POV Vina…
Dua bulan berlalu, usaha untuk mempengaruhi orang tua Bang Roel untuk tidak menikahkan putranya dengan Rani faktanya sia-sia. Mereka sama sekali tidak terpengaruh. Bahkan menasihati Rani, selama masa idah perempuan yang baru saja cerai tidak boleh keluar rumah sampai batas waktu yang telah ditentukan. Bahkan mengetahui Rani hanya seorang janda tidak ada pengaruh apapun. Sebab, mereka menyerahkan semuanya pada Bang Roel. Sejak saat mendapat nasihat dari orang tua Bang Roel, Rani pun menurutinya. Ia bahkan minta maaf karena ketidaktahuannya.
Orang tua Bang Roel dan Adiknya juga hampir setiap hari datang ke toko. Menemani aku yang jaga sendirian. Sebab, Mas Anton tengah terbaring sakit sudah hampir tiga minggu. Sedang
POV VINA"Duduklah dulu Uni," ujar Bang Roel."Vina layani, Uni Rika. Dia selalu borong," titah Bang Roel."Kemarin juga Uni habis belanja di sini. Sama adek ini juga yang ngelayani. Tapi kok mahal, Roel? Naik bahannya? Susah Uni jual kalau dari Roel mahal-mahal," keluhnya. Mati aku mati …."Patang Roel indak ado, Ni," ucap Bang Roel menggunakan bahasa minang."Kama Roel pai?" tanya Uni lagi."Ado urusan saketek, sabanta lai baralek, tibo yoo, Ni?" Entahlah aku tidak mengerti apa yang mereka katakan."Samo sia babini? Bauntuang sangaik urang tu dapek kau, Roel."
POV VINA"Mbak, kamu nggak ada masalah 'kan?" tanyaku yang melihat mata Mbak Santi terlihat berkaca-kaca. Matanya terlihat nanar saat melihat mantan suaminya tengah bersama perempuan lain."Sakit banget sebenarnya Mbak melihat pemandangan ini," lirihnya. Baru beberapa bulan Mas Galang bercerai dari Mbak Santi, sudah terlihat sangat rapi dan tampan. Dapat perempuan cantik yang jauh dari Mbak Santi pula. Dan ya, wanita cantik itu juga berhijab. Sedangkan Mbak Santi, cerai dari Mas Galang malah sama saja dan tidak ada perubahan. Malah tampak lebih buruk dari segi penampilan. Badan bengkak tidak beraturan, wajah juga jadi dipenuhi banyak jerawat meski sudah banyak memakai skincare. Dietnya juga gagal dan tidak berhasil. Seluruh badannya kendor. Kasihan juga melihatnya seperti ini. Tapi tidak bisa kupungkiri, Mbak Santi memang kelewatan pada suami. Judes, galak, suka berkata kasar. Padahal Mas Galang mau bekerj
POV Rani"Bang, tidak menyangka rumah tangga kita sekarang sudah berjalan hampir tiga bulan lamanya," lirihku masih dalam posisi bermanja sambil menonton film bersama Bang Roel. Semenjak menikah, kami jarang sekali pergi ke toko. Mas Anton pada akhirnya yang menjadi karyawan tetap Bang Roel. Setiap sore dia akan mentransfer omset toko pada rekening Bang Roel. Begitupun dengan Edy dan Kohar. Mereka akan rutin mentransfer omset toko ke rekening-ku. Paling sesekali aku dan Bang Roel pergi ke tokonya. Intinya semenjak menikah kami lebih banyak pergi liburan ke luar negeri maupun luar kota. Benar-benar travelling keliling dunia. Bersamanya, duniaku benar-benar penuh warna. Tapi ada ketakutan tersendiri dalam diriku. Sampai saat ini, aku masih belum juga hamil. Meskipun Bang Roel tidak pernah menyinggung tentang kehamilan. Jelas saja aku kepikiran ucapan Mas Anton yang mengataiku mandul dulu.Dert
POV RANIMalam ini tiba waktunya untuk pergi ke acara ulang tahun Citra. Selain itu mereka juga mengadakan acara reuni. Aku tidak mau mempermalukan Bang Roel, jadi aku berhias secantik mungkin dan juga berpakaian rapi. Sepaket perhiasan yang super cantik kukenakan. Siang tadi aku juga telah pergi ke salon terlebih dahulu. Pokoknya aku harus tampil secantik mungkin, supaya mengimbangi suamiku yang super tampan."Sayang!" panggil Bang Roel."Iya, Bang," jawabku sambil mengenakan anting."Sudah, Bang. Gimana penampilan aku, Bang? Apa hiasaanku terlalu menor? Jawab jujur ya? Supaya aku tidak mempermalukan kamu. Kalau jelek bilang jelek, aku tidak akan marah.""Siapa bilang kamu jelek? Kamu cantik kok. Cantik banget. Se
POV RANI"Sayang, berhenti menangis. Sekarang kita sudah sampai," ucap Bang Roel. Aku mengangguk dan segera turun dari mobil.Bang Roel menggandeng tanganku untuk masuk ke rumah. Nampak Mas Anton masih bermain catur di sana. Ada juga Juwita yang ikut bergabung. Mungkin dia jenuh di dalam sendirian, keduanya juga sedang PDKT."Loh, kok pulangnya cepet banget Bang?" tanya Mas Anton. Bang Roel diam saja tidak menjawab dan tetap berjalan melewati mereka sambil menggandeng tanganku. Terdengar bisik-bisik dan saling senggol di antara mereka. Mungkin tahu kalau Bosnya sedang marah.Sampai di dalam kamar aku langsung mencuci muka lalu berganti pakaian. Setelah itu menggunakan skincare seperti biasa. Baru setelah rapi aku menghamp
POV RANI"Assalamualaikum," ucapku saat aku dan Bang Roel sudah sampai di rumah. Terlihat mertua dan Iparku itu sedang bersantai di ruang keluarga sambil menikmati jamuan. Segera aku pun tersenyum dan menghampiri mereka untuk bersalaman."Apa kabar, Ma?" sapaku sambil mengecup pipi Mama mertuaku itu. Setelah itu, baru menghampiri Papa untuk mencium punggung tangannya. Begitupun dengan Bang Roel, dia melakukan hal yang sama."Leha!" panggilku pada ART yang bekerja di rumah ini."Iya, Bu!" Terdengar Leha menjawab sambil tergopoh menghampiri kami."Tolong bawa belanjaan ini ke dapur ya?""Siap, Bu." Segera ART-ku itu pun berla
PART 40POV VINAMas Anton lama banget. Sampai aku berada di rumah pesan dariku masih juga belum dibaca olehnya. Tanganku rasanya gatal ingin segera menghubunginya.Tut ….! Terlihat berdering. Berarti panggilan terhubung. Segera aku matikan kembali karena niatku hanya miscall. Sambil berbaring dan mengotak-atik ponsel aku masih setia menunggu pesan darinya.Krekt!Mbak Santi membuka pintu, aku melirik sedikit sinis ke arahnya. Gara-gara mulut dia, keluarga kami jadi terkenal keluarga tidak benar. Tidak ada pemuda dari kampung sini yang melirik janda kami. Disini aku terkenal 'Ada uang Abang kusayang, tak ada uang Abang kutendang.' Aku juga tidak tahu orang-orang itu tahu darimana. Intinya pemuda di perkampungan ini tidak ada yang m
POV RANI"Maaf, semuanya, saya dan istri saya permisi dulu. Salam untuk Lingga dan yang lain," ucap Bang Roel."Oh, iya, saya titipkan kartu nama saya, supaya Lingga bisa menghubungi saya," ujar Bang Roel seraya menyerahkan sebuah kartu nama pada orang tua sahabat lamanya itu.Ya, di pantai Kuta ini, kami tidak sengaja bertemu dengan Lingga, sahabat lama Bang Roel yang sedang berlibur bersama keluarganya. Hanya saja, keadaan mulai tidak membaik saat kehadiran seorang perempuan cantik yang tengah mencari putranya. Dimana anak kecil yang tengah dia cari ada di gendongan Lingga. Tiba-tiba saja suasana haru tercipta diantara mereka yang ternyata saling mengenal. Aku sen