Share

Riana's Diary 5

Hampir satu setengah tahun telah berlalu (delapan setengah tahun lalu), banyak hal yang telah terjadi pada Riana dan keluarganya.Setelah pertemuannya dengan Rafael di waktu itu, mereka selalu bermain bersama di taman belakang.Dalam waktu yang masih tergolong singkat itu, mereka telah menjadi teman yang sangat dekat.

Namun, hari ini, alih-alih bermain di taman belakang, di lapangan hijau itu dengan pakaian serba hitam Riana berdiri di dekat  sebuah nisan besar.Di sana seorang wanita terus menangis memeluk nisan itu, tak kenal lelah sudah hampir tiga jam ia di sana dan Riana menemaninya.

Hari itu, adalah hari pemakaman adiknya, Rin Ellon, setelah lama berjuang melawan penyakitnya ia meninggal di usia 6 tahun.Ibunya seakan tak merelakan putri bungsunya itu, setelah sekian lama ia menemani dalam perjuangannya.Riana hanya berdiri di sana menemani ibunya, tak kuasa berkata apapun melihat kesedihan yang begitu besar terpancar dari sorot matanya.

“Nona Riana, Nyonya Sarah, sudah waktunya untuk kembali,” kata seorang anak laki-laki yang menghampiri mereka, dengan setelan serba hitamnya, dialah Rafael yang turut menghadiri pemakaman itu.

“Nyonya, tidak baik terus menerus menangis seperti ini.Saya mungkin tidak terlalu mengenal nona Rin, namun saya yakin ia tak mengharapkan Nyonya terus bersedih seperti ini.”

Wanita itu pun bangkit dari posisinya, ia membenarkan beberapa bagian pakaiannya.Dengan tanggap Riana memberikan sapu tangan putih bersih kepadanya, untuk membersihkan air mata di wajah wanita itu.

“Terima kasih Riana, dan juga?”

“Rafael, Nyonya, saya adalah teman Riana.Karena kita jarang bertemu, Nyonya mungkin tidak mengingat saya,” jawab Rafael dengan sopan.

“Rafael anak pak Rian ya, aku tahu sedikit tentangmu. Terima kasih telah menemani putriku selama ini.”

“Tidak masalah, Nyonya, saya melakukannya dengan senang hati.”

“Baiklah, sepertinya kita bisa kembali sekarang.” kata wanita itu, sembari menahan air mata yang masih terus mengalir di wajahnya, sesekali ia menyekanya dengan sapu tangan.

“Mobilnya ada di sebelah sana nyonya, tuan Freddy telah menunggu,” kata Rafael sambil menunjuk, dan memimpin mereka meninggalkan makam itu.Setelah mengambil beberapa langkah, Riana menoleh ke belakang terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Ia melihat seorang anak perempuan memakai pakaian berwarna biru, di temani oleh seorang tak dikenal dengan pakaian serba hitam dan tudung yang menutupi wajahnya.Sosok tersebut menggenggam erat tangan anak perempuan itu.

Riana hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya itu, namun tak berani menceritakannya baik pada Rafael terlebih lagi ibunya.

***

Tidak lama setelah pemakaman Rin Ellon, Frans, putra tertua keluargaa Ellon, akan segera meninggalkan rumah,untuk melanjutkan studinya di luar negeri.Ia bahkan mendapatkan peringkat pertama dari seleksi yang diselenggarkan di beberapa negara itu.

Sementara itu, Sarah Ellon, ibu mereka masih terus berkabung atas  kepergian putri bungsunya itu.Bahkan ia tidak ikut serta mengantarkan putranya itu ke pelabuhan, meninggalkan Kota Golden Valley.

Melihat keterbatasan pilihan akses transportasi  di kota itu, Freddy Ellon berencana untuk membangun bandara.Ia melihat ada tempat berpotensi di distrik Barat yang masih banyak memiliki lahan kosong.

Mobilitas yang tinggi dari penduduk golden valley, terutama sebagian orang yang mengisi kota adalah para turis yang berwisata di sini.Dengan demikian ia berencana untuk membanguan beberapa lintasan kereta layang yang mengelilingi kota, sehingga baik warga kota maupun turis dapat melihat pemandangan kota di tengah-tengah perjalanan mereka.

Pemandangan matahari terbit dan terbenam di kota ini memang menjadi nilai jual utama kota saat ini, namun ia berencana untuk merambah pada tahap yang lebih jauh lagi.Ia berencana untuk membangun lebih banyak pos dan rumah singgah di perbukitan, serta menambah fasilitas olahraga para layang di sana.

Sebenarnya ia juga ingin menjadikan hutan di distrik utara sebagai nilai jual kota, melihat kurangnya eksplorasi di daerah tersebut, yang mana membuat hutan tersebut masih di selimuti oleh misteri. Namun, berdasarkan pesan turunan dari Ayah dan Kakeknya ia tidak boleh terlalu ikut campur untuk urusan hutan itu. Jika ingin mengubah hutan, terlebih dahulu ia harus meminta izin, namun ia tidak tahu harus melakuakannya kepada siapa.

Ia hafal betul soal cerita kakeknya yang menerima bunga ajaib, kemudian di kenal sebagai golden flower dan sekantung berlian dari gadis kecil misterius di hutan.Ia mengenakan baju lengan pendek dan rok panjang  yang semuanya di dominasi oleh warna hitam, khas seperti pakaian untuk mengikuti upacara pemakaman. Rambutnya hitam legam setinggi bahu, kulitnya putih pucat, warna matanya merah menyala.Dari deskripsi singkat itu, ia punya firasat bahwa gadis itu bukan manusia, sehingga tidak terbesit niat untuk mendekatinya dan lebih baik bermain aman di kota.

Wali kota, chief, dan warga kota kemungkinan akan menyambut baik rencana ini.Namun, yang menjadi masalah utama atas segala rencananya itu adalah keuangan keluarga mereka yang belum mencukupi.Uang dalam jumlah besar yang diinvestasikan oleh kakeknya dari hasil penjualan berlian itu, belum mendatangkan keuntungan yang berarti mengingat kebanyakan memang digunakan untuk kepentingan kota.Sekalipun di tambahkan dengan anggaran kota, jumlah uang yang terkumpul masih belum cukup.

Kemudian seorang kolega kepercayaan menyarankan kepadanya untuk mencari investor yang mau membantu pendanaan proyek besarnya itu.Ia menyambut baik saran itu dan memercayakan keuangannya kepada orang itu, sementara itu ia mengurus urusan bisnisnya yang sudah ada.

***

Dua tahun telah terlewati (enam setengah tahun lalu), kolega kepercayaan Tuan Freddy itu berhasil mendapatkan banyak investor dan dana yang lebih dari cukup untuk mendanainya proyeknya.Namun, bukan hal baik yang ia terima justru hal buruk.Orang yang dipercayainya itu kabur entah kemana membawa semua uang yang berhasil ia kumpulkan.Jejaknya bahkan tidak terlacak lagi, karena kelihainnya.

Para investor yang telah menyuntikkan dananya pun meminta pertanggungjawaban kepada keluarga Ellon.Di tengah krisis tersebut Freddy Ellon berusaha memutar otaknya untuk menyeselaikan masalah tersebut.Selain masalah dari investor tersebut, masalah juga datang dari istrinya yang mengalami gangguan psikologis, ia terus berkabung akan kematian putri bungsunya.Istrinya masih belum merelakan putri mereka itu, dan hal itu juga menambah bebannya.

Di tengah-tengah keputus asaannya ia teringat perkataan temannya, Rian, ia menerima sebuah berlian dari gadis kecil sebagai ganti set teh yang ia buat. ”Mungkin aku bisa bertanya padanya soal gadis kecil itu, ada kemungkinan ia adalah orang yang dimaksud kakek.”

Tak berapa lama kemudian ia mengepalkan tangannya, dan menghantamkannya ke meja.”Tidak, aku tidak boleh mengandalkan sesuatu yang belum pasti itu. Pasti ada cara untuk keluar dari semua ini.” kata pria itu, yang terduduk dalam keputusasaannya di meja kerja.

Tok…Tok…Tok…

“Masuk saja! pintunya tidak dikunci.” kata tuan Freddy dengan nada tegas, berusaha menyembunyikan keterpurukannya.

Seorang pelayan memasuki ruangan “Permisi tuan” katanya sopan.

“Jadi ada masalah apa lagi kali ini?” tuan Freddy menyiapkan dirinya untuk situasi terburuk.

“Maaf, Tuan, ada seseorang ingin bertemu dengan Anda.” kata pelayan itu sambil menyerahkan sebuah kartu nama di atas meja.

Tuan Freddy membaca kartu nama itu, dan mengenal betul orang yang di maksud.Ia menyuruh pelayan itu keluar untuk memberitahu agar orang itu menunggu, sementara tuan Freddy mempersiapkan dirinya.Tak lama kemudian tuan Freddy telah sampai di ruang tamu di mana orang dimaksud menunggu dengan tenang.

“Selamat siang, Tuan Finch,” sapa tuan Freddy.

Tuan Freddy bergerak menuju orang itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman, orang itu menyambut baik hal itu.Kemudian mereka duduk  bersama di ruangan itu, sementara beberapa bawahan orang tersebut berjaga di pintu luar.

“Jadi, bisa saya tahu ada masalah apa yang membuat tuan Finch datang kemari? Jika ingin menagih pembayaran, saya rasa dengan mengirim bawahan anda saja sudah cukup,” ucap tuan Freddy memulai pembicaraan.

“Lalu jika aku melakukannya apa kau akan langsung melunasinya?” tuan Finch menatap tajam lawan bicaranya itu, membuatnya tak bisa menjawab apapun lagi.

Hutang yang di miliki oleh keluarga Ellon sangatlah besar, untuk mengganti rugi uang yang di bawa kabur oleh orang yang menghianati tuan Freddy. Untuk meredakan sementara permasalahan itu, salah seorang investor, yaitu tuan Finch bersedia meminjamkan dana. Meskipun tampilannya yang bertubuh tinggi dan besar, serta suaranya yang teramat berat, sebenarnya dia adalah orang yang cukup baik.Ia bahkan mau meminjamkan uang tanpa meminta bunga sepeser pun pada tuan Freddy. Namun, tuan Freddy sendiri sedikit menaruh curiga padanya terkait niat yang sebenarnya di balik kebaikannya.

Gelak tawa memenuhi seisi ruangan dari laki-laki bertubuh besar itu, ia meraih minuman yang telah tersedia di meja dan menyesapnya perlahan-lahan.Sementara Tuan Freddy tidak menanggapinya sedikit pun.

“Freddy kawanku, meskipun kita belum kenal lama aku bukanlah orang sekejam itu yang langsung menguras habis hartamu. Kedatanganku kemari bukan untuk menagih pembayaran, namun untuk membuat kesepakatan baru”

“Kesepakatan baru?”

“Ya, aku langsung saja ke intinya ... aku ingin kau, menyerahkan putrimu untuk—”

Mendengar itu Tuan Freddy langsung naik darah, ia tak peduli apapun lagi dan langsung menggebrak meja di hadapannya, membuat cangkir-cangkir di atasnya turut bergetar.

“Maaf tuan Finch, akulah yang mempunyai hutang terhadapmu, jadi jika kau ingin mengambil nyawaku silahkan saja.Tapi jangan sekali-kali menyentuh putriku, terlebih lagi dia bahkan belum lulus sekolah dasar.”

“Wah-wah, tenang dulu Freddy, aku tak tahu apa yang kau pikirkan, tapi tenanglah dulu kawan.Aku hanya bermaksud untuk melamar putrimu untuk anakku, yah walaupun pilihan kata itu masih kurang tepat namun, setidaknya ini lebih baik dari pernyataanku yang sebelumnya”

“Apa?”

“Yah, aku ingin menjodohkan putrimu dengan satu-satunya putraku.Usianya kira-kira sebaya dengan putramu atau mungkin di bawahnya,” tuan Ficnh mengerutkan dahinya berusaha mengingat-ngingat.

“Meskipun agak terpaut jauh tapi sepertinya itu tidak masalah.Jika kita menjadi keluarga, kau tidak perlu lagi memikirkan hutangmu.Juga bagiku menjadi suatu keuntungan untuk menjalin hubungan baik dengan keluarga tersohor di kota penuh potensi ini,” kata pria besar itu, sambil menunjukkan seringai lebarnya pada akhir kalimatnya.

“Tuan tahu, aku tidak berhak akan hal itu, sebab kehidupan putriku adalah miliknya sendiri dan bukan milik siapapun.Terlebih lagi di usianya yang masih teramat muda.”

“Freddy, aku tidak segila itu memintamu untuk menikahkan putrimu saat ini juga, putraku juga baru masuk sekolah menengah atas. Aku hanya memikirkan rencana untuk beberapa tahun kedepan.”  tuan Finch berhenti bicara, mengambil nafas pendek sejenak. “Mungkin kamu lebih suka dengan kesepakatan kita yang lama itu, jika dalam waktu yang telah kita sepakati kamu tak bisa melunasi seluruh hutangmu, maka seluruh kepemilikan asetmu di pulau ini akan jatuh ketanganku, dengan demikian keluargaku akan menggantikan posisi keluargamu disini. Apa itu tidak masalah untukmu?”

“Tidak masalah, itu lebih baik dari memaksakan keegoisanku pada orang lain, terutama putriku sendiri .Aku yakin ayah dan kakekku juga pasti akan melakukan hal yang sama,” ujar tuan Freddy percaya diri.

“Begitu ya, sayangnya mereka sudah tiada jadi aku tidak bisa bertanya langsung.” tuan Finch kemudian beranjak berdiri, merapikan jas hitam miliknya. “Sebaiknya kamu pertimbangkan dulu dan bicarakan dengan orangnya langsung, sepertinya ia sudah mematai-matai kita,” kata tuan Finch.

Tuan Freddy bingung dan perkataan tuan Finch, ia menoleh ke belakang dekat dengan pintu masuk lain ke ruangan itu.Untuk sekejap ia menyaksikan sosok kecil yang berusaha menyembunyikan dirinya di balik tembok itu.

Sementara itu, tuan Finch telah beranjak ke pintu keluar, ia di sambut oleh ajudan yang dibawahnya.”Baiklah Freddy, aku pergi dulu.Aku harap kau mengambil keputusan yang terbaik apapun itu,” ucap pria besar itu, sembari meninggalkan tuan Freddy sendirian di ruangan itu.

“Riana, keluarlah, ada yang ingin Ayah bahas denganmu,” ucap tuan Freddy dengan suara teduh, memanggil putrinya yang bersembunyi di balik tembok itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status