Genta menghindari genangan ditambah kota sehabis hujan, jalanan tampak sepi. Genta menjadi lebih leluasa untuk beraksi di jalanan.
Zeta yang berada dibelakang hanya tersenyum malu, lagi-lagi ia berhasil memanfaatkan momen demi momen guna menambah daftar kenangan bersama laki-laki yang ia dambakan, Genta Nugroho. Genta sama sekali tidak mau melihat spion yang memantulkan wajah Zeta yang sejak tadi menyembunyikan senyumannya.
Begitu sampai di depan rumah Zeta, Zeta segera turun dan tersenyum kemudian melangkah pergi. Ia pernah basa-basi dengan Genta untuk bersinggah sebentar di rumahnya namun laki-laki itu mengacuhkan itu tidak terjadi sekali dua kali tapi berkali-kali, membuat Zeta memilih hanya mengucapkan terimakasih atas tumpangannya. Perasaan yang ia simpan rapat-rapat membuat Zeta mengetahui Genta merupakan sosok laki-laki yang tidak suka dengan hal yang basa-basi.
“Heh!” Panggil Genta membuat Zeta langsung menoleh dengan senang hati. Langsung mendekat pada Genta yang menatapnya dingin, sorot matanya begitu tajam benar-benar membunuh bak seekor elang menemukan mangsa.
“Gue tegasin ya Ta sama elo! Gue nolong elo bukan karena gue punya rasa yang sama kayak elo!” Ucap Genta dengan menggebu-gebu namun wajah Zeta tampak tenang mendengarnya, membuat Genta semakin terpancing emosi.
“Tapi karena sesame rekan kerja aja! Jadi gue harap elo nggak meminta lebih!” Ucap Genta begitu taja, dan menusuk namun wajah Zeta tampak tenang, membuat Genta berfikir bahwa Zeta tidak mengerti maksud ucapannya.
“Percuma gue ngomong sama cewek setengah kayak elo!” Ucap Genta pedas kemudian menancap gasnya kencang meninggalkan Zeta yang mematung kemudian tertawa ketir menertawakan dirinya sendiri.
TO BE CONTINUE --->
“Ira!” Panggil Zeta dengan suara yang sedikit bervolume dibandingkan sebelumnya. Membuat sag pemilik nama Ira menghentikan motornya yang baru saja ia akan menancap gas.“Ini, lupa kan?” Tanya Zeta menyodorkan sebuah kotak bekal yang rupanya berisikan bolu yang ditawarkan.“Oh iya lupa Ta!” Ucap Ira dengan senyumannya kemudian menerima kotak bekal dari sahabatnya itu.Setelah Ira pergi Zeta masuk ke kantor, kebetulan sekali ia bertemu dengan Genta yang baru saja tiba di parkiran. Zeta tersenyum meski tak terbalas kemudian menghampiri Genta yang sengaja tidak peduli dengan kedatangan perempuan yang kini sudah berdiri disampingnya.“Ada apa?” Tanya Genta galak padahal Zeta belum mengatakan sepatah kata pun.“Kebetulan Bang Genta disini. Mau ngasih bolu bikinan Mamah aku nih.” Ucap Zeta menyodorkan sebuah kotak.Bukannya segera menerima, Genta memandang kotak berwarna biru itu dan Arzeta secara bergantian. Sedangkan Zeta masih setia memegang kotaknya dan tak lupa senyuman tulusnya yang se
Hari masih sedikit gelap, sang mentari belum juga menampakkan diri pasanya. Sedangkan perempuan yang tengah memeluk dirinya sendiri dengan selimut itu sedikit terusik tidurnya karena mendengar kebisingan diluar kamarnya. Ia memaksa dirinya untuk membuka matanya. Merenggangkan sedikit ototnya, tidak seperti biasanya ia bangun sebelum sang mentari terbit.“Mah…” Panggil Arzeta yang perlahan membuka pintunya dengan mata setengah terpejam.“Mamah ganggu ya Ta!” Ucap Mila yang langsung menoleh ke belakang menghentikan sejenak aktivitasnya yang rupanya sedang memasak sebuah bolu.“Ada pesenan ya Mah?” Tanya Zeta seraya mengusap pelan matanya.“Iya, cuman sedikit sih!” Jawab Mila terus melanjutkan acara potong memotong bolu yang baru saja ia diamkan setelah dimasak di oven.Zeta mencuci muka dan tangannya, mengikat rambutnya asal dan bergegas mendekat pada sang ibundanya guna bisa sedikit membantu pekerjaan sampingan ibunya. Mila hanya tersenyum kepada Zeta yang selalu siaga tanpa ia minta t
Hujan deras yang mengguyur kota tidak mengindahkan kedua insan yang dalam perjalanan pulang, hujan yang cukup dalam beberapa detik membuat baju basah tak mengurungkan niat Genta untuk segera pulang. Dia bahkan mengabaikan soal Arzeta yang tidak membawa mantol. Jadilah perempuan yang berada di jok belakangnya basah kuyup.Arzeta beberapa kali menutup matanya begitu air hujan beserta angin menimpa matanya beberapa kali. Jika tidak terpejam mungkin air akan masuk dan akan terasa sakit. Ia terus merutuki dirinya dalam perjalanan pulang. Bagaimana bisa ia memaksakan diri untuk ikut pulang meski tidak memakai mantol. Lihat sekarang, hujan deras sampai rupa dan kondisi Arzeta tidak berbentuk pun lelaki di depannya tidak peduli. Sungguh malang nasibmu nak!Perlahan motor menepi begitu sampai di seberang kontrakan Arzeta, biasanya Arzeta akan berlama-lama tapi tidak untuk sekarang.“Makasih Bang!” Ucapnya kemudian bergegas berlari menyeberang begitu tidak ada kendaraan disana.Ia bahkan tidak
Cuaca siang hari begitu panas namun tiba-tiba begitu menjelang sore langit mendadak gelap dipenuhi dengan awan hitam. Tidak hanya Zeta yang merasakan hawa dingin mulai melanda ruangan, banyak karyawan lainnya berdoa agar tidak hujan saat jam pulang nanti. Zeta justru mencemaskan ibunya yang sekarang mungkin sudah perjalanan pulang.Zeta : Mamah sudah sampai?Zeta meletakkan ponselnya dan kembali menatap data yang ada di monitor sambil menunggu balasan dari ibunya. Lagi pula jika hujan pun ia juga bingung bagaimana cara pulang sedangkan ia tidak punya mantol.Mamah : sudah, ini baru saja gerimis. Zeta menghela nafas, ia lega tidak perlu mencemaskan ibunya kehujanan. Sekarang saatnya ia memikirkan bagaimana ia pulang nanti jika hujan deras. Dulu awal masuk kerja mungkin Ira sahabatnya setia menjemputnya namun sekarang keduanya hanya bisa Bersama ketika berangkat saja karena Ira selalu lembur.“Ta! Mau bikin teh anget nggak?” Tanya Salsa tiba-tiba saja muncul disamping Arzeta.“Lo mau
“Pagi !” Sapa seorang perempuan yang baru sampai menyapa teman-teman satu kantornya mereka tersenyum pada Zeta.“Ta hari ini gue gak titip kopi dulu deh!” Celetuk seseorang dari belakang yang langsung dibalas anggukan Zeta.“Kenapa lo? Tumben bener!” Tanya Dicky pada lelaki yang berkutik dengan ponselnya.“Gue habis dari rumah mertua gue, kebetulan dibawain kopi.” Ucap lelaki itu memperlihatkan botol termosnya membuat Dicky mengangguk paham.Dicky, yang berbeda kantor itu selalu nimbrung Bersama teman-temannya disini sebelum jam kerja dimulai. Lebih tepatnya sebelum Genta datang, pastinya ia akan sendiri di ruangan jadi lebih baik tertawa dengan teman-teman lainnya.Tak lupa menggoda fans sahabatnya adalah kegiatannya berhari-hari yang tak pernah bosan. Zeta mulai malas jika Dicky sudah berjalan menuju kearahnya ia pun memasang muka masam. Bukannya mengurungkan niat justru Dicky tersenyum.“Widih nggak ada Genta aja lo galak bener sama gue!” Ucap Dicky duduk di meja kerja Zeta.Zeta m
Sebuah motor yang tadinya melaju dengan kecepatan sedang, perlahan menepi setelah menyalakan lampu sen kirinya. Sang pengemudi tidak sendiri, ada sosok perempuan yang duduk di jok belakangnya. Raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya setiap kali laki-laki itu mengantarnya pulang. Ia turun, tadinya ia masih tersenyum begitu menatap mata elang lelaki itu, senyumnya luntur begitu saja.“Terima…”Ucapannya terpotong karena lelaki itu langsung menancap gas begitu memastikan jika perempuan yang ia antar sudah turun. Arzeta hanya tersenyum masam menatap kepergian Genta, lelaki itu sengaja segera pergi.“Kasih…” Lanjut Arzeta melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong.Arzeta melangkahkan kakinya menuju rumah kontrakannya, baru saja ia membuka pintu sudah dikejutkan dengan ibunya yang sudah berdiri di ambang pintu, melihat anaknya yang sedikit tersentak kebelakang ibunya hanya tersenyum tanpa dosa.“Tadi siapa Ta?” Tanya Mila yang rupanya sejak tadi melihat interaksi antara Gen






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments