เข้าสู่ระบบPedang panjang yang tertancap di depan Luther terus berdengung, sedangkan kedua tangannya membentuk segel dengan begitu cepat hingga meninggalkan bayangan samar-samar. Energi sejati murni di sekitar tubuhnya tadinya terlihat meredup karena pertarungan sengit, kini kembali bergelora kembali dengan cara yang lebih dalam serta terarah dan membangkitkan energi alam di sekelilingnya.Luther tidak sekadar mengerahkan kekuatannya lagi, melainkan bergabung dengan langit dan bumi."Bintang-bintang di langit, dengarkan perintahku. Segel iblis, tertutup!" teriak Luther dengan nada muram dan berwibawa, seolah-olah mengandung perintah dari hukum alam semesta itu sendiri.Begitu kata tertutup itu diucapkan, pedang panjang yang menancap di tanah memancarkan cahaya biru kehijauan yang menyilaukan dan langsung menembus awan tinggi di langit.Pada saat yang bersamaan, gugusan bintang yang samar-samar muncul di udara di platform yang diselimuti kabut spiritual dari kolam surgawi serta aura jahat dari cel
"Bentuk formasi! Lindungi Putri!" teriak Logar dengan marah sambil menahan rasa sakitnya. Bersama kedua pengawal lainnya, mereka memaksakan diri untuk mengerahkan sisa kekuatan internal mereka dan membentuk formasi pertahanan segitiga yang sederhana. Formasi itu untuk melindungi Misandari, Zara, dan Zamer yang sekarat di belakang mereka.Namun, semua orang tahu pertahanan itu seperti kertas biasa yang tidak berguna di hadapan empat boneka mengerikan itu. Sementara itu, pertempuran siap meledak kapan pun.Pada saat yang bersamaan, di dalam istana megah yang jauh di dalam Pulau Dewata Promana. Pesta anggur dan wanita masih berlanjut, alunan musik yang memabukkan juga belum berhenti.Sosok Aokun muncul diam-diam di atas kursi santai besar yang terbuat dari giok putih, seolah-olah tidak pernah meninggalkan tempat itu."Kakek, kamu sudah kembali ya?" tanya Ruben yang menghentikan permainan kecapinya, lalu menatap Aokun sambil tersenyum.Saat itu, Darsono dan Camila juga menoleh ke arah Aoku
Begitu mereka menembus wilayah kematian itu, pandangan di depan mendadak terbuka luas.Ujung jalan kecil itu tersambung pada sebuah platform melingkar raksasa. Seluruh permukaannya disusun dari batu giok putih murni yang memantulkan cahaya lembut. Platform itu mengambang di atas air kolam surgawi, dikelilingi kabut spiritual yang berputar seperti awan, sementara aura spiritual menetes seperti hujan gerimis di udara.Di tengah platform, terdapat sebuah mata air berdiameter sekitar tiga meter. Air yang mengalir dari sana bukanlah air biasa, melainkan cairan spiritual pekat berwarna-warni, seolah-olah tidak bisa menyatu dengan udara karena kepadatannya yang luar biasa. Kehidupan murni dan energi spiritual yang memenuhi tempat ini semuanya bersumber dari sana.Namun, begitu mereka melewati wilayah hukum yang kacau dan menapakkan kaki di atas platform giok putih itu, energi murni di udara sama sekali tidak membawa rasa lega. Sebaliknya, tekanan mengerikan, jauh lebih berat dari milik Eryon,
Wilayah ini seolah-olah menjadi tanah terlarang di mana hukum alam telah runtuh, sebuah tempat mengerikan di mana bahkan aturan langit dan bumi pun menjadi musuh bagi segala kehidupan."Ah!" Zamer yang kehilangan satu lengannya akhirnya tak mampu bertahan lagi. Ketika gravitasi tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat, tubuhnya yang sudah lemah kehilangan keseimbangan.Ditambah dengan bayangan-bayangan mengerikan yang terus muncul dalam benaknya, kakinya terpeleset. Dengan seruan pendek, dia terjatuh ke arah danau di sisi mereka, danau yang dipenuhi celah ruang mematikan."Zamer!" Zara menjerit, mencoba meraih tangannya. Namun, dia segera terpental oleh arus udara kacau yang tiba-tiba meledak di antara mereka.Tepat ketika Zamer hendak jatuh ke jurang kematian itu, sebuah bayangan berwarna hijau melintas bagai hantu di sisinya.Dengan satu tangan, Luther mencengkeram bagian belakang baju Zamer, sementara tangan satu lagi membentuk jari pedang, menggores beberapa kali ke arah depan, ke ar
"Kita pergi, tempat ini nggak cocok untuk berlama-lama."Luther melangkah lebih dulu ke jalan kecil yang licin dan rusak itu. Langkahnya tetap mantap seperti biasa. Namun, Misandari bisa merasakan kalau aura di sekelilingnya jauh lebih tenang daripada sebelumnya, seolah-olah dia sedang menahan kekuatannya dan mengumpulkan tenaga untuk menghadapi tantangan tak terprediksi di depan sana.Rombongan itu mengikuti dalam diam. Suasana terasa mencekam. Logar dan dua pengawal lainnya menggenggam senjata mereka erat-erat, menatap ke arah danau berwarna merah tua yang bergolak di kedua sisi dengan waspada. Mereka khawatir ada lagi makhluk aneh yang tiba-tiba menyerang.Zara menopang Zamer yang kondisinya semakin memburuk. Erosi energi jahat dari darah naga membuat sisa vitalitasnya terus terkikis, bahkan pandangannya mulai mengabur.Semakin mereka melangkah ke dalam, pemandangan di sekitar semakin aneh. Danau biru jernih yang tadinya terpisah jelas dari wilayah yang terkontaminasi warna merah ge
"Kalian pergilah dulu, terus maju ikuti jalan batu itu," seru Luther dengan nada muram karena tahu dia tidak bisa terus dalam keadaan bertahan. Dia tiba-tiba menarik kembali bayangan diagramnya, lalu tubuhnya memelesat ke depan dan bukannya mundur. Dia berubah menjadi cahaya biru kehijauan dan memelesat maju menghadapi hujan cahaya mematikan itu tanpa gentar.Klang!Luther akhirnya menghunus pedang panjangnya yang mengeluarkan dengungan nyaring. Begitu pergelangan tangannya bergetar, cahaya pedang turun dari udara seperti air terjun dan membentuk tirai pedang biru kehijauan yang padat di depannya.Ding! Dang! Boom!Saat berkas cahaya bertabrakan dengan cahaya pedang, terjadi ledakan beruntun disertai cahaya menyilaukan. Sebagian besar serangan berhasil ditahan dan dihancurkan, tetapi ada beberapa yang menembus pertahanan.Saat cahaya itu menghantam permukaan danau di belakang Luther, darah menyembur ke udara dan mengguncang jalan batu giok sampai hancur di beberapa bagian.Melihat pema







