Share

Bab 34

Author: Aura Tanjung
Di sisi lain, Camelia menginjak pedal gas dengan kuat, membuat mobil sport hitamnya memelesat seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya, meninggalkan jejak asap knalpot di belakang.

Satu tangan Camelia menggenggam setir. Kemudian, dia menggunakan tangan lainnya untuk mengusap wajahnya dengan kasar.

Wajah ibunya yang dipenuhi amarah serta kata-kata tajamnya terus terngiang-ngiang di benaknya.

‘Kamu sudah mempermalukan nama Keluarga Winston!’

‘Apa nggak ada ibumu di dalam matamu?’

Ucapan itu bagai sebatang duri yang menancap dalam di dalam hati Camelia. Camelia menggigit erat bibir bawahnya. Pedal gas diinjak semakin dalam lagi.

Sekarang Camelia hanya ingin melarikan diri dari semua ini, melarikan diri dari rumah yang membuatnya sesak napas, melarikan diri dari Tiffany yang begitu disayang, dan juga ibunya yang begitu dingin terhadapnya.

Setelah tiba di bawah rumah Maggie, Camelia baru menyadari telapak tangannya sedang berkeringat.

Rumah Maggie berlokasi di sebuah apartemen kela
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 35

    Holden mengendarai mobil ke apotek terdekat. Dia membeli semua obat antiseptik di apotek, lalu memasukkannya ke dalam bagasi mobil.Setelah Holden tiba di rumah Maggie, Camelia sedang duduk di atas sofa dengan memegang segelas air es. Ekspresinya kelihatan lesu dan murung.Holden segera berjalan ke depan Camelia. Ketika melihat wajah merah dan bengkak Camelia, hatinya terasa sakit bagai ditusuk jarum saja.“Ada apa? Siapa yang memukulmu? Apa kamu merasa sakit?” Nada bicara Holden sangat lembut. Sungguh berbeda dengan presdir Grup Lukasa yang kalem.Camelia pun tertegun dengan perhatian mendadak dari Holden. Dia spontan memalingkan kepalanya, mengelak tatapan Holden. “Aku baik-baik saja. Cuma luka kecil saja.”“Luka kecil? Apa ini namanya luka kecil!” Maggie yang berada di samping menjerit.“Coba kamu lihat wajahmu itu! Kalau bukan karena aku segera mengompres wajahmu, entah sudah sebengkak apa wajahmu!”Raut wajah Holden semakin murung lagi. Rasa sakit membaluti tatapannya. “Kenapa kam

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 36

    Jantung Camelia berdetak semakin kencang lagi. Dia merasa wajahnya semakin memanas saja. Dia memalingkan wajahnya, lalu berkata dengan suara kecil, “Aku baik-baik saja. Hanya luka ringan saja.”“Luka ringan?” Terdengar kemarahan dalam suara Holden. “Wajahmu sudah sebengkak ini, kamu malah mengatakan hanya luka ringan? Beri tahu aku, apa yang sudah terjadi?”Camelia memberi tahu semua yang terjadi di perusahaan tadi kepada Holden. Selesai mendengar, raut wajah Holden kelihatan sangat amat muram. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi asistennya, “Pergi selidiki seseorang yang bernama Steven.”Nada bicara Holden terdengar dingin. Dia terasa sangat berwibawa, sungguh berbeda dengan dia di saat bersikap lembut.Camelia menatap Holden dengan perasaan kalut. “Holden ….” Camelia menarik lengan pakaiannya dengan perlahan. Pada akhirnya, Camelia tetap menggeleng. Nada bicaranya terdengar agak letih.“Jangan menambah masalah. Lagi pula, aku juga nggak dirugikan.”Camelia tidak berharap Ho

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 37

    Di luar restoran.Levin menampilkan sikap acuh tak acuh. Matanya melirik Camelia dengan tatapan menantang. Dia juga menunjukkan senyuman bandelnya. Satu tangan Levin merangkul pinggang Josie, sementara tangan yang satu lainnya memainkan pemantik api dengan santainya, seolah-olah dia tidak peduli dengan apa pun. Hanya saja, saat tatapannya tertuju pada pria di hadapan Camelia, tatapannya pun mulai berubah. Samar-samar terlintas ekspresi menyelidiki di matanya.Levin tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas, hanya dapat melihat sosok punggung yang lebar dan tegap. Namun, dari postur tubuhnya yang kokoh serta aura kuat yang terpancar di sekelilingnya, dia bisa merasakan bahwa pria ini bukanlah orang biasa.Josie mengikuti arah pandang Levin. Dia juga memperhatikan pria yang berada di seberang Camelia. Meski hanya bisa melihat bayangan punggung saja, insting Josie mengatakan bahwa aura yang dipancarkan pria itu berbeda dengan Levin dan juga semua pria yang pernah dijumpainya sebelum

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 38

    Di dalam restoran, makan malam Camelia dengan Holden tidak diganggu oleh siapa pun.“Bagaimana menurutmu mengenai proyek resor pemandian air panas Grup Wardana?” tanya Holden dengan acuh tak acuh sembari memotong steak sapi dengan elegan.Camelia menurunkan garpu di tangannya, kemudian menjawab dengan serius, “Grup Wardana ingin membangun sebuah resor pemandian air panas kelas atas yang menggabungkan perawatan kesehatan, rekreasi, dan hiburan. Aku sudah menyusun konsep awal, yaitu menggabungkan gaya arsitektur modern dengan keindahan alam, menciptakan ruang yang bukan hanya modern, tapi juga penuh dengan nuansa zen.”Holden mengangkat-angkat alisnya dengan gembira. “Oh? Coba kamu katakan.”Camelia mengeluarkan tablet dari dalam tasnya, lalu mengeluarkan proposal hasil desainnya. Dia menyerahkannya kepada Holden, lalu menjelaskan sedikit pemikirannya.Holden membaca proposal sembari mendengar penjelasan Camelia. Terlihat rasa penuh kagum di dalam tatapannya. Tidak dipungkiri, konsep des

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 39

    Camelia melepaskan sabuk pengaman, lalu mengulurkan tangan untuk mendorong pintu mobil. Dalam sesaat, hawa panas beserta hiruk-pikuk suara kota menyusup ke dalam mobil, menciptakan kontras yang tajam dengan ketenangan di dalamnya.Camelia menyipitkan sedikit matanya, menyesuaikan dirinya dengan cahaya yang menyilaukan sebelum akhirnya dia menuruni mobil.Suara nyaring dari sepatu hak tinggi yang menyentuh permukaan lantai terdengar jelas. Setelah berdiri tegak, Camelia menoleh ke arah Holden. Rambut panjangnya yang hitam pekat tersapu angin sepoi-sepoi, memperlihatkan lehernya yang putih dan jenjang.Camelia sedikit mengangguk. Sudut bibirnya melengkung tipis membentuk senyuman tipis. “Terima kasih.”Tatapan tajam Holden tertuju pada bayangan tubuh Camelia. Setelah dia memasuki gedung, mobil Maybach hitam baru melaju pergi.Camelia memasuki gedung. Angin sejuk di dalam gedung membuatnya terasa lebih sejuk. Dia merapikan pakaiannya sejenak, lalu berjalan ke dalam ruang kerja Agnes. Saa

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 40

    Tema desain resor pemandian air panas ini tidak lagi monoton seperti gaya Jepang, melainkan menggabungkan nuansa tropis khas Asia Tenggara dan minimalis Eropa Utara.Setiap area memiliki tema uniknya sendiri, seperti "Pemandian Air Panas di Bawah Bintang", "Pemandian Air Panas di Hutan", dan "Pemandian Air Panas di Lautan Bunga".Ditambahkan juga pengalaman interaktif, seperti yoga di pemandian air panas, taman bermain air, dan lainnya.Pihak kerja sama untuk area spa juga sangat memukau. Tidak lagi terbatas pada merek dalam negeri, tetapi melibatkan beberapa merek internasional ternama, menawarkan layanan yang lebih eksklusif dan beragam.Desain area kuliner juga dibuat unik. Selain menyajikan hidangan kesehatan tradisional, ditambahkan juga masakan khas lokal demi memenuhi selera berbagai wisatawan.Fasilitas di area penginapan telah ditingkatkan dengan teknologi kecerdasan buatan. Setiap kamar dilengkapi dengan sistem kontrol kecerdasan buatan yang dapat menyesuaikan pencahayaan, su

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 41

    “Pak Levin, aku … aku benar-benar nggak menyangka gadis itu akan ….” Steven berusaha untuk menelan air liurnya. Suaranya terdengar sangat gemetar. “Dia … sekarang dia sudah berbeda dengan saat baru datang ke perusahaan!”“Berbeda? Kenapa bisa berbeda? Coba kamu katakan dengan jelas!” Levin langsung menyela omongan Steven dengan nada meremehkan.“Sebelumnya bukannya kamu bilang kamu sudah mempermainkannya? Sekarang kamu malah nggak bisa mengatasi seorang wanita? Apa gunanya aku membayarmu?” Rasa takut semakin memenuhi hati Steven. Dia menjelaskan dengan gemetar, “Pak Levin, dia … sekarang dia berubah menjadi sangat hebat. Aku … aku sudah bukan lawannya lagi.”Steven menjelaskan masalah tadi pagi dengan menambahkan bumbu. Intinya, dia menegaskan bagaimana Camelia membantingnya ke lantai, lalu bagaimana Camelia mempermalukannya di kantor.“Dibanting?” Terdengar rasa tidak percaya dari suara Levin. “Kamu seorang cowok malah dibanting sama seorang cewek?” Sepertinya Levin telah mendengar l

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 42

    Suara rendah Holden terdengar dari ujung telepon. Terdengar sedikit rasa letih dan tawa di dalam suaranya.Camelia menghentikan gerakan tangannya, lalu melihat jam di ujung kanan bawah layar komputer.“Apa kamu nggak sibuk hari ini? Kenapa kamu ada waktu untuk menjemputku?”Camelia mengeklik folder lain dengan mouse, lalu segera melihat isi dokumen.“Aku sudah merencanakannya dari awal.” Suara Holden terdengar lembut. “Belakangan ini banyak orang jahat. Aku mengkhawatirkanmu. Nggak aman untuk pulang sendiri.”Hati Camelia terasa hangat. Dia spontan mengusap daun telinganya. Ujung bibirnya spontan melengkung ke atas. “Aku masih harus lembur. Kamu tunggu sebentar, ya. Proposal ini untuk dipakai esok hari.”“Kalau begitu, aku akan naik untuk temani kamu.” Usai berbicara, Holden langsung mengakhiri panggilan.“Jangan ….” Camelia ingin segera menghalanginya. Namun belum sempat dia menyelesaikan omongannya, suara nada sibuk sudah terdengar di telinganya.Camelia menggenggam ponselnya dan ter

Latest chapter

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 100

    Holden berjalan keluar, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Simon. “Periksa CCTV area parkiran bawah tanah Grup Winston, cari keberadaan Camelia.”Saat Simon mendengar ucapan buru-buru presdirnya, dia pun segera memutuskan panggilan dan mulai melaksanakannya.Holden juga tidak senggang. Bibir tipisnya digigit erat. Keningnya juga tampak berkerut. Dia mengeluarkan laptop mencoba untuk melacak keberadaan ponsel Camelia.Saat sedang berusaha, Simon pun menelepon, “Pak Holden, aku sudah menemukannya. Bu Camelia dibawa pergi seseorang. Lokasinya ada di ….”“Emm, gudang di pinggiran barat kota,” balas Holden dengan suara berat, “Bawa polisi ke sana. Aku akan ke sana sekarang.” Selesai berpesan, Holden langsung memutuskan panggilan.Simon spontan tertegun. Dia dapat merasakan bahwa Holden sedang menahan amarahnya. Dia sudah bertahun-tahun bekerja dengan Holden, dirinya cukup memahami Holden. Simon pun diam-diam berdoa dalam hati, semoga orang yang menculik Camelia bisa beruntung. J

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 99

    Camelia mengamati lingkungan di sekeliling. Dia pun mengerti bahwa dirinya telah diculik. Dia kembali mengingat kembali apa yang ada di benaknya.Saat ini, orang yang pernah disinggung Camelia hanya beberapa orang saja. Dia bahkan bisa menghitung dengan satu tangannya.Saat Steven menampakkan diri, Camelia pun menunjukkan ekspresi seolah-olah dia sudah menduganya. Dia masih saja kelihatan tenang ketika melihat Steven, seolah-olah sedang melihat badut saja.Steven mengerti makna dari tatapan Camelia. Dia mencubit dagu Camelia dengan tidak senang, lalu berkata dengan nada suram, “Tatapan apa itu? Apa kamu lagi mengancamku?”“Heh, ngomong?” Camelia mendengus dingin. Dengan suara yang keluar dari dada, mata Camelia sedikit menunduk, memberi isyarat mata bahwa mulutnya sedang disumpal.Saat ini, Steven membuka lakban di mulut Camelia dengan wajah penuh rasa bangga. “Ada apa? Kenapa sekarang kamu nggak sesombong seperti di ruang rapat?”Sambil berkata, Steven menepuk pipi Camelia dengan ter

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 98

    Kebetulan, selama ini Levin juga terus menyuruh Steven mencari kesempatan untuk menghadapi Camelia.Levin sedang bingung lantaran tidak menemukan alasan. Kali ini, bukannya kesempatan sudah datang ke depannya?Steven menenangkan Christine yang masih terisak-isak, lalu berjalan ke samping untuk menghubungi Levin.Ketika Christine melihat gerakan Steven, tatapannya menjadi muram.Selama ini, Christine tahu Steven bisa bersikap arogan di perusahaan bukan karena ada sokongan dari Tiffany seorang diri, dia juga memiliki Levin sebagai sandaran.Asalkan bisa dibantu oleh Levin, Camelia pasti tidak bisa melarikan diri lagi!Di sisi lain, saat Levin melihat ada panggilan masuk dari Steven, dia pun merasa tidak sabaran.Saat membaca nama Steven, Levin pun kepikiran selama ini Steven terus memikirkan cara untuk menghadapi Camelia, tetapi masih tidak ada hasilnya. Sejak bertemu terakhir kali di resepsionis, tidak terdapat informasi lain lagi.Jadi, ketika melihat Steven, Levin pun merasa marah.Le

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 97

    Christine dilempar ke depan pintu gedung perusahaan. Sekelompok sekuriti mendorongnya keluar.Resepsionis juga mencondongkan kepala mereka untuk ikut menyaksikan keramaian. Mereka juga ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Bagaimanapun juga, ini adalah pertama kalinya terjadi masalah seperti ini.Satu detik kemudian, sekuriti membuang barang Christine ke atas tubuhnya. “Kamu sudah boleh pergi. Kalau nggak ada urusan, jangan muncul di dekat perusahaan.”Usai berbicara, sekuriti menepuk-nepuk tangannya, lalu meninggalkan tempat. Semua itu adalah perintah dari manajer proyek. Mereka pun telah menyelesaikannya dengan lancar!Sejak tamat kuliah dan bekerja bertahun-tahun di sini, Christine adalah orang pertama yang pernah dia lihat, dikeluarkan dari perusahaan dengan begitu memalukan. Semua itu juga terasa langka.Christine menatap dua resepsionis di pintu yang melihatnya dengan senyum dan kebingungan di mata mereka.Dia menggigit bibir merahnya, mengepalkan tangan, lalu diam-diam

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 96

    “Aku mohon sama kamu. Maafkan aku, Bu Camelia. Aku benar-benar bersalah. Aku nggak akan mengulanginya lagi.”“Kamu masih ingin mengulanginya lagi?”Camelia menyipitkan mata indahnya. Hatinya sangat teguh ketika dihadapkan dengan permintaan ampun dari Christine. Dia juga bukan berhati mulia. Seandainya bukan karena Camelia sudah mempersiapkan semuanya, dia benar-benar tidak bisa menangani masalah ini. Seandainya pihak yang hasilnya dijiplak hari ini bukanlah Camelia, melainkan hanyalah seorang anak magang yang baru masuk perusahaan, bukannya hidup anak baru itu akan berakhir?Ketika kepikiran hal ini, tatapan Camelia menjadi dingin.Christine segera menggeleng. “Bukan, bukan, Bu Camelia. Hanya kali ini saja. Aku hanya melakukan sekali saja. Aku juga nggak akan melakukannya lagi.”Christine menangis hingga mencucurkan air mata dan juga ingusnya. Namun orang-orang di tempat malah tidak ada yang maju untuk memelas pengampunan untuknya.Dapat diketahui bahwa hubungan dia dan yang lain biasa

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 95

    Sambil berbicara, Christine juga tidak tahan kuasa untuk menyindir, “Heh, pura-pura saja. Aku penasaran apa yang bisa kamu keluarkan!”Camelia tidak menghiraukannya, lalu lanjut membuka PPT.Sebuah proposal baru diperlihatkan ke hadapan semua orang.Bukan hanya lebih lengkap daripada milik Christine, bahkan lebih detail. Bahkan, artis juga sudah dihubungi.Suara dingin dan tenang Camelia terdengar perlahan. “Proposal yang dicuri Christine adalah proposal edisi paling awalku. Sekarang ini adalah proposal edisi finalku. Untuk area pemandian air panas, kita nggak boleh hanya berfokus pada kemewahan saja, juga mesti mempertimbangkan keberadaan mayoritas keluarga. Jadi, pada edisi final, aku pun memiliki cakupan yang lebih luas dengan tingkat realisasi yang lebih tinggi.”“Mengenai soal kolaborasi, saat ini masih dalam proses. Aku sudah melakukan koordinasi sebagian dengan pihak mereka.”Setelah ucapan itu dilontarkan, terdengar suara tepuk tangan di dalam ruangan.Semua orang langsung berd

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 94

    Setelah dicampakkan, Camelia mengambil tisu basah dengan gerakan elegan. Dia mengelap satu per satu jari tangannya.Gerakan itu semakin memancing emosi Christine.Setelah beberapa saat kemudian, Christine hendak melangkah maju untuk berdebat dengan Camelia, “Camelia, kamu itu orang murahan, kenapa kamu berani sekali! Aku nggak akan lepaskan kamu begitu saja!”Rasa murka sudah memenuhi benak Christine.Pada saat ini, Christine sudah sepenuhnya lupa bahwa dia duluan menjiplak hasil orang lain.Namun pada saat ini, manajer proyek berjalan maju untuk menarik Christine. Dia berkata dengan tegas, “Sudahlah, Christine, kita semua rekan kerja. Untuk apa bertengkar hingga canggung seperti ini?”“Bisa jadi, Camelia berbuat seperti ini karena ada alasan lain.” Begitu manajer melontarkan ucapannya, ada banyak orang yang merasa aneh. Camelia malah berkata, “Tentu saja ada alasanku. Proposal Christine itu hasil jiplakan.”“Omong kosong!” Lantaran dibongkar, Christine langsung meluapkan amarahnya. S

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 93

    “Karena kamu nggak pantas dengan proposal ini.” Camelia berdiri dengan perlahan. Raut wajah indahnya kelihatan datar.Camelia menatap Christine yang sedang marah-marah di sini. Dia seperti sedang menyaksikan badut yang sedang melakukan pertunjukan saja.Christine mengepal tangannya dengan gusar. “Apa maksudmu?”Tiba-tiba ekspresi Christine menjadi galak. “Jangan-jangan kamu iri sama proposalku, makanya kamu mengatakan ucapan seperti ini. Camelia, hatimu sempit sekali.”Sejak melihat Camelia berdiri, Christine pun mulai merasa takut.Namun, satu detik kemudian, tiba-tiba Christine kepikiran bahwa dirinya sudah memindahkan data Camelia, lalu mempresentasikannya duluan. Jadi, memangnya kenapa kalau Camelia merasa marah? Siapa yang duluan mempresentasikan proposal itu, proposal pun akan menjadi milik orang itu.Manajer proyek juga ikut menatap wajah tegas Camelia. Tatapannya berubah tajam. Dia mulai mempertimbangkan. “Camelia, maksudmu ….”“Pak Manajer!” Christine tidak tahan kuasa langsun

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 92

    Camelia tidak berbicara. Dia menopang dagu dengan telapak tangan kanannya sembari menatap Christine dengan malas. Dia yang terkadang mengangkat kelopak matanya itu kelihatan seperti seekor kucing Persia yang kelihatan anggun dan santai.Christine sengaja mengamati ekspresi Camelia. Ketika melihat dirinya yang begitu santai, Christine spontan mengepalkan tangannya.Bagus, Camelia, dasar wanita murahan. Sekarang kamu bisa bersikap sombong, nanti aku akan bikin kamu tidak bisa berkata-kata lagi.Aku penasaran, tanpa proposal ini, apalah kamu di depan manajer proyek?Christine berjalan ke atas panggung dengan percaya diri. Dia sedikit mendongakkan dagunya, seperti seekor ayam jantan yang siap bertempur, kelihatan gagah dan penuh semangat.Camelia hanya merasa sangat lucu saja.Begitu Christine mencolok flashdisk ke komputer dan menampilkan isi proposal. Sorot mata Camelia langsung berubah.Ternyata benar.Christine mencuri proposal miliknya.Namun, Camelia tidak menunjukkan reaksi berlebih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status