POV Anton(Rencana Untuk Rani 1)Sialan memang Rani. Makin hari makin kelewatan. Tinggal menerima Vina kok susah banget. Wajar kali aku lelaki punya istri dua. Yang tidak wajar itu perempuan kalau bersuami dua."Mas, dari tadi kita muter-muter di jalanan mau kemana sih tujuannya?" tanya Vina."Ya aku nggak tahu mau kemana. Uang juga nggak ada!" bentakku."Udah aku bilang, kita nikah diam-diam aja. Kamu malah yakin banget kalau, Rani bakal nerima pernikahan kita!" lanjutku kesal."Kok kamu jadi nyalahin aku sih, Mas? Aku nggak mau lah nikah cuma jadi istri simpanan!" sungutnya. Bingung aku, setelah menikahi Vina, rasanya kesialan langsung menimpa.
POV Anton(Batal Membunuh)Sudah hampir menjelang subuh hingga kami mulai tertidur di depan gerbang seperti gelandangan, Rani ataupun Winda masih tidak membukakan pintu gerbang. Ya Tuhan, rasanya semakin geregetan dan ingin mencekik lehernya.Vina juga berkali-kali mengeluh. "Bukan kebahagiaan yang aku dapatkan, Mas. Justru terluntang-lanting begini," grutunya seraya menyenderkan kepala di pundakku. Aku juga tidak tega melihatnya seperti ini. Bukan kenyamanan yang mampu aku berikan, melainkan penderitaan. Sungguh, aku tidak pernah menduga kalau akhirnya akan seperti ini, dan Rani berubah seperti itu.***Panas sinar matahari dan silaunya tepat menyorot ke wajah kami. Aku menutup wajahku dengan tangan.
(Benih Cinta Itu Muncul Kembali)Malam ini, aku dan Vina langsung masuk ke kamar pembantu dan tak merengek apalagi menawar apapun pada Rani. Seperti obat nyamuk ataupun kipas angin."Mas, tidur saja di kamar kalian. Ini kuncinya." Rani masuk ke kamar pembantu menghampiri kami dengan memakai pakaian jubah tidur khusus wanita yang memperlihatkan belahan dadanya. Sungguh sangat indah dan membuatku tetiba saja memiliki hasrat padanya."Tidak apa-apa, Ran?" tanyaku dengan mata masih terfokus pada penampilannya. Rani tersenyum sambil menggeleng."Tidak apa-apa, Mas. Kalian pindah saja," ucapnya manis. Kenapa aku baru sadar kalau aku memiliki istri yang luar biasa. Rani berjalan anggun menuju ke kamarnya. Entah kenapa, jiwa laki-lakiku kembali bangkit setelah beberapa
Malam pun tiba. Seperti rencana, aku hendak gegas ke kamar Rani. Tidak lupa, aku memakai aroma parfum kesukaannya terlebih dahulu. Aku juga menggosok gigi supaya napasku bau mint bukan bau bunga bangkai raksasa alias bunga raflesia.Di depan cermin, aku meliuk-liukkan tubuhku, merapikan rambut cepak yang menunjang penampilanku agar terlihat semakin tampan dan mempesona. Sungguh, aku seperti jatuh cinta lagi. Jatuh cinta pada Rani kali ini begitu mendebarkan hati. Rasanya juga sangat berbeda karena lebih menegangkan seperti genderang mau perang. Ah! Kok aku jadi tidak jelas seperti ini."Mas! Mau kemana kamu? Rapi banget. Wangi lagi." Vina memeluk tubuhku dari belakang. Jarinya kembali bermain di dadaku."Malam ini, aku mau tidur di kamar, Rani!" ucapku seraya melepaskan tangan Vina.
POV Galang(Penyesalan Tinggal Penyesalan)Aku Galang ….Seorang suami yang awalnya memiliki pekerjaan sukses sebagai manajer disebuah BANK. Pekerjaan memadai, istri cantik dan seorang anak perempuan yang sangat lucu, kurang apalagi? Aku memiliki mertua yang penyayang dan tidak banyak menuntut. Tidak pernah ikut campur dalam urusan rumah tangga, istri penurut yang sangat menyayangi orang tuaku, serta ipar yang sangat menghargaiku. Kurang apalagi sebenarnya hidupku? Jawabannya satu, kurang bersyukur.Perempuan lembut bernama Winda itu, kutinggal selingkuh karena tidak bisa memenuhi hasratku sebagai seorang laki-laki. Ya, Winda melahirkan Ayu secara Caesar. Membuatku harus menunggu lama untuk berhubungan badan. Kepalaku terasa pusing, aku uring-uringan. Sa
POV GALANG(KETEMU IPAR)Sampai di toko Bang Roel, aku kaget karena ada karyawan baru yang sedang menyiapkan barang yang akan dikirim. Biasanya bos muda yang tampan itu selalu menungguku. Kalau seperti ini, bisa berkurang pendapatanku."Bang," sapaku. Bang Roel sedang memperhatikan karyawan perempuan yang sibuk menyerikan seri warna gamis batik."Eh, Mas Galang. Nanti yang dibal ada 5 karung ya, Mas. Pake indah cargo. Yang ke Bekasi, pake wahana," perintahnya."Siap, Bang," jawabku mantap. Lalu, aku pun mulai mengambil karung."Bang, yang seri hitamnya habis." Aku menengok ke sumber suara.
POV ANTON(UTANG DUIT)"Mas, nanti kalau aku tidak dapat casbonan dari Si Boss, aku pinjam uang, Mas Galang ya?""Uhuk … uhuk …." Mas Galang malah tersedak."Gimana, Mas?" tanyaku lagi untuk memastikannya."Gampang itu, Ton." Mendengar jawabannya, aku memiliki harapan dan sedikit lega.⭐⭐⭐Saat kami sampai, wajah Bang Roel tidak terlihat bersahabat seperti biasanya."Kalian langsung tutup toko saja. Dari tadi saya tunggu kalian kok lama banget. Kang Rusdi bilang tidak terlalu panjang antriannya. Saya ada urusan ini!" Wajah Bang Roel terlihat kesal. Memang wajar kesal, kami p
POV ANTON(KUBAKAR TOKOKU TERANG-TERANGAN)Malam setelah aku kembali dari rumahku, rumah yang telah dikuasai Rani maksudku. Aku pun mengintai sejenak lingkungan di sana. Kalaupun orang lain ada yang melihat keberadaanku, mereka tidak akan curiga, karena mereka tahu ini adalah tokoku. Bahkan toko matrial besar itu terpampang nama "ARNI JAYA" Jelas hampir semua langganan tahu arti toko itu. ANTON RANI JAYA …."Mas, kamu mau kemana?" tanya Vina setelah aku meletakan koper dan langsung kembali keluar. Aku, kalau menginginkan sesuatu dalam kemarahan memang akan segera melaksanakan apa yang diniatkan. Terlebih Rani sudah sangat benar-benar membuatku kecewa. Benar-benar membuatku bangkrut. Bahkan untuk membayar sewa kontrakan rumah yang hanya sebesar 650 ribu pun aku sangat merasa keberatan. Jangan salahkan aku kalau k