Share

Dandelion (TAMAT)
Dandelion (TAMAT)
Author: inay

Prolog

"Mau kemana?" Pria di sampingnya segera merasa tersinggung saat Liona berdiri dari posisi duduknya.

"Aku ke toilet sebentar." 

Dirinya masih jengah dengan kedua temannya yang beberapa jam lalu memaksanya datang ke tempat itu, sebuah klub mewah yang mereka tahu adalah milik Arka Saputra, atasan Liona yang merupakan incaran salah satu temannya, Livy. Bukan rahasia lagi jika temannya itu sangat menggilai pria yang duduk di sampingnya sejak masa kuliah dulu. 

"Aishhh baru minum beberapa teguk saja aku sudah pusing." Liona memukul kepalanya perlahan mencoba untuk tetap sadar sepenuhnya.

 

"Butuh bantuan?" Liona menatap cermin yang memperlihatkan sosok pria di belakangnya, dengan terkejut ia membalikan tubuhnya menghadap pria itu.

"Ini toilet wanita, kamu salah masuk." Liona memegang pegangan wastafel demi menumpu berat badannya yang mulai limbung.

"Aku hapal semua kejadian di tempat ini Liona, kamu lupa klub ini milikku?" 

Jadi dia masuk dengan sengaja? Liona tak mau berpikir keras, ia sudah terlalu lama meninggalkan teman-temannya.

"Aku tahu, kalau begitu permisi." Baru saja melepas pegangan, Liona limbung lagi yang segera mendapat bantuan dari Arka yang tepat berada di depannya.

"Sepertinya kamu butuh bantuan, sini aku bantu." Tangannya masih terikat di pinggang Liona yang membuat pemilik tubuh itu tidak nyaman.

"Aku bisa jalan sendiri" Liona melepas tangan Arka dan berjalan sendiri.

"Na, kenapa lama banget, liat nih si Meta udah mabuk parah. Kayanya kita harus segera bawa dia pulang deh." Livy menunjuk teman di sampingnya yang sedang meracau tidak jelas.

"Kalian sudah mau pulang?" Arka mendengar percakapan mereka.

"Iya, kayaknya kita harus pulang sekarang. Padahal aku masih betah disini." Livy jujur.

"Na, lo bisa pulang naik taxi gak? Soalnya tempat lo paling jauh di antara kita bertiga. Kalau gue gak segera nganterin Meta, bisa- bisa gue marahin bang Andri." 

Selalu seperti ini setiap mereka pergi, Liona ingin sekali memprotes tapi kalimat Livy memang benar juga.

"Oke gakpapa, gue bisa pulang sendiri." Liona membantu Livy membopong tubuh Meta yang sudah tak sadarkan diri sampai ke mobil.

"Na, thanks buat malam ini ya. Karena lo gue bisa ketemu Arka." Senyum sumeringah dari lawan bicaranya membuat Liona sedikit menghangat, bantuan kecil yang ia berikan sangat berarti untuk temannya.

Santai aja, itu bukan apa-apa kok. 

Sudah hampir setengah jam Liona berdiri tapi tetap tak menemukan taksi yang lewat di dekatnya, ponsel yang sedari tadi dalam genggamannya sudah lama mati karena kehabisan daya.

"Kenapa malam ini begitu sial, aku ingin segera tidur." Liona berjongkok sewaktu-waktu, kakinya sudah sangat pegal.

"Kenapa belum pulang, bukannya teman kamu udah pulang dari tadi?" Kaca mobil terbuka, menampakkan wajah Arka. 

"Aku lagi nunggu taksi." Liona berdiri dari posisi jongkoknya.

"Hampir tidak ada taxi yang lewat sini, apalagi malam begini. Ayo aku antar." Arka berbaik hati memberi tumpangan.

"Tapi_" 

"Ayo, aku antar sampai rumah. Aku bukan orang asing." Arka meyakinkan.

Liona melirik selai di tangannya, hampir selai satu pagi. Akhirnya Liona pasrah menerima tawaran Arka untuk masuk ke mobilnya.

"Kamu sering datang ke klub milikku?" Arka melirik sekilas, wanita di sampingnya yang selalu terlihat ragu saat mengobrol.

"Tidak, ini pertama kali." Liona jujur.

"Pantas saja." 

"Hah? Kenapa?" 

"Kamu amatir saat minum tadi." Liona tertunduk, entah malu atau apa tapi ia membenarkan kalimat pria di sampingnya.

"Arka, belok kanan." Liona sadar saat Arka memilih jalur yang bersebrangan.

“Kamu pindah kosan?” Arka sempat menyernyit.

"Dari mana kamu tahu?" Setahu Liona, belum ada yang tahu kepindahannya yang baru-baru ini selain temennya.

"Hanya menebak." Balas Arka data.

"Jadi kamu benar-benar baru aja pindah? Kenapa sama tempat lama kamu?" 

"Aku hanya merasa kurang aman." 

Liona mengarahkan perjalanan mereka ke sebuah share house yang lumayan besar, biasanya di satu rumah di antara beberapa orang. Pemilik share house menyewakan rumah karena sudah lama menetap di rumah barunya.

"Kamu tinggal disini? Ini rumah keluargamu?" Arka penasaran saat pertama kali melihat rumah yang Liona huni.

"Ini share house yang di sewakan, ada beberapa orang yang tinggal," jelas Liona singkat.

"Apa semua penghuninya wanita?"

Liona mulai merasa jengah dengan banyak pertanyaan yang Arka lontarkan, Liona pikir Arka seharusnya tidak terlalu banyak tahu tentang kehidupannya yang tidak akan menjadi hal penting untuk dirinya.

"Ada satu pria, dan dua wanita. Arka, terima kasih tumpangannya. Aku pamit" Liona hendak membuka pintu mobil namun Arka mencekal tangannya.

"Bukannya justru tidak aman berada satu rumah dengan pria di dalamnya? Dia bisa saja pria jahat." 

"Aku udah ketemu dia, dia pria baik. Arka, ini udah malam. Aku mengantuk, bisakah aku pergi sekarang?" Mata Liona berhadapan dengan pegangan Arka di tangannya yang segera lepas.

Sedikit berawan tapi tak berani hujan. Langit terlihat sedang dalam mode romantis. Liona tanggap anggun di lobi kantor yang baru saja menjadi tempat kerjanya beberapa bulan yang lalu setelah resmi pindah dari kerjaan sebelumnya.

"Liona, kamu panggil pak Arka ke ruangannya." Marko yang merupakan kepala di divisinya memanggil Liona yang baru saja mendudukan diri di kursi.

"Sepagi ini?" Bahkan Liona belum menghidupkan komputernya dan dia sudah harus menemui Arka di pagi buta, jam kerja baru saja di mulai lima menit lalu.

"Aku juga nggak tau, mungkin ada keperluan mendadak. Datang saja, sebelum dia marah," balas Marko bercanda.

Dua ketukan cukup untuk membuatnya masuk ke ruangan Arka, derap langkahnya menarik perhatian pria yang sedang fokus dengan komputernya beberapa detik lalu.

"Ada apa Bapak memanggil saya." Meski panggilan formal itu selalu membuat Arka jengah, tapi Liona melarang untuk memanggilnya dengan formal di jam kerja.

"Ikut denganku untuk bertemu kali ini." 

"Tapi Nadine_"

"Aku tidak akan menyuruhmu kalau dia ada, pergi bersiap dalam lima menit. Aku menunggu di lobi." Liona bersungut dalam hati, kenapa harus dia. Perusahaan tidak harus membayarnya lebih karena pekerjaan ekstra yang dia lakukan. 

Liona membuka laptop milik Arka untuk mempersiapkan tayangannya sebentar lagi. Namun matanya tertarik pada nama folder yang serupa dengan namanya dan sengaja mengklik folder tersebut.

"Arka, apa semua ini?" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status