Home / Romansa / Dandelion (TAMAT) / Pertemuan tak terduga

Share

Pertemuan tak terduga

Author: inay
last update Last Updated: 2023-03-06 21:49:46

"Sabar dikit kenapa sih?"

Notifkasi grup whatsup nya berulang kali terdengar nyaring dari kamar mandi bersautan dengan suara nyaring hair dryer yang sedang digunakannya. Ngaret dan lelet adalah nama tengah Liona, begitulah Meta dan Livy mendeskrifsikannya. Liona bisa menghabiskan hampir satu jam di kamar mandi, hanya untuk bersiap.

Pintu kamar mandi terbuka dengan rambut yang semi kering, handuk masih melilit ditubuhnya. Tangannya sibuk memilih pakaian mana yang akan ia kenakan. Apa semua wanita sepertinya juga?

Pilihannya jatuh pada jeans longgar warna biru dan baju kaos putih kedodoran yang menjadi favoritnya. Hanya sapuan kecil untuk wajah mungilnya karena Liona kepalang irit menggunakan make up. Jarinya sibuk antara membalas chat untuk menenangkan teman- temannya sekaligus membuat janji dengan ojek online yang juga sudah nangkring di depan gang rumahnya.

Dengan tergopoh- gopoh Liona berjalan setengah lari ke arah meja yang telah di pesan temannya itu. Dari jarak sepuluh langkah Liona sudah melihat wajah kedua temannya yang mengerikan, pasti sebentar lagi ia akan mendapat omelan karena kelewat telat. Bukan hanya satu jam, tapi dua jam setengah. Bahkan seorang menteri pun akan sangat keberatan menunggu presiden yang telat ke pertemuan. Tapi saat Liona melihat kedua teman- temannya mengambil ancang- ancang untuk mengomel Liona menyambar terlebih dulu.

“oke gue telat, gue minta maaf oke. Pesenan kita malam ini gue yang bayar. Puas?”

Kalimat ajaibnya mampu menyihir mood dari kedua temannya secara ajaib, pasalnya mereka langsung menampilkan wajah yang sumeringah.

“Lo pengertian banget si Na kalo akhir bulan kaya gini emang kudu banyak berbagi.” Celetuk Livy

Meta hanya tertawa tanda setuju pada teman di sampingnya itu. Mereka membicarakan banyak hal mulai dari tanggal pemberangkatan, keperluan, akomodasi, planning, budgeting dan beberapa hal kecil lainnya. Begitu kurang lebih cara mereka merencanakan liburan kecil awal bulan depan.

Dipertengahan pembahasan yang sedang asik- asiknya Livy seketika terkejut dengan apa yang telah dilihatnya. Livy terdiam seketika sebelum akhirnya satu nama keluar dari bibirnya.

“Arka..” Desisan Livy mengundang penasaran Meta dan Liona yang ikut menoleh. Liona sedikit terkejut melihat Arka yang tiba- tiba berada di sana.

Livy tersenyum lebar, matanya bergerak senada dengan pergerakan tubuh Arka yang semakin mendekat. Namun sebelum sempat menyapa dan bersuara Arka membelok ke kursi Liona dan meraih pergelangan Liona secara tiba-tiba. Sebelum sempat memprotes Liona sudah di seret paksa oleh Arka.

“Ikut aku”. Seret Arka meninggalkan dua makhluk yang menyisakan kebingungan dengan situasi yang dilihatnya.

.

.

Satu jam sebelumnya---

Arka tersenyum sumeringah memuji dan merinci wajahnya yang tampan dicermin. Dia memakai setelan terbaik di hari istimewanya. Setelah makan siang keluarga untuk sambutan kecil yang hangat malam ini perayaan yang sesungguhnya akan segera di mulai.

Tak tanggung- tanggung pesta di adakan dengan mengosongkan satu restoran khusus untuk perayaan ini. Selain pesta ulang tahunnya ini juga di anggap sebagai pesta penyambutan dirinya setelah kepulanganya dari jepang beberapa bulan yang lalu.

“Aku tidak sabar melihatnya.” Senyumnya merekah.

Aula sudah di penuhi banyaknya tamu undangan tapi Arka tak menemukan seseorang yang dicarinya. Beberapa kali ia mengecek ponsel dan menelpon seseorang tapi tak pernah mendengar jawaban dari pemilik momor. Karena terlalu fokus pada ponselnya ia tak sadar menabrak seseorang.

“ya ampun, maaf pak. Saya benar- benar tidak sengaja.” Ucap seorang pria yang jelas- jelas tahu bahwa Arka lah yang sebenarnya menabrak nya karena berjalan tanpa melihat langkah.

“Tunggu.,, bukankah kamu dari divisi yang sama dengan Liona? Kamu lihat dia?” sergapnya langsung.

“Liona tidak datang pak, dia ada janji dengan temannya. Setahu saya dia juga makan malam di restoran sebelah kantor kita, mungkin dia akan menyusul nanti jika berubah pikiran. Kenap_”

Sial, pria itu kesal karena Arka mengabaikannya, bahkan sudah pergi sebelum kalimatnya lengkap.

***

“Ka, lepasin.. lepas sakit tau. Kamu kenapa sih?”

Liona memberontak tak terima di seret paksa oleh Arka tanpa tahu jelas apa kesalahannya. Arka tak menggubris ocehan Liona dan terus menarik lengan Liona yang mungkin sudah memerah ke dalam mobilnya.

“Kamu udah bikin aku malu, kamu..”

“DIAM..” Bentak Arka sudah terlanjur kesal.

Liona seketika bungkam tak lagi berani menatap Arka. Saking terkejutnya dengan bentakan Arka matanya bahkan sudah berkaca- kaca.

“kenapa kamu gak dateng hah.. kenapa? Aku bikin party itu cuma karena kamu Na.” Suara Arka masih terdengar kesal. Liona kaget dengan sesuatu yang baru di dengarnya. Dia hanya diam dan berusaha menerka apa yang Arka maksud, tak ingin salah paham.

“kamu gak salah Na, aku suka sama kamu, bahkan cinta. Dari dulu, apa kamu terlalu bodoh untuk baca sikap aku ke kamu? itu bahkan sudah kuperjelas kan? dan kamu masih tidak mengerti?”

Liona tambah di buat bingung, dia berusaha mencoba merangkai kalimat yang cocok tapi lagi- lagi Arka mendahuluinya.

“Inget pas kita kuliah dulu? kita bahkan gak terlalu dekat saat itu, hanya aku yang diam-diam suka dan merhatiin kamu Na. Cuma aku terlalu bodoh dengan sikap dingin aku dan gak pernah punya kesempatan untuk bilang apapun karena rasa gengsi. Dan sekarang kamu muncul lagi ke kehidupan aku, jangan harap aku bakal lepasin kamu. Kamu yang datang ke kehidupan aku lagi Na, jadi kamu harus bertanggung jawab.”

Nah loh, belum apa- apa udah di mintain tanggung jawab. Liona tampak terlihat bodoh dan masih terdiam tertunduk lebih tertarik melihat bordir jahitan di jeans yang di pakainya.

“Jawab aku Na, kenapa diam?” Arka memegang bahu Liona kasar dan mengarahkannya menghadap pada dirinya sendiri. Mata mereka bertemu, Arka tampak benar- benar menyedihkan. Kesal dan kecewa telah menyatu menjadi satu warna.

“Maaf, aku gak tau Ka. Jujur ini terlalu tiba- tiba.” Cicit Liona.

Bukan sekali dua kali Liona berpikir bahwa Arka memiliki perasaan padanya. Semenjak folder foto dirinya yang ia temukan di komputer milik Arka, Liona sempat memikirnya tapi segera melupakan hal itu karena Liona rasa dirinya terlalu mengada- ngada.

“Jadi pacar aku sekarang.” Sergap Arka tajam ke mata Liona.

Liona tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan, pernyataan macam apa itu. Bahkan banyaknya novel yang dia baca tak pernah satupun pernyataan cinta seperti yang di dengarnya barusan, bukankah itu lebih terdengar seperti pernyataan bukan pertanyaan?

“Ka mana bisa begitu, kamu gak bisa sembarangan mutusin sesuatu. Aku bahkan gak punya perasaan apapun sama kamu”

"Aku tau, tapi kita bisa coba dulu kan. Lagian kita udah saling kenal."

"Tetap saja itu gak mudah, aku gak bisa terima kamu Arka. Kalau Livy tau tentang ini, aku gak mau dia salah paham sama aku. Apalagi dengan sikap kamu tadi yang tiba- tiba nyeret aku di depan mereka, Livy pasti marah besar dan minta penjelasan dengan semuanya."

Benar, Livy sudah pasti marah. Liona bahkan tak sanggup untuk menemuinya dalam waktu dekat. Tapi semua ini harus di selesaikan secepatnya sebelum kesalahpahaman semakin memperparah situasi. Liona tidak ingin persahabatannya besama Livy hancur karena pria ini.

“Bisa gak kamu gak bahas orang lain?”

“Dia temen aku Ka, aku gak mau dia salah paham.”

“CUKUP..aku gak mau kamu bahas orang lain saat kita ngomong berdua.”

Liona keos dan tak bisa bersuara lagi mendengar bentakan kedua dari Arka. Mobil di nyalakan dan meluncur dengan mode sepi tanpa satupun memulai kata apalagi kalimat.

"Jangan harap kamu bisa pulang."

.

.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dandelion (TAMAT)   Selalu kamu (End)

    "Cerai?" Kosa kata itu sangat berat ke luar dari mulut Liona."T-tapi kenapa Arka? A-aku melakukan kesalahan?" Liona seperti pengemis ulung yang memohon agar Arka menatap matanya untuk setidaknya bersuara. Tapi tidak, suaminya itu bahkan memalingkan wajahnya menghadap tembok."Apa kamu bosan denganku? A-apa--""Cukup" satu kata tidak membuat Liona berhenti mempertanyakan arti secarik kertas dalam genggamannya."Apa ada wanita lain? Apa kamu menyesal kita bersama? Kita--"Kalimat selanjutnya hanya menggantung di tenggorokan Liona setelah Arka menyumpal mulut itu dengan lidahnya. Ciuman itu membuat Liona pusing dan kewalahan, seakan isi mulutnya di jelajah dengan semua kehangatan. Ia perlu bicara lebih banyak tapi bibir Arka di bibirnya terasa begitu menggairahkan. Liona lumpuh oleh cumbuan suaminya. "Huhh hnggh" suara itu lolos dari celah bibirnya.Tapi, ada sesuatu yang salah dalam ciuman ini. Liona merasa pipinya mulai basah, tapi ia tidak menangis. Saat ia membuka matanya, ia me

  • Dandelion (TAMAT)   Apa maksud semua ini?

    "Arka, apa kamu serius?" Ini pertanyaan ke tiga kalinya dari Adit semenjak Arka menelponnya beberapa menit yang lalu."Kerjakan saja dan berikan padaku kalau sudah selesai" cengkraman di ponselnya kini semakin erat."Tapi--"Arka menutup sepihak panggilan telpon tanpa repot- repot mendengar kelanjutan dari suara asistennya.Ia mengusap wajahnya yang berkeringat, lalu berbalik menuju kamarnya dan Liona."Ar--""Vio sudah tidur?" Arka mendahului kalimat Liona yang menggantung di udara."Ya." Liona mengangguk meski Arka tak sedang melihatnya.Liona mengunyah bibir bawahnya saat merasa Arka tak akan melanjutkan kalimat apapun."Sayang, Adit bilang kamu belum sempat makan malam. Mau aku masak sesuatu sebelum tidur?" Liona bergerak selangkah lebih maju dan duduk di ujung kasur miliknya berdua."Aku lelah sekali, aku akan langsung tidur" Liona menatap jarinya yang tertaut di pangkuannya, ini lebih menakutkan melihat Arka menjadi pendiam seperti sekarang. Bahkan Arka tak bereaksi seperti bi

  • Dandelion (TAMAT)   Lucu dan Berharga

    "DI MANA KALIAN SEMUA?! CEPAT DATANG!"Arka berteriak di seluruh ruangan, tanpa sadar bahwa tak ada orang lain selain pembantu rumah tangga yang baru saja datang baru- baru ini. Dirinya lupa bahwa itu adalah rumahnya dan Liona yang terisolasi, bukan di rumah Mamanya yang penuh dengan security."I-iya tuan." Melihat wanita paruh baya itu hanya membuat kemarahannya semakin meledak."SIALAN, CEPAT PANGGIL AMBULANCE!!"Dengan nafas yang sepuluh kali lebih cepat, wanita itu mengangkat gagang telpon dengan suara bergetar. Ia melakukan apa yang di minta tuannya."Akhh.. A- Arka.. S-sakit" Mata khawatir Arka jatuh kembali ke pangkuannya dimana sang istri yang tengah meringis memegangi perutnya membuat pria berbadan tegap itu kelimpungan."Sayang, bertahan sedikit lagi. Ambulance akan segera datang. Tolong sayang, bernafas dengan baik. Jangan panik, pegang tanganku. Aku akan ada di sampingmu. H-hanya tolong bertahan.." Arka menyuarakan kalimat terakhirnya dengan sedikit bergetar melihat kon

  • Dandelion (TAMAT)   Apa dia lebih baik dariku?

    "A-apa yang terjadi Dokter, kenapa- k-kenapa dia menutup matanya?" Liona lolos masuk di antara celah tubuh yang berbaring dan Dokter di sampingnya. Gavin, sang mantan kekasih sekaligus jiwa penolongnya kemarin tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan kepala di perban, mata halusnya tertutup membuat Liona benar- benar ketakutan dengan pikirannya."Tenang nyonya, dia hanya tidur setelah lukanya di jahit. Semuanya baik- baik saja" Terdengar helaan nafas lega dari mulut Liona, ia mengelus dadanya sedikit merasa tenang. Dia tidak yakin lagi apa yang akan dia lakukan jika sesuatu terjadi dengan orang lain demi menyelamatkan dirinya."Terima kasih Dokter" kepalanya menunduk sopan, berterima kasih terhadap kerja keras Dokter yang menangani Gavin.Hatinya terus merasa bersalah, karena beberapa jam yang lalu dirinya bahkan hampir melupakan Gavin karena sibuk menangis di kamar suaminya yang juga sama- sama terluka."Aku selalu membuat orang- orang di sekitarku terluka, kenapa aku

  • Dandelion (TAMAT)   Di tikam

    Cekitttt... Pedal rem bergesekan dengan aspal di parkiran basement apartment."CASIE.. TUNGGU.." Gavin melakukan hal yang sama dengan mobilnya, ia memarkir dengan sembarang dan langsung mengejar wanita setengah mabuk itu yang tengah masuk ke dalam lift apartment."Dia gila, astaga" dia terus mengutuk sepanjang kakinya berlari. Setelah memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk mengurusi beberapa hal mengenai pekerjaannya, Gavin di datangi Casie yang menuntut padanya tentang dirinya yang di nilai tidak kompeten terhadap kesepakatan mereka. "Bagaimana kamu bisa membiarkan Arka membawa Liona? Kamu tahu aku sedang mencoba mendapat Arka kembali. Apa kamu lupa?" Kalimat itu yang terlempar dari bibir setengah mabuk wanita itu. Setidaknya sebelum dirinya hilang kendali saat Gavin menjelaskan tentang kehamilan Liona yang baru di ketahui oleh Casie."D-dia hamil? dia hamil anak Arka? Tidak. Tidak.. aku tidak akan membiarkan mereka bersama apapun yang terjadi, aku tidak rela. Liona mengamb

  • Dandelion (TAMAT)   Kembali bersama

    Lenguhan samar tak tertahankan saat sarafnya di ambil alih. Lidah Arka menjelajah ke area yang sudah di kenali, melesak mencari celah untuk menggedor kewarasan Liona yang sedang berperang dengan egonya."Aku.. rindu.. mendengar suaramu, jangan menahannya sayang.."Liona terus menggeliat sambil membungkam bibirnya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya berusaha memberikan dorongan yang sama sekali tak berarti pada tubuh Arka yang menempel begitu mengikat."Keluarkan.. aku ingin mendengarnya.." Arka menggusur lidahnya semakin dalam, jarinya dengan tanpa di instruksi membantunya membuka jalan untuk membuka dua kancing baju Liona untuk memudahkan aksesnya sampai lidahnya bertemu dengan kedua puting yang merekah seakan siap menjadi hidangan."Hhnggghhh.. akhh..mmff" suara lenguhan dari bibir istrinya membuat Arka tersenyum di sela- sela aktifitas sedangkan Liona justru mengutuk diri karena jebol dari pertahanannya. Tubuhnya rindu dengan sentuhan hangat Arka yang memabukan. Gelen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status