Home / Lainnya / DIREMEHKAN IPAR / Rencana Beli Mobil

Share

Rencana Beli Mobil

Author: Uci ekaputra
last update Last Updated: 2022-08-21 16:59:42

"Assalamu'alaikum."

Sayup-sayup kudengar suara Mas Irfan mengucapkan salam. Aku segera bangkit melangkah menuju pintu untuk menyambut Mas Irfan.

"Wa'alaikum salam, Mas," jawabku sembari meraih tangan Mas Irfan dan menciumnya.

Nampak Mas Irfan membawakan banyak sekali oleh-oleh dari kampung. Aku segera membantunya membawa masuk ke dalam rumah.

"Banyak sekali bawaannya, Mas?" tanyaku heran dengan bawaan Mas Irfan yang banyak.

"Iya, Han. Kata Emak suruh bagiin ke tetangga-tetangga kita," jawab Mas Irfan duduk di kursi setelah memasukkan semua barang yang dibawa olehnya.

Aku pun bergegas ke dapur membuatkan teh untuk Mas Irfan. Biasanya aku selalu menyuguhkannya bersama kue yang aku sisihkan, tapi sekarang kuenya tidak tersisa sama sekali karena ulah Mbak Santi.

Selesai membuat teh, aku membawanya ke ruang tamu untuk disuguhkan pada Mas Irfan.

"Tehnya, Mas," ucapku sembari menyodorkan teh pada Mas Irfan.

Aku pun duduk di samping Mas Irfan setelah menyuguhkan teh untuknya.

"Iya, terima kasih. Ayu kemana, Han?" tanya Mas Irfan.

"Masih tidur, Mas." Untung saja Ayu masih tidur sampai sekarang. Jika saja dia bangun saat aku bertengkar dengan Mbak Santi, bisa menjadi contoh yang tidak baik untuknya.

"Kamu kenapa, Han? Kok manyun gitu?" tanya Mas Irfan sembari menyesap tehnya.

"Sebel aku, Mas. Mbak Santi benar-benar menguji kesabaranku. Masak dia dengan lancangnya ngambil kue-kue pesanan Bu Dina yang sudah aku kemas tanpa bertanya padaku lebih dahulu," jawabku dengan bersungut-sungut.

"Kok bisa, Han? Memangnya kamu kemana sampai tidak tahu Mbak Santi bongkar kuemu?"

"Aku masih sholat, Mas. Aku tidak tahu Mbak Santi masuk ke dalam dapur dan mengambil kue. Sudah gitu nggak mau minta maaf. Ih dasar ipar nggak ada akhlak!" Aku jadi jengkel lagi membicarakan Mbak Santi yang minus akhlak itu.

"Ya sudah, kamu yang sabar. Nggak usah ngambekan gitu. Lalu bagaimana dengan kue pesanan Bu Dina, Han?"

"Ya Alhamdulillah masih bisa aku tambahin kue yang biasa aku sisakan untuk kamu dan Ayu, Mas. Kalau nggak, sudah tentu aku ajak gelut Mbak Santi."

"Alhamdulillah, eh nggak boleh gitu, Han. Kamu jangan buat keributan dengan Mbak Santi, doakan saja supaya Mbak Santi bisa sadar dan merubah sikapnya," ucap Mas Irfan lembut.

Haduh, suamiku itu terbuat dari apa hatinya, padahal sudah sering diremehkan Mbak Santi, masih saja mau mendoakan yang baik untuknya. Aku saja yang istrinya tidak bisa menahan diri menghadapi Mbak Santi yang ajaib itu.

"Yey, Ayah sudah pulang," seru Ayu dengan muka bantalnya.

"Sini, Nak. Duh, putri Ayah baru bangun tidur, ya?" tanya Mas Irfan sembari melambaikan tangan pada Ayu.

Ayu pun berlari menghambur ke dalam pangkuan Mas Irfan. Aku tersenyum melihat kebahagian yang terpancar di wajah polosnya.

"Ayah, kapan kita akan beli motor baru seperti punya Budhe Santi?" tanya Ayu sembari bergelayut manja pada Mas Irfan.

"InsyaAllah, kalau Ayah punya rezeki lebih, kita beli motor, atau Ayu pengen kita beli mobil saja? Kan enak nggak kehujanan ataupun kepanasan," jawab Mas Irfan membuat senyum Ayu semakin melebar.

"Wuah, beneran Yah? Ayah mau beli mobil?" tanya Ayu dengan mata yang berbinar.

"InsyaAllah, kalau ayah punya rezeki lebih. Ayu doakan Ayah supaya rezeki kita lancar, ya?"

"Iya, Yah. Hore ... hore, sebentar lagi kita punya mobil," jawab Ayu mengangkat tangannya kegirangan.

Aku tersenyum bahagia melihat putri kami kegirangan. Kebahagiaan sederhana ini lah yang membuatku bisa menahan diri dari hinaan ataupun ejekan dari Mbak Santi.

"Mas, memang Mas Irfan mau beli mobil?" tanyaku heran.

"InsyaAllah, Han. Disuruh emak, kata emak kalau beli mobil, setiap Mas pulang bisa ajak kamu dan Ayu sekalian. Kan tidak perlu kecapekan naik motor," jawab Mas Irfan.

"Oh, gitu. Tapi belinya jangan waktu dekat ini, Mas. Nanti saja kalau sudah mau pulang ke rumah emak lagi." Aku masih ingin memberikan kejutan yang lain untuk Mbak Santiku tersayang. Dia tidak boleh terkejut terlebih dahulu dengan mobil yang akan dibeli Mas Irfan.

"Iya, Han. Mas juga rencananya gitu, lagian kalau dalam waktu dekat, Mas masih sibuk di sekolahan," sahut Mas Irfan.

Wah, ternyata kesibukan Mas Irfan seolah mendukung rencanaku. Aku senyam-senyum sendiri memikirkannya.

"Ada apa kok senyum-senyum sendiri?" tanya Mas Irfan padaku.

"Nggak, Mas. Oh iya, kalau sudah nggak capek anterin kuenya Bu Dina ya, Mas?" jawabku mengalihkan pembicaraan. Mas Irfan tidak boleh tahu rencanaku, dia pasti marah jika aku berniat membalas Mbak Santi.

"Iya, tapi Mas mandi dulu, Han. Gerah, di perjalanan kena debu terus," jawab Mas Irfan bangkit dan menurunkan Ayu dari pangkuannya.

Mas Irfan pun melangkah menuju kamar mandi untuk menyegarkan badannya. Sementara aku dan Ayu masih duduk di sofa sambil menikmati buah tangan pemberian mak.

"Enak ya, Nak?" tanyaku pada Ayu yang sedang makan kripik dengan lahap.

"Iya, Bu," jawabnya dengan mulut penuh.

"Pelan-pelan, Nak. Nanti kamu tersedak lho," ucapku mengingatkan Ayu.

Aku mengelus kepala Ayu dengan penuh sayang, putriku memang sangat menyukai kripik buatan emak.

"Han, Mas sudah selesai mandi, jadi kapan mengantar kue Bu Dina?" tanya Mas Irfan yang sudah tampak segar.

"Sekarang juga bisa, Mas," jawabku sembari bangkit melangkah ke dapur untuk mengambil kue yang akan diantar ke rumah Bu Dina.

Setelah sampai di dapur, aku mengambil kardus yang berisi kue dan membawanya ke ruang tamu.

"Ini, Mas. Sampaikan terima kasihku untuk Bu Dina ya, Mas. Terima kasih sudah memesan kue dariku," ucapku kepada Mas Irfan menyerahkan kardus yang aku bawa pada Mas Irfan.

"Iya, Han. Mas berangkat dulu." Mas Irfan menerima kardus yang aku berikan dan beranjak pergi mengantarkan kue ke rumah Bu Dina.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIREMEHKAN IPAR   Mas Doni Meminta Maaf/ Akhir

    Tak terasa beberapa bulan berlalu, sebentar lagi bulan Ramadhan telah tiba. Mas Irfan berencana mengajak kami pindah ke rumah Emak menjalani puasa Ramadhan bersama Emak dan Bapak. Semua keperluan sudah Mas Irfan urus termasuk kepindahannya mengajar di kampung Emak.Aku sedikit lega karena bisa menemani Emak dan Bapak di hari tuanya. Sungguh jauh dari orangtua rasanya tidak enak, apalagi kami tidak punya saudara lagi selain Mas Doni yang sekarang tidak tahu kemana perginya.Sejak rumahnya terjual, aku tidak pernah bertemu Mas Doni ataupun Mbak Santi, seolah mereka menghilang ditelan bumi.Saat bertemu dengan adik Mbak Santi pun aku sudah bertanya padanya, tapi dia juga tidak tahu kemana perginya kakak perempuannya itu.Aku dan Mas Irfan ingin sekali bertemu dengan mereka, kami ingin meminta maaf sembari berpamitan untuk tinggal di rumah Emak seterusnya. Kami khawatir, jika kami sampai tidak diberi kesempatan untuk bertemu dengan Mas Doni dan Mbak Santi lagi.Mungkin setelah ini kami ti

  • DIREMEHKAN IPAR   Rumah Mas Doni Terjual

    "Kenapa baru mengaku saudara saat dalam keadaan susah, Mbak? Kemana saja dari dulu tidak pernah adil padaku?" Aku sudah tidak bisa lagi menahan amarah.Mbak Santi hanya diam saja mendengar pertanyaanku, tapi aku lihat raut wajahnya nampak memerah."Sudah cukup selama ini aku sudah berbaik hati pada keluargamu, Mbak. Lebih baik sekarang jangan menggangguku lagi," tambahku."Kamu tega, Han. Padahal saudaramu sedang butuh bantuanmu, kamu malah menutup mata dari penderitaan kami," ucap Mbak Santi."Mbak, bukankah kalian sendiri yang sudah membuat aku seperti ini? Kalian yang selalu meremehkan aku dan juga Mas Irfan, kan? Jadi selesaikan saja masalah kalian sendiri, jangan meminta bantuan pada orang yang kalian remehkan.""Jangan tidak punya hati seperti ini, Han," desis Mbak Santi."Apa kamu bilang, Mbak? Bukannya kalian yang tidak punya hati? Sudah lupa dengan semua yang kalian lakukan pada keluargaku?" tanyaku dengan suara meninggi."Tapi kami itu kakakmu, Han. Sudah sepatutnya kamu men

  • DIREMEHKAN IPAR   Kebangkrutan Mas Doni

    "Minumlah, Mbak," ucapku sembari menyodorkan teh hangat untuk Mbak Santi.Mbak Santi pun menerima gelas yang telah aku sodorkan dan meminumnya hingga habis. Penampilan Mbak Santi sungguh kacau, wajahnya sembab dengan mata yang membengkak karena terlalu banyak menangis."Ada apa ke rumahku, Mbak?" tanyaku pada Mbak Santi.Mbak Santi terdiam mendengar pertanyaanku, kulihat dia nampak ragu ingin berbicara padaku. Aku pun hanya diam menunggu Mbak Santi berbicara."Han, bolehkan aku meminta pertolongan darimu?" tanya Mbak Santi lirih.Aku mengernyitkan kening heran dengan apa yang ingin Mbak Santi ungkapkan sebenarnya. Memangnya dia mau minta tolong apa lagi, jika masalah uang, bukankah hasil penjualan tanah kemarin aku tidak meminta sama sekali?"Tergantung, Mbak. Katakan dulu apa yang ingin Mbak Santi mintai tolong," jawabku.Mbak Santi hanya diam mendengar jawabanku yang terkesan dingin. Jujur aku tidak tega melihat Mbak Santi dalam keadaan menyedihkan seperti itu. Tapi aku juga ingin

  • DIREMEHKAN IPAR   Kedatangan Mbak Santi

    "Alhamdulillah ya, Mas, akhirnya pembangunan Masjidnya sudah selesai. Aku jadi lebih tenang sekarang karena Masjidnya sudah mulai berfungsi dan banyak yang meramaikannya," ucapku pada Mas Irfan saat kami sedang dalam perjalanan pulang dari Masjid.Kami baru saja mengantar sumbangan karpet dan juga berbagai macam keperluan Masjid lainnya dari para warga. Semua warga sangat antusias untuk menyumbang keperluan Masjid yang lainnya."Iya, Han. Aku juga lega sekali, paling tidak kita bisa menggunakan harta kita di jalan yang benar.Semoga saja segala lelah kita menjadi berkah, Han," sahut Mas Irfan."Aamiin Allahuma Aamiin, iya Mas. Terima kasih sudah mau mengabulkan keinginanku, Mas.""Jangan berterima kasih, Han. Apa yang kamu inginkan selama aku mampu, tentu akan aku kabulkan, Han," ucap Mas Irfan.Ah, Mas Irfan sungguh manis sekali. Aku jadi senyum-senyum sendiri dibuatnya. Untung saja Ayu sedang berada di rumah Emak, kalau tidak Ayu pasti akan mengajukan banyak sekali pertanyaan padaku

  • DIREMEHKAN IPAR   Pertengkaran Mbak Santi Dan Mas Doni

    Satu minggu setelah aku mendapat kejutan dari Mas Irfan, kehidupanku berlangsung damai. Aku tak lagi bertemu dengan Mas Doni ataupun Mbak Santi, mungkin mereka sedang menikmati uang hasil pernjualan tanah kemarin.Aku tak lagi memusingkan apa yang mereka lakukan, jika mereka menyadari kesalahan mereka dan mau meminta maaf dengan tulus, aku akan memberi kesempatan pada mereka, tapi jika tidak pun tidak mengapa. Yang penting aku sudah mengikhlaskan apa yang mereka lakukan padaku.Sekarang tanah bekas toko itu masih belum aku pergunakan untuk apapun, tapi aku punya rencana sendiri untuk mengelolanya, aku ingin meminta ijin kepada Mas Irfan supaya tanah peninggalan orangtuaku itu dibangun Masjid saja. Daripada bingung untuk apa, lebih baik dibangun Masjid supaya bisa berfungsi dengan baik."Mas, boleh tidak tanah yang Mas beli dibangun Masjid saja?" tanyaku setengah ragu-ragu.Mas Irfan menoleh padaku, mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dia baca, aku menunduk tidak berani meli

  • DIREMEHKAN IPAR   Kejutan Mas Irfan

    Aku sudah lama sekali menangis setelah pulang dari rumah Mas Doni hingga kedua mataku membengkak. Hatiku remuk redam karena Mas Doni dan Mbak Santi yang sudah seenaknya.Aku beranjak bangun dari ranjang, bangkit untuk melangkah menuju ke kamar mandi untuk membasuh mukaku. Sebentar lagi Mas Irfan pulang, aku tidak mau kalau sampai dia melihatku habis menangis.Belum jauh langkahku dari ranjang, pintu kamar sudah terbuka oleh Mas Irfan. Aku pun terkejut dibuatnya."Kamu kenapa, Han?" tanya Mas Irfan yang sudah masuk ke kamar.Aku panik melihat Mas Irfan sudah pulang, aku buru-buru menyembunyikan wajahku yang habis menangis.Mas Irfan pun mendekat padaku, dipegangnya tanganku dengan lembut."Aku tahu apa yang membuatmu sampai seperti ini, Han. Sabarlah, Han, InsyaAllah yang menjadi hak kita akan kembali pada kita apapun yang terjadi," ucap Mas Irfan mencoba menenangkanku.Aku mengernyitkan kening tidak mengerti apa maksud ucapan Mas Irfan. Dan dari mana Mas Irfan tahu apa yang sedang aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status