Share

Si paling cengeng

"Huaaaahhhhghh.."

Minggu pagi yang membabi buta, Liona bangun tepat saat matahari sedang di puncaknya, terlalu lelah membuatnya malas untuk bangun terlalu pagi apalagi di hari libur. Cukup hari sabtu saja ia bangun pagi untuk memenuhi schedule rutinnya untuk jogging di sekitar komplek, minggu adalah hari bermalas- malasan. 

Rambut panjangnya yang masih berantakan serta selimut yang masih meililitnya, Aishhh semua makhluk memang seperti ini di hari minggu bukan? 

Kepalang lapar, Liona merapel sarapannya bersama dengan makan siang. Omlet telur dengan ekstra bawang goreng favoritnya tak lupa yogurt segar yang terabsen di kulkasnya yang tinggal sisa tiga biji. Pertanda akhir bulan akan segera datang. 

Iseng membuka ponsel dan scroll random, Liona tak lupa menyempatkan untuk mengklik grup whatsup nya, tertumpuk tiga ratus chat di grup yang belum sempat ia baca. Entah kerusuhan apa yang di lakukan kedua temannya di grup sampai menghasilkan sampah memori sebanyak itu. 

“Ya ampun Na, lo baru bangun tengah hari kaya gini? Cucian gue bahkan udah mau kering” Ejek Meta 

“Kalem aja si, lagian kan berangkat hangout nya kan sore. Lagian bangga banget lu bawa- bawa cucian paling emak lu yang nyuci.” Liona balik mengejek. 

“lo kenapa Met, mukanya ko kaya ogah- ogahan gitu. Galau lagi?” 

“Gengs jam nya di percepat aja yuk, gue gabut banget nih di apartemen, hening banget udah kaya apaan.” 

“Oke boleh, jam dua deh kita otw. Gue siap- siap dulu mandi.”

.

.

Seperempat abad kemudian… 

“oke., not bad” ucap Liona sambil mengecap bibir nya yang sudah tercover lipstic yang lumayan menyala. Setelah memastikan mengunci pintu dan mengamankan kuncinya sekaligus Liona segera memesan ojek online. 

“Aaaaa….” Teriak Liona sambil terus berlari kesembarang arah berusaha menyelamatkan diri, sampai akhirnya berakhir di pangkuan seseorang tanpa ia sadari. 

“pergi… ihhh usir anjingnya cepett” teriak Liona sambil mencengkram erat bahu seseorang yang belum di ketahuinya.

“Turun, anjingnya udah pergi tuh” 

Liona harus menelan malu, lagi- lagi Bily yang menolongnya. Dengan pelan Bily menurunkan Liona, tapi Liona menjerit lagi, namun kali ini terlihat kesakitan. Karena merasa sakit Liona otomatis mengangkat kakinya kaku, rasanya kakinya benar- benar terkilir karena sempat jatuh saat di kejar anjing tadi. Tak bisa menahan sakit, Air mata mengalir tanpa permisi dan mempermalukannya berulang kali. Masa bodo, karena itu sudah terlanjur tak tertahan. 

“aishhh.. lo cengeng banget sih, terkilir doang” 

“sakitt Bil, aku gak bisa jalan.” 

Bili terpaksa menggendong Liona kembali ke kamarnya. 

“Bil mau kemana, aku ada janji sama temen aku..” protes Liona berontak dari gendongan Bily 

“masih mau keluar? Emang bisa jalan? Sini kuncinya.” 

Liona tertunduk pasrah dan memberikan kunci kamarnya. Bily mendudukan Liona di kursi sebrang ranjangnya dan melangkah ke arah kulkas. 

“ini kulkas atau rumah kosong sih, sepi banget.” Bily mengomel ringan sambil membawa es batu yang akan digunakannya untuk mengompres kaki Liona. 

“aww.. pelan- peln Bil. Sakit tau.” 

“cengeng banget sih, pengen cepet sembuh gak?”

“kamu narik kaki akunya kasar banget ya jelas sakit lah.” Liona cemberut. 

Diam- diam Liona merinci wajah Bily yang lama- kelamaan membuatnya nyaman untuk di pandang. Meski kata- katanya tak pernah enak didengar tapi Bily selalu menjadi orang pertama yang memberinya pertolongan semenjak kepindahannya kesini. Entah kenyamanan apa yang di rasakan di hatinya, hanya sulit untuk merajut jawaban akhir jika kalian bertanya perasaan apa itu. 

Dertt.. suara dering ponsel. Rupanya Liona lupa mengabari temannya yang sedari tadi kelabakan menunggu kabar darinya. Walau sedikit kena omel Meta dan Livy tapi mereka berdua tak sampai hati memarahi Liona dengan serius karena tak kalah terkejut mendengar kabar Liona yang terkilir. Meta dan Livy juga berencana berkunjung tapi Liona memastikan mereka untuk tidak khawatir dan melanjutkan jadwal nonton bioskop mereka. 

Liona benar- benar kewalahan, bahkan untuk ke kamar mandi pun dia tak sanggup. Sempat berpikir untuk meminta temannya menginap tapi ini sudah larut malam. Sampai akhirnya ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. 

“aishhh siapa sih, udah tau sakit jalannya.” Liona menggerutu 

“Na, kamu enggak papa kan? Bily tadi nitip obat ke aku buat kaki kamu, dia juga minta aku buat temenin kamu malem ini karena katanya kamu masih kesakitan kalo jalan.” 

“Bily?” Liona malah melongo, apa iya Bily seperhatian ini? Ini bukan mimpi atau sekedar khayalan kan. 

“Na, ko bengong. Yuk aku bantu masuk. Tar aku olesin salep yang Bily kasih.” Risti tetangganya membopong Liona ke dalam. 

Meski jarang bertemu karena lebih sering menginap di luar, Risti selalu ramah dan bisa diandalkan. Terlebih setelah Niken tetangganya yang satu lagi telah benar- benar pindah karena dipindah tugaskan ke luar kota, jadi mereka semakin mengeratkan diri untuk saling menjaga.

.

.

“Bill lo lama banget sih, kita sampe bosen nunggu lu,” Temannya mengomel 

“sorry tadi ada urgen bentar.” Bily melirik ponsel nya yang memunculkan notifikasi chat dari seseorang dan sedetik itu juga senyumannya timbul ke permukaan membuat teman- temannya sedikit merasa aneh dengan tingkahnya yang berubah- ubah seperti musim pancaroba akhir- akhir ini. 

“makasih obatnya” dua kata dari pesan itu yang membuat mood nya up sepanjang hari. 

“Dasar si cengeng” Lagi- lagi Bily tersenyum saat tiba- tiba mengingat kejadian tadi sore. 

“lu kenapa sih Bil, perlu gue panggil dokter Morgan gak? Gue yang bayar deh biaya konsultasinya.” Temannya membuyarkan lamunan indahnya. 

“Maksud lo, gue gila gitu? Gue comot mulut lu pake pinset baru tau rasa lo” Balas Bily sensi. 

Bengkel menjadi tempat mainnya, meski semua modal awal didapatnya dari sang ayah tapi semuanya sudah terbayar lunas dan keseluruhan pendapatan dari bengkel itu adalah hak miliknya. Tidak main- main Bily juga sudah memperluas sayapnya dengan membuka bengkel di beberapa kota yang berbeda. Hal itu dimulainya hanya karena kecintaannya pada mobil- mobil mewah dan juga sebagai bentuk pelarian dari hobi balap mobilnya yang dinilai berbahaya. Dia memegang janjinya pada kekasih tercinta untuk tidak lagi ikut dalam dunia balapan. 

"Hallo, Babe. Merindukanku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status