Share

49. Menjenguk Cintia

Satu jam waktu yang diberikan Bu Nini. Ia tentu tak main-main dengan perkataannya. Siap atau tidak siap, kami harus tetap pergi sesuai waktu yang ditentukan. Kami juga hanya bisa pasrah kalau sekarang. Istilahnya harus banyak tahu diri di sini. Bu Nini sudah membantu kami menemukan kendaraan. Ya wajar saja bila ia menuntut hal lain.

Seperti biasa, aku mencoba membiasakan diri dengan mandi air dingin. Pintu yang terbuat dari kain pun harus selalu aku awasi untuk berjaga-jaga dan mencegah hal yang tidak diinginkan. Coba bayangkan bila ada angin yang mengibarkannya begitu saja saat aku sedang telanjang, ah … rasanya aku tak sanggup lagi untuk tinggal di sini lebih lama.

“Jangan masuk!” teriakku saat aku merasakan ada yang mendekati wilayah kamar mandi.

Langkah kaki itu terdengar berhenti. “Oh, maaf … aku pikir tidak ada orang, soalnya terlalu sepi.”

Aku menarik napasku dengan panjang. Syukur saja, Dito tidak lebih jauh m

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status