Share

Undangan Party

“Masuk aja, gak aku kunci” teriak Liona dari dalam kamar. 

Tak mau lagi jatuh seperti tadi siang Liona sekarang sengaja tidak mengunci kamarnya agar tidak perlu berjalan untuk membuka pintu yang berkemungkinan besar mencelakai kakinya lagi. 

“aku bawa kerang saus tiram sama udang, kamu suka kan?” Satu anggukan tanda meng- iyakan dari Liona.

“Na kamu belum mandi? Baju kamu masih sama. Mau aku bantu mandi?” 

“maksud kamu?” Biasanya Risti akan menawarkan diri untuk membopong Liona semenjak Liona sakit, tapi hari ini Risti belum muncul.

“Bantu kamu mandi, a.a.. I mean, bantu kamu ke kamar mandi gitu bopong kamu jalan.”

Liona mengerjap terlihat bodoh, apa harus menerima tawaran Arka, tapi gimana caranya. Dia bahkan kesulitan saat memakai celana nya, dan biasanya Risti yang sigap membantu.

“Aku bantu bawa kamu sampe pintu kamar mandi, kalo bisa kamu pake dress atau dasteran aja selama kamu sakit. Pasti susah pake celananya kan?”

Wohalaaa apa Arka cenayang, ko bisa baca pikiran Liona. Dasteran kaya emak- emak komplek maksudnya?

Dengan banyak negosiasi yang Arka tawarkan akhirnya Liona setuju di bopong Arka untuk mandi, karena sejujurnya Liona memang sudah sangat merasa kegerahan sedari tadi.

Arka menunggu Liona tepat di depan pintu kamar mandinya. Setengah jam kemudian Liona kaluar dengan baju lengkap nya, dress selutut sesuai anjuran Arka.

Setelah mendudukan Liona, Arka terlihat celingukan, dan kemudian mengambil sisir rambut dan duduk di samping Liona. Di ubahnya posisi Liona membelakanginya agar memudahkannya untuk menyisir rambutnya. Apa lagi ini? Apa ini benar- benar drama romance?

“Ka aku bisa sendiri,” Liona berusaha meraih sisir yang berada di tangan Arka tapi tentu Arka refleks menjauhkannya dan tetap bersikuku menyelesaikan apa yang dia mulai.

“kamu mulai makan gih, tar makanannya dingin malah gak enak.”

“tapi kamu juga ikut makan.” Pinta Liona.

“oke oke aku makan juga”

Setelah memastikan Liona minum obat, Arka pamit meski sangat berat untuk membiarkan Liona sendiri dengan keadaannya yang terbilang belum membaik.

“Arka,..” Sahut Liona sebelum Arka menyentuh pintu.

“Makasih buat semuanya.” Sambung Liona dengan senyum manis.

“Bayar semua itu dengan kesembuhan kamu,” setelah itu pintu tertutup pelan menyisakan senyum yang tersungging di bibir Liona. Seketika Liona lupa dengan ketakutannya belakangan ini, kewasapadaannya terhadap Arka perlahan mulai berkurang.

Malam di mulai dan menyisakan senja yang sedikit menggelitik, persis seperti pesan- pesan yang di baca Liona di obrolan grup nya, Meta dan Livy yang baru tahu akan hal ini sedikit protes karena Liona bahkan tak memberi tahu keadaannya, mereka berniat menjenguk Liona tapi niatnya tersebut tak di indahkan sama sekali karena Liona yang menolak untuk di jenguk karena takut merepotkan mengingat jarak mereka yang tidak dekat.

Sebelas dua belas dengan teman dekat Liona, kolega nya di kantor pun sama khawatirnya. Sudah empat hari sakit dan akhirnya Liona bisa kembali ke rutinitas seperti biasa. 

Berada di rumah terlalu lama membuat berat badannya bertambah tiga kilo, Liona tak mau badan idealnya akan memelihara lemak jahat dan melebar. Akhirnya jauh- jauh hari ia berencana mengajak Desy untuk jogging di sekitar taman sekitar komplek pekan ini. Kakinya juga sudah lama membaik dan bisa bergerak bebas. 

Helaian rambut yang biasa terurai dan terabaikan kini terikat sempurna, topi berwarna cream juga terpasang senada dengan baju olahraga yang Liona kenakan. Desi pasti sudah menunggu sangat lama karena Liona yang telat bangun karena tak memasang alarm di hari liburnya ini. 

“Ya ampun Na, matahari udah nangkring loh ini, kamu baru datang.”

“Maaf Des, enggak papa lah, kita lari nya sepuluh menit aja, abis itu update status terus kita jajan telor gulung.” Enteng Liona sambil mengerlingkan matanya.

“Huss, itu mah bukan ngurangin lemak tapi nambah stok minyak.”

“Lagian aku emang gak niat diet ko, emang sengaja pengen nyoba baju olahraga baru aja.”

“Who cares” balas Desi sudah keburu malas meladeni temannya itu.

Benar saja, belum sampai sepuluh menit mereka lari, peluh sudah rembes bercucuran, ini pertama kalinya mereka olahraga setelah lama tak melakukannya.

“Na,. stop Na.” Desi berusaha mengatur nafasnya. 

“Lah kan malah kamu yang nyerah duluan, yaudah istirahat aja deh kita udahan, laper juga.”

“Des.. des liat kebetulan banget tukang telur gulung nya sampingan sama es dawet.”

Liona antusias dan menyeret lengan Desi yang baru saja berniat duduk meluruskan kakinya.

“Bang dua porsi ya, abang juga sama dua porsi juga”Titah Desi kepada dua pedagang itu.

“Na gimana kalo abis ini kita belanja baju yuk buat birthday party malam ini.”

“Temen kamu ulang tahun?” Tanya Liona tak antusias

“Kamu gak tau? Malem ini pak Arka ngundang semua orang divisi buat hadir di party nya.”

Liona menggeleng pelan masih tak tertarik.

“Dia gak ada undang aku, lagian aku juga gak akrab kok.”

“Heyyy dia ngundang lewat grup, pak Marko yang sebarin di grup chat. Cek deh. Semua orang wajib dateng.”

“Aku gak bisa dateng, ada janji sama temen.”

“kamu pasti ada janji sama pacar ya, oke deh paham.” tuduh Desi

“Enggak ko, beneran temen, temen cewe loh, catat.”

“kirain sama si ganteng muka turki yang dulu pernah nganterin ke kantor, kalo kalian mau backstreet itu gak berlaku buat aku Na, kamu ngaku aja deh.” 

Satu- satunya yang pernah mengantarkan Liona ke kantor hanya Bily, itupun karena Liona kepalang telat karena lagi-lagi ponsel nya mati dan tak ada alarm. 

“Bukan.. bukan.. kamu salah Des, dia Cuma tetangga aku, gak lebih.” Liona menggeleng brutal.

“Udah ahh ngeles mulu, oke aku siap tutupin kebohongan kamu kok. Rahasia kamu aman.” Melihat Desi yang tetap bersikuku Liona tak membalas dan fokus pada jajanan yang tengah di santapnya.

.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status