แชร์

Aku gak nafsu makan

ผู้เขียน: inay
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-03-04 18:40:44

“Na, kita mau pada makan di luar nih sama pak Marko, kamu mau ikut gak?”

Tanpa berpikir keras Liona langsung menggeleng sebagai jawaban, selain karena Liona malas keluar dia juga sedang tidak nafsu makan.

"Aku boleh nitip smoothies sama wafel gak Des, aku gak terlalu nafsu makan." Liona jujur.

"Boleh dong, cuma itu aja? Yakin gak laper?" Desi memastikan.

"Iya, itu aja." 

Getaran kecil berasal dari ponsel miliknya yang sengaja disimpan di meja samping komputer. Liona berpikir paling itu notifikasi grup chat seperti bisanya maka dari itu dia hanya menoleh tanpa membukanya dan melanjutkan pekerjaannya.

Selang beberapa saat, suara langkah berhenti tepat di sampingnya.

"Di bayar berapa kamu sama perusahaan sampai jam istirahat aja kamu masih kerja begini." Hening, tak ada jawaban.

Arka kesal di abaikan, tangan Liona yang semula berada di atas meja segera di raih Arka dan di tarik mengikutinya. 

"Arka, apa- apaan. Aku sedang kerja. Lepas." Tak ada seorangpun di sana, semua orang sedang menikmati jam istirahatnya.

"Lepas, ini di kantor Arka." Liona masih berjuang melepas lengannya, bagaimana kalau ada karyawan lain yang melihatnya. Liona cemas.

Sampai di ruangan miliknya, Arka baru melepas pegangannya di tangan Liona. 

"Aku gak suka kamu mengabaikanku, kamu pikir dengan gak bales chat aku bakal diam aja?" 

"Aku sibuk kerja, gak sempet liat chat kamu. Lagian chat yang kamu kirim gak ada sangkut pautnya sama kerjaan." Liona mencoba untuk semakin berani, dia tidak mau Arka semakin seenaknya.

Wajah Arka mulai memadam lagi tak suka dengan jawaban Liona, Arka berusaha menguasai emosinya dan berjalan ke atas meja membawa dua papperbag yang berisi dua set makanan yang sengaja ia pesan untuk makan siangnya.

"Kamu belum makan kan? Temani aku makan siang." 

"Aku gak nafsu makan." Balas Liona singkat ingin segera keluar dari ruangan itu.

"Kalau begitu diam saja di sini sampai pulang." 

"Apa- apaan. Aku gak suka ya kamu maksa aku kaya gini." Di sela protes Liona, ponsel yang di genggamnya menerima panggilan.

“Na, kamu dimana? makanan kamu aku taro meja ya.”Suara Desi mengingatkan.

“Oke, simpen aja disana aku bentar lagi balik ke meja.” Dan panggilan terputus.

Liona menatap Arka yang masih berada di hadapannya kemudian melirik jam di ponselnya.

"Hanya makan, apa susahnya. Lagian aku cuma berusaha perhatian dengan karyawanku." Tak ingin lebih lama terjebak di ruangan itu, Liona pasrah mengambil sendok dan garfu untuk suapan pertamanya. Arka mengulas senyum, ia berhasil membuat Liona makan siang bersamanya.

"Kalau kamu seperti ini terus, karyawan akan menuduhku yang aneh- aneh." Pungkas Liona sembari menyingkirkan helai rambut yang merunduk ke wajahnya saat Liona makan. Hal itu mengundang perhatian Arka yang segera beranjak dari kursinya dan dengan karet gelang yang ia pungut dari meja lalu mengikat rambut Liona dengan itu. Liona terdiam saat tangan Arka melakukannya.

"Bilang aja kalau kita teman dekat, gampang kan. Atau lebih dari itu juga aku gak masalah." Balas Arka enteng.

Liona menyudahi sesi makannya, jujur saja perutnya malah sakit saat di timpa makanan.

"Aku udah selesai makan, aku harus kembali ke ruangan aku. Bentar lagi jam makan siang berakhir." Liona memberesken bekas ia makan.

"Secepat itu? Kamu sengaja makan sedikit biar cepat keluar kan?" 

"Aku gak nafsu makan, aku udah bilang di awal." Liona membuang sampah makanannya beranjak dari kursi untuk pergi, Arka juga tidak mencegahnya kali ini.

"Lain kali jangan kebiasaan gak makan, kamu bisa sakit." Liona hanya mendengarnya tapi tidak merespon kalimat Arka barusan.

Waktu berakhir, jam kerja usai. Liona bebenah mematikan komputernya. Saat mengecek ponsel ia menerima pop up masuk.

“lo lupa kunci kamar lo, gue amanin takutnya ada yang masuk tanpa izin. Kabarin kalo lo mau ambil.” Kontak tanpa nama itu mengirim pesan padanya.

“belum balik kerja?” chat baru muncul setelahnya

“Astaga.. apa aku lupa ngambil kunci pintu, barang aku di kamar gak ada yang ambil kan?” Liona langsung menekan tombol dial pada kontak yang dia tebak adalah salah satu tetangganya.

“hallo, kunci kamar aku ada di kamu?”

“lo ambil aja ke bengkel ya, gue masih lama baliknya, tar gue shareloc”

“tapi aku gak tau ala_” Sambungan telpon terputus.

“ihhh nyebelin banget sih, kebiasaan kalo orang belum selesai ngomong di potong, ihhhhh”

Liona tak habis- habisnya menggerutu sampai akhirnya tetangganya itu mengirimkan lokasi tempat dirinya berada yang rupanya sebuah bengkel.

Bengkel apa yang segini bersihnya, bahkan Liona tidak melihat noda oli yang menjadi ciri khas bengkel pada umumnya, yang dia lihat hanyalah jejeran mobil mahal yang sedang di cek entah di apakan. Aishhh apa ini yang namanya bengkel tempatnya mobil konglomerat. 

“nih kunci lo, lain kali jangan teledor, untung ada gue kalo enggak udah kebobol maling tuh isi kamar lo.”

“Makasih bily, maaf aku ngerepotin kamu.” Akhirnya kali ini Liona mampu menyelesaikan kalimatnya dengan lengkap tanpa terpotong. Bily langsung meninggalkan Liona dan masuk ke salah satu mobil yang berjejer disana. Liona menghela nafas karena diabaikan lagi dan lagi oleh pria menyebalkan ini. 

Belum sampai kakinya meninggalkan bengkel sebuah Ferrari berwarna kuning menyala mendekat tepat di sampingnya. 

“Lo mau balik kan? Buruan masuk.”

Bentar- bentar, tadi kan dia bilang bakal pulang malem makannya suruh dia ambil kunci ke bengkel, Lagi- lagi Liona lemot

“Malah bengong, ayo masuk.”

Tak mau banyak berdebat akhirnya Liona menurut tanpa banyak berpendapat, toh lumayan dia dapet tumpangan dan tidak perlu mengeluarkan uang untuk naik ojek online.

Keheningan di mobil membuat situasi semakin canggung, Liona juga tidak tahu topik apa yang harus dibicarakan mengingat dia dan Bily tidak pernah sedekat ini. Hampir empat bulan Liona tinggal di share house yang ditempatinya dia jarang sekali berinteraksi dengan tetangganya, hanya beberapa kali menyapa jika mereka kebetulan bertemu di pintu masuk rumah. 

“Gue laper, belum makan dari siang, temenin gue makan bentar” Bily berucap, sambil berusaha memarkir mobilnya di salah satu restoran.

“Kenapa gak bilang kalo kamu mau mampir, aku cape belum mandi Bil. Aku pulang duluan aja naik ojol.” Kesal Liona sambil membuka seat belt nya. Tapi sebelum benar- benar keluar pintu mobil, lengannya secara tiba- tiba di cekal Bily. 

“Gak usah ngeluh deh, anggap aja ucapan makasih buat gue yang udah amanin kunci kamar lo. Belum makan malem juga kan? Buruan gue laper, lagian bentar doang abis itu balik kok.”

Malas untuk berdebat lagi- lagi Liona manut dan mengekor dari belakang Bily. 

“chicken steak sama ayam lada hitam, minumnya jus jeruk aja. Lo mau apa?”

“samain aja,” Cetus Liona malas memilih makanan.

Suasana makan yang lagi- lagi hening. Liona malah kelewat canggung. Kenapa pria yang ada di depannya ini bisa tidak terganggu dengan keheningan yang tercipta selama mereka bersama. Apa Liona satu- satunya yang merasa canggung disini?

“Lo kerja dimana?” Akhirnya Bily bersuara.

“Star Wijaya” 

“ohh.. sempit banget sih dunia.” Celetuk Bily

“huh? Emang kenapa?” tanya Liona penasaran

“Enggak, sepupu gue juga disana. Marko”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Dandelion (TAMAT)   Selalu kamu (End)

    "Cerai?" Kosa kata itu sangat berat ke luar dari mulut Liona."T-tapi kenapa Arka? A-aku melakukan kesalahan?" Liona seperti pengemis ulung yang memohon agar Arka menatap matanya untuk setidaknya bersuara. Tapi tidak, suaminya itu bahkan memalingkan wajahnya menghadap tembok."Apa kamu bosan denganku? A-apa--""Cukup" satu kata tidak membuat Liona berhenti mempertanyakan arti secarik kertas dalam genggamannya."Apa ada wanita lain? Apa kamu menyesal kita bersama? Kita--"Kalimat selanjutnya hanya menggantung di tenggorokan Liona setelah Arka menyumpal mulut itu dengan lidahnya. Ciuman itu membuat Liona pusing dan kewalahan, seakan isi mulutnya di jelajah dengan semua kehangatan. Ia perlu bicara lebih banyak tapi bibir Arka di bibirnya terasa begitu menggairahkan. Liona lumpuh oleh cumbuan suaminya. "Huhh hnggh" suara itu lolos dari celah bibirnya.Tapi, ada sesuatu yang salah dalam ciuman ini. Liona merasa pipinya mulai basah, tapi ia tidak menangis. Saat ia membuka matanya, ia me

  • Dandelion (TAMAT)   Apa maksud semua ini?

    "Arka, apa kamu serius?" Ini pertanyaan ke tiga kalinya dari Adit semenjak Arka menelponnya beberapa menit yang lalu."Kerjakan saja dan berikan padaku kalau sudah selesai" cengkraman di ponselnya kini semakin erat."Tapi--"Arka menutup sepihak panggilan telpon tanpa repot- repot mendengar kelanjutan dari suara asistennya.Ia mengusap wajahnya yang berkeringat, lalu berbalik menuju kamarnya dan Liona."Ar--""Vio sudah tidur?" Arka mendahului kalimat Liona yang menggantung di udara."Ya." Liona mengangguk meski Arka tak sedang melihatnya.Liona mengunyah bibir bawahnya saat merasa Arka tak akan melanjutkan kalimat apapun."Sayang, Adit bilang kamu belum sempat makan malam. Mau aku masak sesuatu sebelum tidur?" Liona bergerak selangkah lebih maju dan duduk di ujung kasur miliknya berdua."Aku lelah sekali, aku akan langsung tidur" Liona menatap jarinya yang tertaut di pangkuannya, ini lebih menakutkan melihat Arka menjadi pendiam seperti sekarang. Bahkan Arka tak bereaksi seperti bi

  • Dandelion (TAMAT)   Lucu dan Berharga

    "DI MANA KALIAN SEMUA?! CEPAT DATANG!"Arka berteriak di seluruh ruangan, tanpa sadar bahwa tak ada orang lain selain pembantu rumah tangga yang baru saja datang baru- baru ini. Dirinya lupa bahwa itu adalah rumahnya dan Liona yang terisolasi, bukan di rumah Mamanya yang penuh dengan security."I-iya tuan." Melihat wanita paruh baya itu hanya membuat kemarahannya semakin meledak."SIALAN, CEPAT PANGGIL AMBULANCE!!"Dengan nafas yang sepuluh kali lebih cepat, wanita itu mengangkat gagang telpon dengan suara bergetar. Ia melakukan apa yang di minta tuannya."Akhh.. A- Arka.. S-sakit" Mata khawatir Arka jatuh kembali ke pangkuannya dimana sang istri yang tengah meringis memegangi perutnya membuat pria berbadan tegap itu kelimpungan."Sayang, bertahan sedikit lagi. Ambulance akan segera datang. Tolong sayang, bernafas dengan baik. Jangan panik, pegang tanganku. Aku akan ada di sampingmu. H-hanya tolong bertahan.." Arka menyuarakan kalimat terakhirnya dengan sedikit bergetar melihat kon

  • Dandelion (TAMAT)   Apa dia lebih baik dariku?

    "A-apa yang terjadi Dokter, kenapa- k-kenapa dia menutup matanya?" Liona lolos masuk di antara celah tubuh yang berbaring dan Dokter di sampingnya. Gavin, sang mantan kekasih sekaligus jiwa penolongnya kemarin tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan kepala di perban, mata halusnya tertutup membuat Liona benar- benar ketakutan dengan pikirannya."Tenang nyonya, dia hanya tidur setelah lukanya di jahit. Semuanya baik- baik saja" Terdengar helaan nafas lega dari mulut Liona, ia mengelus dadanya sedikit merasa tenang. Dia tidak yakin lagi apa yang akan dia lakukan jika sesuatu terjadi dengan orang lain demi menyelamatkan dirinya."Terima kasih Dokter" kepalanya menunduk sopan, berterima kasih terhadap kerja keras Dokter yang menangani Gavin.Hatinya terus merasa bersalah, karena beberapa jam yang lalu dirinya bahkan hampir melupakan Gavin karena sibuk menangis di kamar suaminya yang juga sama- sama terluka."Aku selalu membuat orang- orang di sekitarku terluka, kenapa aku

  • Dandelion (TAMAT)   Di tikam

    Cekitttt... Pedal rem bergesekan dengan aspal di parkiran basement apartment."CASIE.. TUNGGU.." Gavin melakukan hal yang sama dengan mobilnya, ia memarkir dengan sembarang dan langsung mengejar wanita setengah mabuk itu yang tengah masuk ke dalam lift apartment."Dia gila, astaga" dia terus mengutuk sepanjang kakinya berlari. Setelah memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk mengurusi beberapa hal mengenai pekerjaannya, Gavin di datangi Casie yang menuntut padanya tentang dirinya yang di nilai tidak kompeten terhadap kesepakatan mereka. "Bagaimana kamu bisa membiarkan Arka membawa Liona? Kamu tahu aku sedang mencoba mendapat Arka kembali. Apa kamu lupa?" Kalimat itu yang terlempar dari bibir setengah mabuk wanita itu. Setidaknya sebelum dirinya hilang kendali saat Gavin menjelaskan tentang kehamilan Liona yang baru di ketahui oleh Casie."D-dia hamil? dia hamil anak Arka? Tidak. Tidak.. aku tidak akan membiarkan mereka bersama apapun yang terjadi, aku tidak rela. Liona mengamb

  • Dandelion (TAMAT)   Kembali bersama

    Lenguhan samar tak tertahankan saat sarafnya di ambil alih. Lidah Arka menjelajah ke area yang sudah di kenali, melesak mencari celah untuk menggedor kewarasan Liona yang sedang berperang dengan egonya."Aku.. rindu.. mendengar suaramu, jangan menahannya sayang.."Liona terus menggeliat sambil membungkam bibirnya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya berusaha memberikan dorongan yang sama sekali tak berarti pada tubuh Arka yang menempel begitu mengikat."Keluarkan.. aku ingin mendengarnya.." Arka menggusur lidahnya semakin dalam, jarinya dengan tanpa di instruksi membantunya membuka jalan untuk membuka dua kancing baju Liona untuk memudahkan aksesnya sampai lidahnya bertemu dengan kedua puting yang merekah seakan siap menjadi hidangan."Hhnggghhh.. akhh..mmff" suara lenguhan dari bibir istrinya membuat Arka tersenyum di sela- sela aktifitas sedangkan Liona justru mengutuk diri karena jebol dari pertahanannya. Tubuhnya rindu dengan sentuhan hangat Arka yang memabukan. Gelen

  • Dandelion (TAMAT)   Wanita bodoh

    Kepalanya menoleh ke jendela pesawat, ia tak peduli bahwa lehernya mungkin akan patah karena saking lamanya. Dirinya hanya tidak ingin melihat sosok yang duduk di sampingnya, kesal dan benci saling mendominasi di hatinya saat ini."Sayang.." Pria yang terduduk itu dengan leluasa menyentuh tangan yang mengepal di pangkuan istrinya, namun semua itu tak lain hanya mendapat penolakan dan menjatuhkan tangannya ke sisi lain.[Beberapa jam lalu di rumah Gavin]"Kalau kamu tidak ikut aku pulang sekarang maka aku akan membawa hal ini ke ranah hukum, kamu masti istriku secara sah" Liona mengunyah kulit pipi bagian dalam, menahan semua tekanan yang sedikit membuat nyalinya ciut. Gavin juga tidak menyalak seperti sebelumnya, kalimat Arka barusan cukup membuatnya berpikir ulang untuk menahan Liona untuk tinggal bersamanya."Tapi aku.. tapi aku tidak mau hidup denganmu lagi" cicit Liona meredam semua keinginannya untuk marah.Liona bersikeras untuk cerai, tapi jangan lupakan Arka yang akan jauh l

  • Dandelion (TAMAT)   Aku minta kita cerai

    "Kamu mantan Liona kan?" Gavin menghentikan langkahnya, membalik tubuh tegapnya penuh ke arah wanita berambut coklat terang di belakangnya."Kamu lagi, selain arogan dan pemarah kamu juga ternyata suka mengusik kehidupan orang rupanya." balas Gavin masih di tempat."Apa itu adalah jawaban YA untuk pertanyaanku? Aku gak mungkin salah, kamu mantan Liona." senyum mencurigakan dengan alisnya yang tidak lagi presisi setelah yang satunya terangkat dengan sengaja."Aku punya penawaran yang bagus dan saling menguntungkan" Gavin tak tertarik dengan kalimat wanita yang sekarang menangkap langkahnya dengan berdiri di depan dirinya itu."Apa yang kamu mau? anakku menungguku di mobil." Sekali lagi Casie menghentikan langkah Gavin."Percaya padaku bahwa dalam hitungan hari mantanmu itu akan tersakiti, dan itulah saatnya kamu mengambil posisi untuk mendapatkan kembali hatinya. Lebih tepatnya, bawa dia jauh dari Arka, selamanya" kalimat terakhirnya sengaja ditekankan ke telinga Gavin yang merasa ke

  • Dandelion (TAMAT)   Pertahanan

    "Mama bilang apa Sya?" Bily memecah keheningan di antara tarikan nafas berat di sampingnya."Kenapa dengan Arka?" Kini Liona angkat suara, tapi Tasya terlihat kesulitan menyusun kalimat yang tepat.Memangnya kenapa dengan suaminya, jelas dia pasti bahagia kembali bersama dengan mantan kekasihnya kan. Apalagi saat dirinya pergi, Arka bisa lebih leluasa kembali bersama tanpa ada penghalang, itulah yang coba Liona pikirkan untuk mengusir ke khawatirannya."Kakak di bawa ke rumah sakit lagi" terang Tasya yang bagai kilatan petir untuk Liona di sampingnya."Lagi? Apa maksudnya? A- arka sakit?" Liona tidak tahu kalimat itu ke luar begitu saja dari bibirnya, seperti semua serat di tubuhnya bekerja keras untuk melawan pikirannya sendiri, dia mulai khawatir saat ini."Itu yang mau aku bilang sama kamu Na, Kakak gak baik- baik aja selama kamu pergi. Dia sakit bahkan sampai kecelakaan-""Sya.." itu suara Bily yang menghentikan kalimat Tasya, lalu melihat Liona yang perlahan menekan jantungnya de

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status