Beranda / Semua / Devil (Indonesia) / 1. Mimpi Buruk

Share

Devil (Indonesia)
Devil (Indonesia)
Penulis: Abarakwan

1. Mimpi Buruk

Penulis: Abarakwan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-27 11:16:23
“Nadja ....” Terdengar suara di dalam angin. 

Aku membuka mata. Kurasakan embusan angin malam membelai lembut kulit lengan. 

“Nadja ....”

Siapa yang memanggilku? Perlahan aku bangkit duduk dari tempat tidur. Kedua bola mataku tertuju ke arah jendela yang terbuka. Di sana, duduk di birai jendela, sesosok gelap besar dan tinggi menjulang membelakangi langit malam dengan bulan penuh. Siapa itu? Jantungku berdegup kencang, dan rasa takut dengan cepat menjalari seluruh tubuh, membuatku tidak dapat bergerak. Suaraku tercekat. 

Perlahan sosok itu bangkit, lalu berdiri, membuat tubuh yang tinggi menjulang itu menutupi jendela di belakangnya. Tapi sepasang kakinya tidak menjejak lantai marmer di bawah, melainkan melayang. 

Tubuhku gemetar hebat. Kecepatan debar jantung membuat dadaku berdenyut nyeri serta peluh membasahi punggungku. Siapa? Iblis?

Kemudian sesosok tubuh gelap itu dengan cepat bergerak melayang ke arahku, dan hanya dalam waktu sepersekian detik, sosok itu telah merunduk, sangat dekat.

“Selamat malam, Nadjaku ...” Embusan napasnya menerpa wajahku. 

Aku menahan napas demi melihat wujud lelaki berpakaian serba hitam yang ketampanannya tidak dapat kuungkapkan dengan kata-kata ini. Dengan bola mata hijau mudanya yang menatap tajam, dia tampan, namun auranya membuat seluruh bulu kudukku meremang. 

Aku tidak bisa bergerak dan maupun bersuara! 

Apa aku sedang bermimpi? Siapa dia? 

Manusiakah? Atau iblis?

“Kau tidak sedang bermimpi, Nadja,” ucapnya dengan suara berat dan serak, menjawab pertanyaan yang kulontarkan dalam hati. Bibirnya yang berwarna merah mengulas seringai. Lalu kedua tangannya turun untuk membelai wajahku, terasa hangat. “Akhirnya, Nadja ... setelah sekian lama ... kau akan menjadi milikku.”

Aku tidak dapat bergerak. Hanya mataku yang membelalak saat lelaki di hadapanku ini dengan sekejap mengulurkan tangan seolah ingin menggapaiku. Kuku jarinya panjang lagi tajam, hanya berjarak satu sentimeter dari bola mataku.

Tidak! Apa yang akan dilakukannya padaku? Susah payah kugerakkan kedua tangan. Jarinya turun persis di depan daguku. Apakah ia akan membunuhku?

Lepaskan aku!

“Tidak akan, Cantik.” Ujung jari telunjuk kanannya menyentuh ujung hidungku yang seperti membeku karena angin malam ini terlampau dingin daripada malam-malam biasanya, membuatku tersentak. 

Tidak, jangan, hentikan! 

“Kau akan menyukainya,” ujarnya sebelum jari tangannya bergerak turun ke leher, memberi tekanan.

“Ahh!” Aku tidak dapat berkata-kata, namun hanya mampu mengerang saat jarinya terangkat menunjukkan setetes darah dari leherku. Kenapa? Kenapa aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun? Aku kembali mengerang menahan sakit saat jari itu menyentuh pundak sebelah kananku. Siapa dia? Apa mitos vampire itu sungguh nyata? Lalu kenapa harus aku yang jadi korbannya?

Mata hijau mudanya menatapku tajam sebelum ia menunduk lalu mengisap setetes darah dari pundakku. Aku memekik keras, mungkin membangunkan seluruh penghuni rumah. 

Namun, setelah sekian lama lelaki ini mengisap pundakku, aku terpejam pasrah, habis sudah hidupku. Bibirnya mengisap kencang pundakku, setiap isapannya seolah hidupku terisap olehnya. Mungkin lima menit lagi penderitaan ini akan berakhir, aku akan mati, dan tidak ada seorang pun anggota keluargaku yang masuk ke kamar untuk menolongku.

Pria itu melepaskan pundakku. “Aku akan datang lagi, Nadja. Dan kupastikan kali kedua, kau akan memohon padaku melakukan hal yang sama.” 

Lalu pria itu melayang di atasku, mencium bibirku cepat sebelum melesat ke luar jendela, menyatu dengan langit malam, membiarkanku berbaring di tempat tidur dengan perasaan campur aduk.

Akhirnya aku bisa bergerak!

Aku menekuk kedua lutut lalu mulai menangis dengan keras. Perasaan takut menyelimuti, histeris aku berteriak kencang mungkin membangunkan seisi rumah. Tanganku menyentuh leher dan pundak, namun anehnya kulitku tak berbekas luka sama sekali.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Devil (Indonesia)   145. Nadja-The Luna (End)

    “Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b

  • Devil (Indonesia)   144. Perut Roti Sobek

    “Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu

  • Devil (Indonesia)   143. Leher Paman Abe

    Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka

  • Devil (Indonesia)   142. Packhouse yang Sepi

    Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,

  • Devil (Indonesia)   141. Test Pack

    ‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men

  • Devil (Indonesia)   140. Japan or Korea?

    Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status